Efisiensi Ruang dan Waktu melalui E-learning

Senin, 13 April 2015 - 12:48 WIB
Efisiensi Ruang dan...
Efisiensi Ruang dan Waktu melalui E-learning
A A A
Perkembangan zaman menuntut pola sistem pendidikan mengikuti dinamikanya. Seperti dalam pola belajar-mengajar.

Dengan tingkat mobilitas yang tinggi dan semakin sempitnya ruang tempat perkuliahan, membuat sejumlah perguruan tinggi mencoba berinovasi dalam menjalankan program akademik, yakni menerapkan sistem belajar online atau electronic learning (e-learning).

Beberapa perguruan tinggi telah menjalankan sistem ini sejak beberapa tahun belakangan. Sebagai contoh, Universitas Esa Unggul, Universitas Bina Nusantara (Binus), Universitas Gunadarma, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan sebagainya.

Di Universitas Esa Unggul, misalnya, sistem e-learning mulai dijajaki pada 2005 dan benar-benar mulai diterapkan dalam program akademiknya pada 2007. Kepala Departemen Dukungan Pembelajaran (DDP) Universitas Esa Unggul Mulyo Wiharto menuturkan, sistem elearning disebutkan di model, full e-learning, dan hybrid learning. Full e-learning dijalankan pada kelas paralel, yakni mahasiswanya berasal dari kalangan karyawan. Sementara hybrid learning diterapkan pada kelas reguler.

”Kalau mahasiswa reguler menjalani sistem belajar-mengajar kombinasi antara konvensional dan online ,” ungkap Mulyo kepada KORAN SINDO. Dia menjelaskan, latar belakang yang membuat Esa Unggul menjalani metode belajar-mengajar ini karena melihat keterbatasan ruang belajar dan waktu yang dimiliki oleh mahasiswa maupun pada tenaga pengajar.

Dengan keterbatasan tersebut, dibuatlah sebuah sistem pola ajar yang tidak mengganggu sistem perkuliahan, tetapi mereka tetap bisa menjalani kegiatan lain di luar kampus. Sistem e-learning mengharuskan setiap mahasiswa membuat akun tersendiri yang sesuai dalam web e-learning. Setelah memiliki akun tersebut, mahasiswa bisa masuk ke website e-learning Esa Unggul. Dari sana mahasiswa dapat mencari mata kuliah yang sudah dipelajari sesuai dengan semesternya.

Di dalam menu mata kuliah tersebut, mahasiswa bakal mendapatkan materi pelajaran selama satu semester sesuai dengan waktu pertemuan. Bagi mahasiswa yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut atas materi yang disediakan dosen, dapat masuk ke menu forum atau chat untuk bisa berdiskusi. Forum ini sebagai ruang bertanya atau interaksi tidak langsung antara mahasiswa dengan dosen.

Semua materi pertanyaan ditampung dulu di menu tersebut, baru kemudian akan dijawab oleh dosen terkait pada waktu tertentu. Sedangkan chatting merupakan ruang interaksi secara langsung antara satu mahasiswa dengan pengajar yang dituju. ”Mereka dapat berbincang sepuasnya satu sama lain tanpa harus bertemu di tempat tertentu atau di ruang kelas. Artinya, kuliah seperti lebih mengefisienkan waktu dan tempat. Mahasiswa bisa belajar sendiri di rumahnya,” ungkap Mulyo.

Di menu itu juga terdapat submenu tugas kuliah untuk setiap pertemuan. Dengan begitu setiap mahasiswa telah membaca materi dan memahami semua materi yang dijelaskan dosen, sehingga dituntut mengerjakan tugas yang sudah tertera dalam website e-learning. Umumnya tugas itu dalam bentuk makalah, paper, atau menulis dalam blog. ”Kuliah elektronik ini mengasah mahasiswa untuk menulis. Mereka harus belajar mandiri dan mencari materi pendukung sendiri,” terangnya.

Pola serupa juga dijalani oleh mahasiswa reguler. Bedanya, mahasiswa reguler masih tetap memiliki perkuliahan secara tetap muka dengan dosen. Tatap muka itu di semester pertama secara penuh. Pada semester selanjutnya hanya dilakukan pada pertemuan kuliah di minggu ganjil. Sementara e-learning mulai dijalani oleh mahasiswa reguler pada semester kedua dan pertemuan minggu genap setelah pertemuan keempat di setiap mata kuliah.

Perguruan tinggi lain yang juga menerapkan sistem e-learning yakni Binus University. Deputy Director Binus Online Learning Agus Putranto mengatakan, konsep online learning yang dijalankan oleh Binus University adalah untuk membantu kalangan mahasiswa yang kesulitan datang ke kampus. Mahasiswa online learning ini berbeda dengan mahasiswa reguler. Mereka umumnya berasal dari kalangan atlet, karyawan, manajer, supervisor di sebuah perusahaan, ibu rumah tangga, pramugari, pramugara, pilot, danberbagaiprofesilain.

”Jumlah mereka ada 10% dari total mahasiswa di Binus University,” sebut Agus. Menariknya, dalam kelas online learning ini, Binus University memberikan biaya perkuliahan lebih hemat 30% dibandingkan mahasiswa reguler. Dengan tingginya tingkat kesibukan mahasiswa tersebut, untuk kebutuhan referensi pelajaran dalam bentuk buku, mahasiswa dapat mengakses digital library, sehingga keperluan akademis tetap tercapai kendati pun jarang datang ke kampus.

Melihat dari latar belakang mahasiswanya, Binus tidak memberikan fasilitas beasiswa kepada mahasiswa online learning. Sedangkan perlakuan lain untuk kegiatan kemahasiswaan di luar akademik sama dengan mahasiswa reguler. ”Digital library kita banyak diakses oleh mahasiswa online learning. Untuk kegiatan kemahasiswaan, mahasiswa online ini bisa mengikuti sama seperti mahasiswa lain,” terang Agus lagi.

Kendati telah menyediakan fasilitas online bagi mahasiswa, Binus University tetap memberikan batasan tertentu kepada mahasiswa online seperti mahasiswa reguler. Misalkan untuk ujian akhir semester, tetap dijalani di kelas atau tatap muka dengan dosen. Sedangkan untuk pembelajaran materi perkuliahan, tentu cukup dilakukan secara jarak jauh dengan cara mengakses website onlinelearning.binus.ac.id.

Agus menyebutkan, Binus University merupakan satu-satunya perguruan tinggi swasta (PTS) yang mendapatkan izin menyelenggarakan kegiatan perkuliahan jarak jauh. Online learning di perguruan tinggi ini bercikal bakal dari memanfaatkan media internet pada 1998 untuk berkirim surat elektronik atau e-mail. Lantas berkembang menjadi e-learning untuk mahasiswa dan dosen.

Ilham safutra
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0872 seconds (0.1#10.140)