Potensi Ekspor Udang

Kamis, 19 Maret 2015 - 10:11 WIB
Potensi Ekspor Udang
Potensi Ekspor Udang
A A A
Kabar pilu seputar komoditas ekspor udang sering kali membuat dada sesak mendengarnya.Dengan berbagai alasan negara tujuan ekspor, udang produksi Indonesia selalu dicap tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga berbahaya untuk dikonsumsi.

Entah tudingan itu benar atau tidak, yang pasti sulit untuk dijelaskan. Sebab bisa saja hal itu hanya persekongkolan untuk menekan harga udang di tingkat internasional atau bagian persaingan dari negara-negara sesama pengekspor udang yang saling menjegal untuk merebut pasar seluas-luasnya. Celakanya, selama ini perwakilan pemerintah di luar negeri cenderung pasif menyikapi masalah tersebut.

Belakangan kabar pilu itu mulai terkikis. Kabar terbaru yang berembus dari Amerika Serikat (AS) terdengar sangat positif. Ekspor udang ke Negeri Paman Sam pada periode Januari 2015 naik tajam bahkan meraih peringkat pertama dengan mengalahkan India dan Ekuador. Pemerintah AS telah melansir bahwa Indonesia mencetak rekor angka ekspor udang senilai USD93,5 juta atau sekitar 22,7% dari pangsa pasar di AS.

Di bawah peringkat Indonesia tercatat India senilai USD91,4 juta atau 22,19%, disusul Ekuador senilai USD51,1 juta atau 12,41%. Sedangkan Thailand dan Vietnam masing-masing hanya senilai USD44,3 juta atau 10,7% dan USD34,2 juta atau 8,3%. Produk udang yang paling disukai warga AS adalah shrimp warm water peeled frozen. Tren permintaan AS terhadap produk perikanan dari Indonesia memang sedang terbuka luas.

Peluang produk perikanan selain udang, sebagaimana dilaporkan Atase Perdagangan RI di Washington DC, Made Martihini, termasuk ikan tuna, kepiting hingga produk olahan berpotensi tinggi untuk ditingkatkan. Hal itu dapat dipantau dari data ekspor tahun lalu, di mana total ekspor produk fish and seafood mencapai USD1,3 miliar dan total ekspor udang tercatat USD1,1 miliar. Bisakah Indonesia meraih peluang tersebut?

Seharusnya bisa dengan melihat fokus kebijakan pemerintah dalam membangun sumber daya maritim sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi. Terlepas dari ekspor udang, AS sebagai negara dengan peringkat ekonomi tertinggi di dunia tercatat sebagai salah satu penyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari lalu, selain Belanda, India, Filipina, dan Swiss.

Pertengahan Maret lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) memublikasikan neraca perdagangan membukukan surplus sebesar USD783,3 juta, yang diperoleh dari ekspor nonmigas senilai USD564,3 juta dan ekspor migas senilai USD174,1 juta.

Sementara itu, secara kumulatif surplus neraca perdagangan dalam periode dua bulan (Januari-Februari) pada tahun ini mencapai USD1,48 miliar, di mana sektor pertanian mengalami pertumbuhan sekitar 2,4% dengan produk terlaris di antaranya meliputi kopi, teh dan rempah-rempah. Mendengar pangsa pasar produk perikanan Indonesia yang terbuka luas di pasar AS, memberikan optimisme tersendiri untuk menjadikan negeri ini sebagai salah satu pengekspor produk perikanan terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Memang Menteri Susi tidak berwacana untuk meraih target tersebut. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan di antaranya mulai moratorium izin kapal tangkap, pelarangan bongkar-muat (transhipment ) di tengah laut, hingga pelarangan ekspor benih lobster dan penangkapan kepiting yang sedang bertelur, demi mencegah pencurian ikan dan meningkatkan budi daya produk perikanan.

Kalau semua kebijakan berjalan sesuai yang diharapkan, untuk jangka panjang pemerintah meyakini Indonesia bisa berperan besar mengatur pangsa pasar ikan dunia. Sekarang lupakan sementara untuk meraih sebagai pemain utama ekspor perikanan di pangsa pasar dunia. Dalam jangka pendek, bagaimana menjaga posisi Indonesia pada pangsa pasar AS untuk produk perikanan terutama udang.

Pastikan bahwa produk udang Indonesia yang terbaik sesuai standar kesehatan dan keselamatan di negara-negara maju. Prestasi produk udang menjadi juara di pasar AS adalah sebuah momentum mendongkrak kinerja ekspor yang harus dikawal serius.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7367 seconds (0.1#10.140)