Railbus Bathara Kresna Beroperasi
A
A
A
SOLO - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meresmikan pengoperasian Railbus Bathara Kresna di Solo, Jawa Tengah, kemarin siang. Bus berbasis rel itu bakal beroperasi secara reguler di Jalur Solo-Wonogiri pulang-pergi sebanyak dua kali.
Peresmian operasional kereta itu dilakukan Jonan di Stasiun Purwosari Solo dengan didampingi sejumlah pejabat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Acara juga dihadiri sejumlah pejabat baik di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Solo. Pengoperasian kereta buatan PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun, Jawa Timur, itu dilakukan setelah pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem public service obligation (PSO).
Dengan bantuan tersebut, pengoperasian railbus akan dipengaruhi PSO yang dikucurkan. Dengan begitu, harga jual tiket pun bisa menjadi lebih murah dan dapat dijangkau masyarakat luas. Menurut Jonan, PSO untuk railbus itu senilai Rp9 miliar dan akan dikelola PT KAI. Nilai PSO sebesar itu akan digunakan untuk pengoperasian railbus hingga akhir Desember mendatang.
Setelah itu tahun depan PSO bakal kembali diberikan dengan besaran nilai berbeda. Jonan menambahkan, pengoperasian kereta itu dapat menghubungkan masyarakat yang ada di jalur Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri dengan jarak 38 km. Ke depan dia berharap masyarakat bisa memanfaatkan dengan baik moda transportasi kereta tersebut meski waktu tempuhnya mencapai 1 jam 45 menit karena selain bentuknya besar, juga sebentar-sebentar berhenti sehingga memakan waktu cukup lama.
“Semoga nanti masyarakat bisa memanfaatkan kereta ini dengan baik, apalagi dengan ada PSO, harga tiket kan menjadi lebih murah yakni Rp4.000 untuk sekali jalan,” ucap dia. Jonan menyebutkan, jika nanti respons masyarakat di jalur tersebut cukup bagus, tidak menutup kemungkinan Kemenhub akan membantu mendatangkan satu kereta lagi untuk dioperasikan di jalur itu.
“Tergantung PT KAI. Kalau mau mengusulkan, nanti Kemenhub akan siap untuk membantunya,” katanya. Jauh sebelum itu ketika masih menjabat dirut PT KAI, Jonan adalah orang yang menentang pengoperasian bus berbasis rel. Dia bersikukuh tidak akan mengoperasikan moda transportasi ini dengan alasan biaya tinggi.
Dia bahkan menyebutkan pengoperasian kereta yang didatangkan Pemkot Solo pada 2011 itu tidak masuk akal. Pernyataan itu disampaikannya saat mengunjungi Kota Solo pada 5 Juli 2014. Menurutnya, biaya untuk mengoperasikan kereta Jalur Solo-Wonogiri itu cukup tinggi sehingga harga tiketnya cukup mahal sehingga diperkirakan penumpangnya akan sedikit.
Karena itu, dia menyebut itu tidak menguntungkan PT KAI. Namun, seiring ada kebijakan PSO dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, dia menilai pengoperasian bus berbasis rel tersebut telah memungkinkan. “Statement saya masih sama seperti dahulu. Pengoperasian kereta tidak realistis makanya disubsidi agar bisa beroperasi dengan baik,” ucapnya di sela-sela peresmian.
Dia mengatakan, subsidi dalam bentuk PSO itu akan terus diberikan untuk pengoperasian railbus. Dia bahkan menyebutkan subsidi itu tidak akan membebani negara mengingat nilai subsidinya kecil dan kepentingan yang ada di belakangnya cukup banyak. “Saya pikir tidak akan mungkin lepas dari subsidi, kecuali Pak Wali Kota menyetujui tarif dinaikkan,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyebutkan, dengan pengoperasian Railbus Bathara Kresna, masyarakat bisa beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum seperti moda kereta itu. Pengoperasian kereta itu diharapkan bisa menekan kemacetan yang saat ini terjadi di jalanan Kota Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri.
Pengoperasian Railbus Bathara Kresna itu juga bisa digunakan untuk ajang nostalgia bagi masyarakat. Dahulu di jalur yang sama pernah dioperasikan kereta feeder Punokawan sehingga masyarakat yang ingin bernostalgia bisa menggunakan kereta tersebut.
Arief setiadi
Peresmian operasional kereta itu dilakukan Jonan di Stasiun Purwosari Solo dengan didampingi sejumlah pejabat PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Acara juga dihadiri sejumlah pejabat baik di tingkat Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kota Solo. Pengoperasian kereta buatan PT Industri Kereta Api (INKA) Madiun, Jawa Timur, itu dilakukan setelah pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem public service obligation (PSO).
Dengan bantuan tersebut, pengoperasian railbus akan dipengaruhi PSO yang dikucurkan. Dengan begitu, harga jual tiket pun bisa menjadi lebih murah dan dapat dijangkau masyarakat luas. Menurut Jonan, PSO untuk railbus itu senilai Rp9 miliar dan akan dikelola PT KAI. Nilai PSO sebesar itu akan digunakan untuk pengoperasian railbus hingga akhir Desember mendatang.
Setelah itu tahun depan PSO bakal kembali diberikan dengan besaran nilai berbeda. Jonan menambahkan, pengoperasian kereta itu dapat menghubungkan masyarakat yang ada di jalur Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri dengan jarak 38 km. Ke depan dia berharap masyarakat bisa memanfaatkan dengan baik moda transportasi kereta tersebut meski waktu tempuhnya mencapai 1 jam 45 menit karena selain bentuknya besar, juga sebentar-sebentar berhenti sehingga memakan waktu cukup lama.
“Semoga nanti masyarakat bisa memanfaatkan kereta ini dengan baik, apalagi dengan ada PSO, harga tiket kan menjadi lebih murah yakni Rp4.000 untuk sekali jalan,” ucap dia. Jonan menyebutkan, jika nanti respons masyarakat di jalur tersebut cukup bagus, tidak menutup kemungkinan Kemenhub akan membantu mendatangkan satu kereta lagi untuk dioperasikan di jalur itu.
“Tergantung PT KAI. Kalau mau mengusulkan, nanti Kemenhub akan siap untuk membantunya,” katanya. Jauh sebelum itu ketika masih menjabat dirut PT KAI, Jonan adalah orang yang menentang pengoperasian bus berbasis rel. Dia bersikukuh tidak akan mengoperasikan moda transportasi ini dengan alasan biaya tinggi.
Dia bahkan menyebutkan pengoperasian kereta yang didatangkan Pemkot Solo pada 2011 itu tidak masuk akal. Pernyataan itu disampaikannya saat mengunjungi Kota Solo pada 5 Juli 2014. Menurutnya, biaya untuk mengoperasikan kereta Jalur Solo-Wonogiri itu cukup tinggi sehingga harga tiketnya cukup mahal sehingga diperkirakan penumpangnya akan sedikit.
Karena itu, dia menyebut itu tidak menguntungkan PT KAI. Namun, seiring ada kebijakan PSO dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, dia menilai pengoperasian bus berbasis rel tersebut telah memungkinkan. “Statement saya masih sama seperti dahulu. Pengoperasian kereta tidak realistis makanya disubsidi agar bisa beroperasi dengan baik,” ucapnya di sela-sela peresmian.
Dia mengatakan, subsidi dalam bentuk PSO itu akan terus diberikan untuk pengoperasian railbus. Dia bahkan menyebutkan subsidi itu tidak akan membebani negara mengingat nilai subsidinya kecil dan kepentingan yang ada di belakangnya cukup banyak. “Saya pikir tidak akan mungkin lepas dari subsidi, kecuali Pak Wali Kota menyetujui tarif dinaikkan,” ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menyebutkan, dengan pengoperasian Railbus Bathara Kresna, masyarakat bisa beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum seperti moda kereta itu. Pengoperasian kereta itu diharapkan bisa menekan kemacetan yang saat ini terjadi di jalanan Kota Solo, Sukoharjo, dan Wonogiri.
Pengoperasian Railbus Bathara Kresna itu juga bisa digunakan untuk ajang nostalgia bagi masyarakat. Dahulu di jalur yang sama pernah dioperasikan kereta feeder Punokawan sehingga masyarakat yang ingin bernostalgia bisa menggunakan kereta tersebut.
Arief setiadi
(bbg)