GM Kalah Bersaing

Selasa, 03 Maret 2015 - 10:50 WIB
GM Kalah Bersaing
GM Kalah Bersaing
A A A
Menutup penanggalan Februari 2015, General Motors (GM) menyisakan kabar duka bagi industri automotif nasional yang terus mempercantik diri guna menarik perhatian dari pabrikan automotif internasional.

Kabar duka itu datang mendadak sehingga membuat terhenyak sejenak bagi yang mendengar atau membaca berita bertajuk penutupan pabrik GM yang memproduksi Chevrolet Spin, mulai Juni 2015. Reaksi atas penutupan pabrik yang bermarkas di Bekasi, Jawa Barat pun bermunculan mulai dari respons yang mempertanyakan nasib karyawan sebanyak 500 tenaga kerja hingga dugaan sebagai buah dari aksi para pekerja yang selalu menggelar demonstrasi di wilayah Bekasi.

Menghindari muncul spekulasi yang bisa merusak iklim investasi di Indonesia, Menteri Perindustrian Saleh Husin langsung meminta keterangan dari Plt Presiden Direktur GM Manufacturing Indonesia Pranav Bhatt. Dalam pertemuan yang digelar kemarin, pemerintah mengajukan beberapa pertanyaan penting di antaranya mengapa GM memilih menutup pabriknya di Indonesia, bagaimana dengan nasib karyawan, dan apa langkah selanjutnya GM di Indonesia?

GM beralasan bahwa penutupan pabrik Chevrolet Spin sematamata karena pertimbangan finansial. Itu murni keputusan bisnis di mana pabrik yang memproduksi Chevrolet Spin kurang menguntungkan, biayanya tinggi, tetapi volumenya kecil. GM juga menegaskan bahwa tidak akan mengimpor kendaraan jenis Chevrolet Spin untuk dijual di Indonesia.

Namun, GM sebagai salah satu perusahaan automotif terbesar di dunia hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar dengan fokus penjualan produk untuk kategori sport utility vehicle (SUV) dan pikap. Kabar duka dari GM juga dialami Thailand. Sehari setelah mengumumkan penutupan pabrik Chevrolet Spin di Indonesia, pabrikan automotif dari Amerika Serikat (AS) itu akan menutup juga pabrik yang memproduksi Chevrolet Sonic pada pertengahan tahun depan.

Penutupan dua pabrik yang berlokasi di Asia Tenggara itu diklaim sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan yang kini dijalankan Wakil Presiden Eksekutif Stefan Jacoby yang dikenal bertangan dingin menangani penjualan produk GM di kawasan Amerika, Eropa, dan Tiongkok. Harus diakui, GM yang bermarkas di Detroit, AS memang tak gampang menaklukkan pasar Asia, khususnya di Asia Tenggara.

Terutama untuk jenis low multi purpose vehicle (LMPV) yang dikuasai pabrikan asal Jepang di pasar Indonesia. Sementara di Thailand produk Chevrolet Sonic yang dibuat dalam dua jenis yakni sedan dan hatchback tidak dilirik warga di sana. Padahal, pabrik GM di Negeri Gajah Putih memiliki kapasitas produksi sebanyak 180.000 unit per tahun dengan mempekerjakan sekitar 3.200 karyawan.

Meski kapasitas pabrik GM di Indonesia tidak sebesar di Thailand, punya cerita tersendiri. Pabrik GM beroperasi sejak 1995, tetapi sempat mati suri pada 2005. Pabrik dihidupkan lagi pada Mei 2013 yang memproduksi Chevrolet Spin dengan kapasitas produksi 40.000 unit per tahun. Sayangnya, pabrik tersebut harus berhenti berproduksi selamanya terhitung mulai Juni 2015. Kabarnya, mesin- mesin pabrik yang ada di Bekasi segera direlokasi ke India.

GM menyatakan negeri Mahatma Gandhi tersebut akan dijadikan pusat produksi untuk memasok pasar automotif di Asia Tenggara. Mengapa GM harus buang handuk di Indonesia? Komentar para pengamat automotif seragam yakni GM salah bertarung dengan bermain di kelas LMPV yang dikenal dengan persaingan yang sangat tajam dandiisipara pemain yang sudah mengakar dipasar Indonesia.

Awalnya Chevrolet Spin menjadi tulang punggung penjualan GM di Indonesia pada kuartal pertama 2014 yang tercatat sebanyak 3.135 unit. Namun, keperkasaan Chevrolet Spin rontok pada kuartal kedua 2014 di mana penjualananjloksekitar52,8% dari kuartal pertama menjadi 1.478 unit. GM jujur mengakui tak lepas dari pertarungan di kategori LMPV yang begitu keras dan muncul mobil murah atau low cost green car (LCGC).

Sekarang yang harus diantisipasi pemerintah jangan sampai penutupan pabrik GM menjadi preseden buruk bagi industri automotif global yang akan berinvestasi di negeri ini. GM mengakui keputusan menutup pabrik di Indonesia lebih karena persoalan internal mereka alias merugi karena kalah bersaing. Kalau tidak dikomunikasikan dengan baik, jangan bermimpi negeri ini bakal menjadi basis pabrikan automotif yang selalu diimpikan.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6642 seconds (0.1#10.140)