Negeri Agraris dan Dunia Kesehatan
A
A
A
Bukan gosip atau julukan tanpa ada latar belakang. Indonesia yang menjadi negara agraris merupakan suatu fakta.
Konsekuensi dari julukan ini maka sektor pertanian di negara ini seharusnya merupakan hal yang terdepan. Sayangnya, sekalipun negara agraris, masih banyak kasus gizi buruk dan malnutrisi yang ditemui di beberapa tempat di Indonesia. Program Millenium Development Goals (MDGs) yang diwacanakan sejak lama, hingga saat ini belum bisa mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Meski dari sisi lain, kasus gizi buruk dan malnutrisi angka kejadiannya menurun. Namun, hal itu kurang dapat dijadikan indikator tingkat keberhasilan mengingat masih banyaknya ditemukan kasus serupa. Menjadi sindiran jika Indonesia yang notabene merupakan negara penghasil pangan harus mengalami kasus kekurangan pangan.
Dengan melihat potensi yang ada, sebenarnya Indonesia bisa menekan angka kejadian gizi buruk dan malnutrisi itu hingga mencapai 0%, namun perlu kerja sama dari berbagai pihak. Untuk menuju MDGs, kerja sama dari semua sektor sangat diperlukan bukan hanya dari sektor kesehatan, melainkan juga dari agraris. Terlepas dari pangan, bukan teori lagi jika hasil tanaman di Indonesia ini melimpah.
Berbagai jenis tanaman dapat ditemukan di negara ini dari ujung Timur hingga ujung Barat. Tanaman-tanaman Indonesia selain terkenal akan berbagai kegunaannya sebagai bahan pangan, juga sebagai obat-obatan. Penggunaan tanaman sebagai obat memang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Saat ini makin meluas penggunaan terhadap obat herbal daripada obat kimia karena melihat dari sisi efek samping.
Bayangkan saja jika 90% tanaman di Indonesia dapat dijadikan sebagai obat penyakit tertentu, maka tidak menutup kemungkinan jika negara Indonesia dapat memproduksi semua obat-obat herbal yang dibutuhkan negaranya dari hasil alam sendiri. Masalahnya adalah peneliti yang berkenan untuk meneliti tanaman-tanaman itu masih minim.
Kalaupun ada penelitiannya, tempat penyaluran hasil penelitian tersebut masih kurang memadai. Secara keseluruhan, Indonesia sebagai salah satu negara yang mendapat julukan negara agraris merupakan suatu pilihan.
Bisa saja negara ini menjadi rumah emas yang menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya dilihat dari potensi yang dimiliki, namun dia bisa juga menjadi rumah lapuk jika tidak ada upaya perawatan dari pemiliknya.
Siapa pemilik yang merawat itu? Tentu bukan hanya pemerintah atau mahasiswa, namun kita sebagai warga negara Indonesia. Mana yang kamu pilih sebagai warga negara Indonesia?
Beta Krisnanovita
Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Staf Health Policy Study Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Universitas Airlangga Surabaya
Konsekuensi dari julukan ini maka sektor pertanian di negara ini seharusnya merupakan hal yang terdepan. Sayangnya, sekalipun negara agraris, masih banyak kasus gizi buruk dan malnutrisi yang ditemui di beberapa tempat di Indonesia. Program Millenium Development Goals (MDGs) yang diwacanakan sejak lama, hingga saat ini belum bisa mencapai hasil seperti yang diharapkan.
Meski dari sisi lain, kasus gizi buruk dan malnutrisi angka kejadiannya menurun. Namun, hal itu kurang dapat dijadikan indikator tingkat keberhasilan mengingat masih banyaknya ditemukan kasus serupa. Menjadi sindiran jika Indonesia yang notabene merupakan negara penghasil pangan harus mengalami kasus kekurangan pangan.
Dengan melihat potensi yang ada, sebenarnya Indonesia bisa menekan angka kejadian gizi buruk dan malnutrisi itu hingga mencapai 0%, namun perlu kerja sama dari berbagai pihak. Untuk menuju MDGs, kerja sama dari semua sektor sangat diperlukan bukan hanya dari sektor kesehatan, melainkan juga dari agraris. Terlepas dari pangan, bukan teori lagi jika hasil tanaman di Indonesia ini melimpah.
Berbagai jenis tanaman dapat ditemukan di negara ini dari ujung Timur hingga ujung Barat. Tanaman-tanaman Indonesia selain terkenal akan berbagai kegunaannya sebagai bahan pangan, juga sebagai obat-obatan. Penggunaan tanaman sebagai obat memang sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Saat ini makin meluas penggunaan terhadap obat herbal daripada obat kimia karena melihat dari sisi efek samping.
Bayangkan saja jika 90% tanaman di Indonesia dapat dijadikan sebagai obat penyakit tertentu, maka tidak menutup kemungkinan jika negara Indonesia dapat memproduksi semua obat-obat herbal yang dibutuhkan negaranya dari hasil alam sendiri. Masalahnya adalah peneliti yang berkenan untuk meneliti tanaman-tanaman itu masih minim.
Kalaupun ada penelitiannya, tempat penyaluran hasil penelitian tersebut masih kurang memadai. Secara keseluruhan, Indonesia sebagai salah satu negara yang mendapat julukan negara agraris merupakan suatu pilihan.
Bisa saja negara ini menjadi rumah emas yang menjadi sumber kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya dilihat dari potensi yang dimiliki, namun dia bisa juga menjadi rumah lapuk jika tidak ada upaya perawatan dari pemiliknya.
Siapa pemilik yang merawat itu? Tentu bukan hanya pemerintah atau mahasiswa, namun kita sebagai warga negara Indonesia. Mana yang kamu pilih sebagai warga negara Indonesia?
Beta Krisnanovita
Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Staf Health Policy Study Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia Universitas Airlangga Surabaya
(ftr)