Akik, Fenomena Apakah?

Jum'at, 20 Maret 2015 - 09:02 WIB
Akik, Fenomena Apakah?
Akik, Fenomena Apakah?
A A A
Akik, akik, dan akik. Jika melihat fakta yang ada belakangan, barangkali tidak berlebihan jika tren batu akik yang kini melanda Tanah Air sudah menjadi bagian dari konstruksi sosial masyarakat.

Segala tindak-tanduk dan perbincangan yang berkembang di masyarakat—terutama oleh kaum Adam, jika dipersentasekan per tematik, tema tentang akik hampir pasti menempatkan porsi paling dominan. Kesimpulan demikian memang bisa diperdebatkan. Tapi mari bersama-sama menoleh realitas di sekeliling kita.

Misalkan saat memanfaatkan moda transportasi commuter line, begitu masuk ke stasiun, lihatlah jari-jemari sekuriti maupun personel Marinir TNI AL yang membantu pengamanan, sebagian besar mengenakan akik. Begitu juga saat masuk kereta, sempatkan pandangan ke sesama pengguna moda transportasi ini, sebagian dari mereka pasti ada yang mengenakan akik.

Bahkan, ada yang tidak sungkan-sungkan memanfaatkan waktu senggangnya menggosok-gosokkan akiknya di media tertentu, bahkan di celana, demi membuat akik yang dikenakannya menjadi berkilau. Pemandangan di stasiun dan kereta api bisa memberi gambaran bagaimana akik menjadi tren di masyarakat; bukan hanya di Jakarta, melainkan juga hampir semua wilayah di Tanah Air.

Dalam hukum pasar, tingginya tren demand jelas berbanding lurus dengan supply. Karena itulah, tidak heran jika kini keramaian pusat akik di Rawabening, Jatinegara sudah seperti Pasar Tanah Abang. Saking tingginya permintaan akik, kini bahkan Rawabening bukan lagi satu-satunya destinasi penggemar akik.

Sejumlah mal di Ibu Kota sudah menangkap peluang tersebut dengan memberikan sebagian ruangnya menjadi pusat akik, seperti di Mal Season City dan ITC Blok M. Pusat transaksi akik, bahan mentah (rough), maupun penggosokan pun sampai meluber di hampir tiap gang di Ibu Kota.

Tren akik pun turut memancing perhatian para cendekiawan maupun analis. Mereka beramai-ramai mencoba memberikan perspektif dari berbagai sudut pandang disiplin keilmuan untuk mendeskripsikan tren akik tersebut, baik yang berujung pada persepsi pesimistis maupun optimistis.

Sudut pandang pesimistis di antaranya menggambarkannya seperti tren bunga gelombang cinta atau ikan lohan, seperti meteor jatuh yang cepat berlalu. Sedangkan optimisme lebih mengarah ke dampak ekonomi. Namun, apa makna di balik fenomena yang melingkupi tren akik, belum banyak dikaji.

Melihat tren akik yang demikian relevan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubjektif. Di dalam pendekatan ini dikenal ilmu hermeneutik untuk mengartikan fenomena yang ada.

Tidak mudah memahami fenomena akik karena begitu banyak pemaknaan mengapa individu-individu mengenakan akik. Namun dipastikan, akik tidak lagi melulu menjadi simbol mistisme. Kini orang mengenakan akik karena juga alasan lain seperti keindahan, kesehatan, ataupun prestise.

Batu menjadi tema, sekaligus media diskusi yang sangat cair hingga melampaui perbedaan kelas sosial, politik, agama, dan lainnya. Mulai pejabat, tentara, satpam, profesional, hingga pemulung tidak lagi canggung mendiskusikan satu tema, yakni akik. Interaksi ini pada akhirnya berujung persatuan bangsa.

Akik juga menimbulkan kebanggaan daerah hingga tampil sebagai identitas kedaerahan. Rangkaian kebanggaan kedaerahan pada akhirnya berujung pada kebanggaan nasional. Fenomena akik harus diakui begitu kuat sehingga masyarakat lupa beberapa saat sebelumnya telah terceraiberaikan oleh perseteruan politik akibat Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2014.

Fenomena akik juga sangat kuat sehingga masyarakat tetap bangga pada bangsa ini kendati didera berbagai persoalan seperti kenaikan BBM, tarif dasar listrik, elpiji; terpuruknya nilai rupiah terhadap dolar, dan sebagainya.

Dengan demikian, akik bisa dimaknai sebagai sebuah media oase berbagai persoalan bangsa, sekaligus simbol kembalinya persatuan dan kebanggaan nasional.
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1348 seconds (0.1#10.140)