Mario sang Penakluk
A
A
A
Dedi Mulyadi
Bupati Purwakarta
Saat ini kita tengah sibuk-sibuknya mewaspadai ISIS, yang berdasarkan berita yang kita dapat dalam setiap saat di berbagai media, ISIS digambarkan sebagai kelompok yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa sehingga menjadi musuh semua kalangan di dunia.
Perbincangan tentang ISIS hari ini menggema mulai dari Jakarta sampai pelosok-pelosok desa. Entah tercipta atau diciptakan, ISIS menjadi pembicaraan aktual sehingga namanya begitu melekat pada telinga banyak orang. Saking melekatnya, ISIS terimajinasi dalam pikiran banyak kalangan menjadi kekuatan yang sangat besar di Indonesia dan seperti ada di setiap tempat, sudut, dan seluruh ruang. Seolah tak ada satu sudut pun di Indonesia tanpa kehadiran ISIS.
Dalam obrolan salam canda, Ma Icih bergumam pada Mang Udin, ” ISIS itu apa, Udin? Ramai benar dibicarakan oleh setiap orang.” Mang Udin menjawab, ” Entah Icih, katanya sih gerombolan bersenjata yang kuatnya luar biasa dan sekarang berkuasa di beberapa daerah di Timur Tengah. Katanya sih kejam, suka membunuh dan melampiaskan seluruh hawa nafsu berahinya pada perempuan siapa saja seolah hidup tanpa hukum dan aturan.”
”Itu kata siapa, Udin,” tanya Ma Icih lagi. ”Ya, kata tivi , katakoran, katatetangga, kata cucu yang katanya membaca dari medsos).” ”Oh, jadi euceuk... (Oh , jadi katanya) , ” gerutu Ma Icih. ”Nya heueuh euceuk (ya iyalah katanya), kan saya belum pernah melihat ke sana. Jangankan pergi ke Suriah, berangkat ke luar kota saja enggak punya ongkosnya.”
Ma Icih kembali menimpali, ”Mungkin tujuan pemerintah dan berbagai lembaga keamanan negara mengajak kita untuk waspada terhadap bahaya yang dianggap senantiasa akan mengancam keutuhan dan kedaulatan bangsa.” ”Kamu ini bagaimana Icih, bicara serius sekali seperti pakar bidang keamanan saja. Justru saya pusing hampir setiap hari di setiap pertemuan tidak ada topik lain yang dibicarakan oleh Pak Kades dan Pak Camat, selain topik ISIS.
Seakan-akan negeri ini sangat darurat terhadap bahaya ISIS. Padahal, waktu si Jumhani kemarin jatuh dari motor sampai terlempar 20 meter, terus di rumah sakit saya tanya, Kenapa kamu sampai jatuh dari motor? Disabotase ku ISIS?. Dia jawab, Bukan, Mang Udin. Saya jatuh dari motor karena jalannya berlubang. Lubangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh air.
Jadi, bagi si Jumhani jalan itu berbahaya bukan oleh ISIS, tapi karena berlubang. Jadi jalan bolong lebih berbahaya dari pada ISIS.” Ma Icih berkata, ”Kalau terus dibicarakan begini, lama-lama Nini bisa jadi suka sama ISIS.” Mang Udin terkejut menimpali,”Kamu ini bagaimana Icih, berbahaya bicara seperti itu.” Sambil melirik Ma Icih menjawab, ”Naha kunaon kitu? (Memangnya kenapa?)Nini mah suka sama ISIS teh yang Ikatan Suami Sayang Istri Satu-satunya. Siga maneh Udin, pan ukur Nini (seperti kamu Udin, kan hanya Nini) tambatan hati kamu satu-satunya.”
”Sama Udin, Nini juga suka sama kamu teh karena tidak ada pilihan lain. Nu bogoh ka aing ngan maneh wungkul (Yang cinta sama Nini cuma kamu). Sudah ah, Udin. Jangan membicarakan urusan berpindah ke lain body, pipaseaeun (nanti malah bertengkar),” gerutu Ma Icih.
”Yang jelas, tahun ini kita ngalamin tidak panen karena padi kita habis sama tikus. Tikus menyerang padi dengan ganasnya karena musuhnya yaitu ular dan burung hantu kini sudah tidak ada akibat setiap hari diburu oleh orang. Entah kenapa keterlaluan sekali manusia ini, seperti yang tidak ada daging lagi saja, daging ular dimakan, burung hantu ditangkapi.
Jadi kalauhari ini Pak Kades setiap hari membahas ISIS untuk membangun ketahanan bangsa, memang tidak salah. Tapi, akan lebih baik kalau Pak Kades dalam setiap hari turun ke sawah, menggerakkan orang untuk menjaga agar para predator hama tidak dimakan oleh predator yang berkepala besar karena itu ketahanan kita yang sebenarnya.”
*** ”Sudah Icih, malah semakin ngelantur bicaranya, seperti yang paham saja. Yang jelas Aki teh hayang seuri (ingin tertawa), di saat semua orang membangun kewaspadaan lewat pengarahan, seminar, dan propaganda media tentang masalah ISIS, yang di dalamnya mengajak kita untuk waspada terhadap terorisme sebagai ancaman yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara, eh eta si Mario itu si Mario masuk ke dalam lubang roda pesawat tidak ada yang tahu.
” Ma Icih kembali menimpali sambil tersenyum,”Iyah Aki, Ninijuga tidakhabispikir. Katanya, kita rakyat harus waspada untuk tidak tersusupi. Tapi, kenapa si Mario bisa masuk ke bandara, bisa sembunyi di lubang roda pesawat. Jadi bagaimana itu kelengkapan yang kita miliki seperti CCTV dan petugas bandara, kok tidak bisa memantau Mario ya ?
Padahal, Mario itu kan bukan orang terlatih, hanya anak lugu dari kampung yang ingin ketemu Pak Jokowi, presiden idolanya. Bayangkan Udin, andaikata si Mario itu teroris dan dia membawa bom, kemudian meledakkan pesawat ketika di udara, dan pesawatnya meledak ketika semua orang lagi berpidato dan memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk waspada terhadap ISIS. Apa kata dunia?
Jadi menurut Nini yang orang desa, sebaiknya kewaspadaan kita itu bukandengankata-kata. Tetapidengansikap, perbuatan, kecermatan, dan kecerdasan dalam menjaga fungsi dan peran kita masing-masing. ” ”Ah, si Nini mah , seperti pejabat saja bicaranya,” timpal Mang Udin. ”Yang jelas mah , Aki kagum sama Mario. Ternyata orang Indonesia itu memang hebat, mampu mengelabui petugas, mampu masuk ke lubang roda pesawat tanpa ketahuan oleh siapa pun.
Aki curiga, janganjangan ini bukan kelalaian petugas, tapi Mario memang punya aji halimunan (kesaktian untuk tidak terlihat) yang diajarkan oleh leluhur kita dalam dunia pewayangan.” ”Si Aki ini bagaimana sih , aji halimunan itu adanya di wayang Jawa bukan di wayang Sumatera. Mungkin Mario itu punya ilmu pekat asap karena dia orang tanah Sumatera sehingga ketika dia lewat seluruh pandangan orang menjadi tertutup oleh pekatnya asap tanpa harus diperiksa oleh metal detector dan tidak terpantau oleh CCTV.
Mario dengan gagahnya bisa masuk ke bandara dan duduk dengan santai di singgasana roda pesawat. ” ”Eh, Nini. Mario itu bukan hanya punya ilmu pekat asap, tapi juga pencinta ramuan Jawa wes ewes ewes bablas angine , sehingga ketika di udara dia bisa melewati awan tebal dan angin yang berhembus dengan kecepatan yang sangat tinggi dengan sempurna tanpa kembung perutnya karena masuk angin.” ”Betul, Aki.
Karena Mario itu ternyata anak muda yang sangat hebat, punya ilmu pekat asap dan bablas angine, Mario layak untuk dipertimbangkan direkrut menjadi pasukan khusus yang suatu saat apabila dibutuhkan dia bisa menyusup ke kandang musuh tanpa bisa dibaca oleh satelit, metal detector, dan CCTV.” ”Betul, Nini. Mario memang sang pemberani. Anda layak mendapat hadiah terbang dengan gratis. Mario, Mario...”
Bupati Purwakarta
Saat ini kita tengah sibuk-sibuknya mewaspadai ISIS, yang berdasarkan berita yang kita dapat dalam setiap saat di berbagai media, ISIS digambarkan sebagai kelompok yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa sehingga menjadi musuh semua kalangan di dunia.
Perbincangan tentang ISIS hari ini menggema mulai dari Jakarta sampai pelosok-pelosok desa. Entah tercipta atau diciptakan, ISIS menjadi pembicaraan aktual sehingga namanya begitu melekat pada telinga banyak orang. Saking melekatnya, ISIS terimajinasi dalam pikiran banyak kalangan menjadi kekuatan yang sangat besar di Indonesia dan seperti ada di setiap tempat, sudut, dan seluruh ruang. Seolah tak ada satu sudut pun di Indonesia tanpa kehadiran ISIS.
Dalam obrolan salam canda, Ma Icih bergumam pada Mang Udin, ” ISIS itu apa, Udin? Ramai benar dibicarakan oleh setiap orang.” Mang Udin menjawab, ” Entah Icih, katanya sih gerombolan bersenjata yang kuatnya luar biasa dan sekarang berkuasa di beberapa daerah di Timur Tengah. Katanya sih kejam, suka membunuh dan melampiaskan seluruh hawa nafsu berahinya pada perempuan siapa saja seolah hidup tanpa hukum dan aturan.”
”Itu kata siapa, Udin,” tanya Ma Icih lagi. ”Ya, kata tivi , katakoran, katatetangga, kata cucu yang katanya membaca dari medsos).” ”Oh, jadi euceuk... (Oh , jadi katanya) , ” gerutu Ma Icih. ”Nya heueuh euceuk (ya iyalah katanya), kan saya belum pernah melihat ke sana. Jangankan pergi ke Suriah, berangkat ke luar kota saja enggak punya ongkosnya.”
Ma Icih kembali menimpali, ”Mungkin tujuan pemerintah dan berbagai lembaga keamanan negara mengajak kita untuk waspada terhadap bahaya yang dianggap senantiasa akan mengancam keutuhan dan kedaulatan bangsa.” ”Kamu ini bagaimana Icih, bicara serius sekali seperti pakar bidang keamanan saja. Justru saya pusing hampir setiap hari di setiap pertemuan tidak ada topik lain yang dibicarakan oleh Pak Kades dan Pak Camat, selain topik ISIS.
Seakan-akan negeri ini sangat darurat terhadap bahaya ISIS. Padahal, waktu si Jumhani kemarin jatuh dari motor sampai terlempar 20 meter, terus di rumah sakit saya tanya, Kenapa kamu sampai jatuh dari motor? Disabotase ku ISIS?. Dia jawab, Bukan, Mang Udin. Saya jatuh dari motor karena jalannya berlubang. Lubangnya tidak kelihatan karena tertutup oleh air.
Jadi, bagi si Jumhani jalan itu berbahaya bukan oleh ISIS, tapi karena berlubang. Jadi jalan bolong lebih berbahaya dari pada ISIS.” Ma Icih berkata, ”Kalau terus dibicarakan begini, lama-lama Nini bisa jadi suka sama ISIS.” Mang Udin terkejut menimpali,”Kamu ini bagaimana Icih, berbahaya bicara seperti itu.” Sambil melirik Ma Icih menjawab, ”Naha kunaon kitu? (Memangnya kenapa?)Nini mah suka sama ISIS teh yang Ikatan Suami Sayang Istri Satu-satunya. Siga maneh Udin, pan ukur Nini (seperti kamu Udin, kan hanya Nini) tambatan hati kamu satu-satunya.”
”Sama Udin, Nini juga suka sama kamu teh karena tidak ada pilihan lain. Nu bogoh ka aing ngan maneh wungkul (Yang cinta sama Nini cuma kamu). Sudah ah, Udin. Jangan membicarakan urusan berpindah ke lain body, pipaseaeun (nanti malah bertengkar),” gerutu Ma Icih.
”Yang jelas, tahun ini kita ngalamin tidak panen karena padi kita habis sama tikus. Tikus menyerang padi dengan ganasnya karena musuhnya yaitu ular dan burung hantu kini sudah tidak ada akibat setiap hari diburu oleh orang. Entah kenapa keterlaluan sekali manusia ini, seperti yang tidak ada daging lagi saja, daging ular dimakan, burung hantu ditangkapi.
Jadi kalauhari ini Pak Kades setiap hari membahas ISIS untuk membangun ketahanan bangsa, memang tidak salah. Tapi, akan lebih baik kalau Pak Kades dalam setiap hari turun ke sawah, menggerakkan orang untuk menjaga agar para predator hama tidak dimakan oleh predator yang berkepala besar karena itu ketahanan kita yang sebenarnya.”
*** ”Sudah Icih, malah semakin ngelantur bicaranya, seperti yang paham saja. Yang jelas Aki teh hayang seuri (ingin tertawa), di saat semua orang membangun kewaspadaan lewat pengarahan, seminar, dan propaganda media tentang masalah ISIS, yang di dalamnya mengajak kita untuk waspada terhadap terorisme sebagai ancaman yang sangat berbahaya bagi bangsa dan negara, eh eta si Mario itu si Mario masuk ke dalam lubang roda pesawat tidak ada yang tahu.
” Ma Icih kembali menimpali sambil tersenyum,”Iyah Aki, Ninijuga tidakhabispikir. Katanya, kita rakyat harus waspada untuk tidak tersusupi. Tapi, kenapa si Mario bisa masuk ke bandara, bisa sembunyi di lubang roda pesawat. Jadi bagaimana itu kelengkapan yang kita miliki seperti CCTV dan petugas bandara, kok tidak bisa memantau Mario ya ?
Padahal, Mario itu kan bukan orang terlatih, hanya anak lugu dari kampung yang ingin ketemu Pak Jokowi, presiden idolanya. Bayangkan Udin, andaikata si Mario itu teroris dan dia membawa bom, kemudian meledakkan pesawat ketika di udara, dan pesawatnya meledak ketika semua orang lagi berpidato dan memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk waspada terhadap ISIS. Apa kata dunia?
Jadi menurut Nini yang orang desa, sebaiknya kewaspadaan kita itu bukandengankata-kata. Tetapidengansikap, perbuatan, kecermatan, dan kecerdasan dalam menjaga fungsi dan peran kita masing-masing. ” ”Ah, si Nini mah , seperti pejabat saja bicaranya,” timpal Mang Udin. ”Yang jelas mah , Aki kagum sama Mario. Ternyata orang Indonesia itu memang hebat, mampu mengelabui petugas, mampu masuk ke lubang roda pesawat tanpa ketahuan oleh siapa pun.
Aki curiga, janganjangan ini bukan kelalaian petugas, tapi Mario memang punya aji halimunan (kesaktian untuk tidak terlihat) yang diajarkan oleh leluhur kita dalam dunia pewayangan.” ”Si Aki ini bagaimana sih , aji halimunan itu adanya di wayang Jawa bukan di wayang Sumatera. Mungkin Mario itu punya ilmu pekat asap karena dia orang tanah Sumatera sehingga ketika dia lewat seluruh pandangan orang menjadi tertutup oleh pekatnya asap tanpa harus diperiksa oleh metal detector dan tidak terpantau oleh CCTV.
Mario dengan gagahnya bisa masuk ke bandara dan duduk dengan santai di singgasana roda pesawat. ” ”Eh, Nini. Mario itu bukan hanya punya ilmu pekat asap, tapi juga pencinta ramuan Jawa wes ewes ewes bablas angine , sehingga ketika di udara dia bisa melewati awan tebal dan angin yang berhembus dengan kecepatan yang sangat tinggi dengan sempurna tanpa kembung perutnya karena masuk angin.” ”Betul, Aki.
Karena Mario itu ternyata anak muda yang sangat hebat, punya ilmu pekat asap dan bablas angine, Mario layak untuk dipertimbangkan direkrut menjadi pasukan khusus yang suatu saat apabila dibutuhkan dia bisa menyusup ke kandang musuh tanpa bisa dibaca oleh satelit, metal detector, dan CCTV.” ”Betul, Nini. Mario memang sang pemberani. Anda layak mendapat hadiah terbang dengan gratis. Mario, Mario...”
(ars)