Pemadanan Istilah Pariwisata
A
A
A
Mohamad Azhar Rasjid
Penulis bekerja di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sebagai tenaga fungsional penerjemah.
Welcome to Bandung, the city of fashion, dine and entertainment. Kalimat itu tertulis dalam sebuah papan reklame yang ter pasang di sebuah pusat pertokoan.
Letak pusat pertokoan itu ber dekatan dengan gerbang jalan tol yang menjadi akses pa ra wisatawan dari dan menuju ko ta Bandung melalui per ja lan an darat. Kalimat berbahasa Ing gris bernada sapaan itu se olah menjadi penanda bagi wisatawan yang akan berwisata menikmati keindahan kota ser ta layanan barang dan jasa dari war ga kota Bandung. Pe nempatan papan reklame itu sangat stra tegis.
Setiap wisatawan yang melalui gerbang tol tersebut pasti dapat melihatnya de ngan jelas. Akan tetapi, pernahkah Anda menyadari untuk siapakah pesan dalam kalimat sa paan dalam reklame itu di - tujukan? Menurut Cangara (2006: 23) da lam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan dalam proses komunikasi ber arti sesuatu yang di sampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isi pesan bisa be r upa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau pro paganda. Pesan pada da sarnya bersifat abstrak, namun dapat diubah menjadi konkret dengan menciptakan pesan itu dalam bentuk lambang ko munikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Pesan akan tersampaikan dengan baik apabila ko munikator (orang yang menyampaikan pesan) dan komunikan (penerima pesan dalam proses komunikasi) memiliki ke ma mpuan yang sama dalam pe ma kaian bahasanya. Pesan da lam kalimat yang berbahasa Inggris tentunya akan sangat ce pat diterima oleh komunikan yang sehari-harinya ber ko mu ni kasi dengan bahasa Inggris atau memiliki ke mampuan ber bahasa Inggris yang baik.
Dalam kaitannya dengan rek lame yang dipasang di pusat pertokoan itu, berapa persenkah wisatawan mancanegara yang menempuh per ja lanan da rat dan melewati akses ke Kota Ban dung melalui jalan tol ter sebut? Tentunya jum lah wi sa ta wan domestik akan lebih ba nyak yang me lewati akses ter sebut di ban dingkan dengan wi sa ta wan mancanegara. Dengan ka ta lain, penem patan reklame itu menjadi ku rang efektif ka re na tujuannya tidak tercapai, dan se cara ke bahasaan hal itu me nyalahi undang-undang. Tak hanya papan reklame itu saja, istilah-istilah yang di gunakan di hotel-hotel, tempat wisata ataupun istilah khusus pariwisata masih banyak yang meng gunakan istilah dalam bahasa asing, terutama bahasa Ing gris.
Bahkan, yang lebih meng khawatirkan, penulisan istilah dalam bahasa Inggris terkadang salah. Penulis pernah menemukan kesalahan penulisan petunjuk di salah satu hotel di kawasan Bandung Barat yang menulis kamar toilet dengan tulisan gants and ladies room. Era globalisasi yang mengubah tatanan kehidupan dunia baru telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Perkembangan teknologi dan infor masi begitu cepat seolah tidak ada penghalang di antara ba tas antarnegara.
Penggunaan istilah dari bahasa Inggris, mau tidak mau, telah memasuki berbagai sendi kehidupan, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tek nologi. Perubahan itu tentu saja per lu ditampung dalam proses pe nga lihan kosakata, khususnya istilah asing ke dalam ba - hasa Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan kalimat atau istilah asing di berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pariwisata, masih sering di la kukan. Kesadaran dari pihak-pihak yang terkait untuk meng gunakan bahasa Indonesia m asih sangat rendah.
Hal ini patut disayangkan karena salah satu indikasi kemajuan per adaban suatu bangsa bisa dilihat dari kekayaan peristilahan bahasanya. Istilah adalah sarana pengungkap ilmu dan tek no logi serta seni. Semakin banyak per istilahan ilmu pengetahuan sua tu bangsa, maka semakin maju pula peradaban bangsa itu. Penggunaan istilah asing (ter utama bahasa Inggris) di bi dang pariwisata memang tidak di ha ramkan, sepanjang peng gu na an serta tata letaknya telah be nar.
Pemerintah telah me ng - atur penggunaan ba - hasa asing itu dalam Undang-Undang Re pub lik Indonesia nomor 24 ta hun 2009. Dalam undang-un dang itu disebutkan pengguna an bahasa Indonesia dapat di sertai bahasa daerah dan/ - atau bahasa asing. Penem patan ba hasa atau istilah asing pun telah di atur, bahasa atau is tilah asing itu diletakkan tepat di bawah is t ilah yang berbahasa In donesia, de ngan ukuran huruf yang lebih kecil.
Seiring dengan pengaturan peng gunaan padanan istilah-istilah asing, Badan Pe ngembang an dan Pembinaan Bahasa sejak tahun 1975 telah merumuskan panduan dalam pemadanan peristilahan di segala bidang, termasuk pariwisata. Buku panduan tersebut juga dilengkapi dengan contoh kata dan istilah asing yang sudah dipadan kan. Sampai dengan tahun 2003, Badan Pe ngembangan dan Pembinaan Bahasa te lah memadankan 5.800 kata dan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Jumlah ini tentunya akan bertambah seiring de ngan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa kata dan istilah asing dalam bidang pariwisata yang telah di padankan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ave rage room occupancy di padankan menjadi rerata tingkat ka mar; peak season dipadankan men jadi musim puncak kunjung an wisatawan; lean season di pa dankan menjadi musim sepi kunjungan wisatawan; offsea son ratedipadankan me n jadi tarif musim sepi; check in di padankan menjadi lapor masuk; receptionist dipadankan menjadi penerima tamu; main lob by dipadankan menjadi ruang selasar utama; bellboy atau roomboy dipadankan men jadi pramutamu; laundry ser vice dipadankan menjadi la yanan penatu; cleaning service dipadankan menjadi layanan pem bersihan; convention hall dipadankan menjadi ruang konvensi; grand ballroom dipadankan menjadi balairung agung; room service dipa dan kan menjadi jasa layanan ka mar; tour itenerary dipadankan menjadi rute perjalanan wisata; tour guide dipadankan menjadi pramuwisata; pilgrimage tourism dipadankan menjadi wisata ziarah.
Beberapa kata atau istilah yang telah dipadankan ke dalam ba hasa Indonesia mungkin telah sering kita dengarkan sehari-hari, namun sebagian lagi baru kita dengar dan mungkin ter asa janggal karena sangat ja rang digunakan. Apresiasi perlu di berikan kepada organisasi kemasyarakatan atau per himpunan yang telah membantu me nyosialisasikan istilah-istilah pariwisata tersebut. Sebuah perhimpunan petugas pariwisata yang berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yang diperlukan wisatawan, menamai perhimpunannya dengan HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Langkah-lang kah seperti ini perlu di du kung agar istilahistilah bahasa In donesia dalam industri pariwisata semakin luas diketahui oleh para praktisi pariwisata dan masyarakat umum, sehinga tujuan utama bangsa kita menjadikan bahasa Indonesia men jadi tuan rumah di ne ge ri nya sendiri dapat tercapai.
Penulis bekerja di Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat sebagai tenaga fungsional penerjemah.
Welcome to Bandung, the city of fashion, dine and entertainment. Kalimat itu tertulis dalam sebuah papan reklame yang ter pasang di sebuah pusat pertokoan.
Letak pusat pertokoan itu ber dekatan dengan gerbang jalan tol yang menjadi akses pa ra wisatawan dari dan menuju ko ta Bandung melalui per ja lan an darat. Kalimat berbahasa Ing gris bernada sapaan itu se olah menjadi penanda bagi wisatawan yang akan berwisata menikmati keindahan kota ser ta layanan barang dan jasa dari war ga kota Bandung. Pe nempatan papan reklame itu sangat stra tegis.
Setiap wisatawan yang melalui gerbang tol tersebut pasti dapat melihatnya de ngan jelas. Akan tetapi, pernahkah Anda menyadari untuk siapakah pesan dalam kalimat sa paan dalam reklame itu di - tujukan? Menurut Cangara (2006: 23) da lam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan dalam proses komunikasi ber arti sesuatu yang di sampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isi pesan bisa be r upa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau pro paganda. Pesan pada da sarnya bersifat abstrak, namun dapat diubah menjadi konkret dengan menciptakan pesan itu dalam bentuk lambang ko munikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.
Pesan akan tersampaikan dengan baik apabila ko munikator (orang yang menyampaikan pesan) dan komunikan (penerima pesan dalam proses komunikasi) memiliki ke ma mpuan yang sama dalam pe ma kaian bahasanya. Pesan da lam kalimat yang berbahasa Inggris tentunya akan sangat ce pat diterima oleh komunikan yang sehari-harinya ber ko mu ni kasi dengan bahasa Inggris atau memiliki ke mampuan ber bahasa Inggris yang baik.
Dalam kaitannya dengan rek lame yang dipasang di pusat pertokoan itu, berapa persenkah wisatawan mancanegara yang menempuh per ja lanan da rat dan melewati akses ke Kota Ban dung melalui jalan tol ter sebut? Tentunya jum lah wi sa ta wan domestik akan lebih ba nyak yang me lewati akses ter sebut di ban dingkan dengan wi sa ta wan mancanegara. Dengan ka ta lain, penem patan reklame itu menjadi ku rang efektif ka re na tujuannya tidak tercapai, dan se cara ke bahasaan hal itu me nyalahi undang-undang. Tak hanya papan reklame itu saja, istilah-istilah yang di gunakan di hotel-hotel, tempat wisata ataupun istilah khusus pariwisata masih banyak yang meng gunakan istilah dalam bahasa asing, terutama bahasa Ing gris.
Bahkan, yang lebih meng khawatirkan, penulisan istilah dalam bahasa Inggris terkadang salah. Penulis pernah menemukan kesalahan penulisan petunjuk di salah satu hotel di kawasan Bandung Barat yang menulis kamar toilet dengan tulisan gants and ladies room. Era globalisasi yang mengubah tatanan kehidupan dunia baru telah mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Perkembangan teknologi dan infor masi begitu cepat seolah tidak ada penghalang di antara ba tas antarnegara.
Penggunaan istilah dari bahasa Inggris, mau tidak mau, telah memasuki berbagai sendi kehidupan, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tek nologi. Perubahan itu tentu saja per lu ditampung dalam proses pe nga lihan kosakata, khususnya istilah asing ke dalam ba - hasa Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan kalimat atau istilah asing di berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam bidang pariwisata, masih sering di la kukan. Kesadaran dari pihak-pihak yang terkait untuk meng gunakan bahasa Indonesia m asih sangat rendah.
Hal ini patut disayangkan karena salah satu indikasi kemajuan per adaban suatu bangsa bisa dilihat dari kekayaan peristilahan bahasanya. Istilah adalah sarana pengungkap ilmu dan tek no logi serta seni. Semakin banyak per istilahan ilmu pengetahuan sua tu bangsa, maka semakin maju pula peradaban bangsa itu. Penggunaan istilah asing (ter utama bahasa Inggris) di bi dang pariwisata memang tidak di ha ramkan, sepanjang peng gu na an serta tata letaknya telah be nar.
Pemerintah telah me ng - atur penggunaan ba - hasa asing itu dalam Undang-Undang Re pub lik Indonesia nomor 24 ta hun 2009. Dalam undang-un dang itu disebutkan pengguna an bahasa Indonesia dapat di sertai bahasa daerah dan/ - atau bahasa asing. Penem patan ba hasa atau istilah asing pun telah di atur, bahasa atau is tilah asing itu diletakkan tepat di bawah is t ilah yang berbahasa In donesia, de ngan ukuran huruf yang lebih kecil.
Seiring dengan pengaturan peng gunaan padanan istilah-istilah asing, Badan Pe ngembang an dan Pembinaan Bahasa sejak tahun 1975 telah merumuskan panduan dalam pemadanan peristilahan di segala bidang, termasuk pariwisata. Buku panduan tersebut juga dilengkapi dengan contoh kata dan istilah asing yang sudah dipadan kan. Sampai dengan tahun 2003, Badan Pe ngembangan dan Pembinaan Bahasa te lah memadankan 5.800 kata dan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia. Jumlah ini tentunya akan bertambah seiring de ngan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beberapa kata dan istilah asing dalam bidang pariwisata yang telah di padankan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: ave rage room occupancy di padankan menjadi rerata tingkat ka mar; peak season dipadankan men jadi musim puncak kunjung an wisatawan; lean season di pa dankan menjadi musim sepi kunjungan wisatawan; offsea son ratedipadankan me n jadi tarif musim sepi; check in di padankan menjadi lapor masuk; receptionist dipadankan menjadi penerima tamu; main lob by dipadankan menjadi ruang selasar utama; bellboy atau roomboy dipadankan men jadi pramutamu; laundry ser vice dipadankan menjadi la yanan penatu; cleaning service dipadankan menjadi layanan pem bersihan; convention hall dipadankan menjadi ruang konvensi; grand ballroom dipadankan menjadi balairung agung; room service dipa dan kan menjadi jasa layanan ka mar; tour itenerary dipadankan menjadi rute perjalanan wisata; tour guide dipadankan menjadi pramuwisata; pilgrimage tourism dipadankan menjadi wisata ziarah.
Beberapa kata atau istilah yang telah dipadankan ke dalam ba hasa Indonesia mungkin telah sering kita dengarkan sehari-hari, namun sebagian lagi baru kita dengar dan mungkin ter asa janggal karena sangat ja rang digunakan. Apresiasi perlu di berikan kepada organisasi kemasyarakatan atau per himpunan yang telah membantu me nyosialisasikan istilah-istilah pariwisata tersebut. Sebuah perhimpunan petugas pariwisata yang berkewajiban memberi petunjuk dan informasi yang diperlukan wisatawan, menamai perhimpunannya dengan HPI atau Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Langkah-lang kah seperti ini perlu di du kung agar istilahistilah bahasa In donesia dalam industri pariwisata semakin luas diketahui oleh para praktisi pariwisata dan masyarakat umum, sehinga tujuan utama bangsa kita menjadikan bahasa Indonesia men jadi tuan rumah di ne ge ri nya sendiri dapat tercapai.
(ars)