Menjawab Problem Pertanian

Senin, 02 Maret 2015 - 10:14 WIB
Menjawab Problem Pertanian
Menjawab Problem Pertanian
A A A
Muhammad Najib
Mahasiswa Jurusan Tafsir-Hadits Fakultas Ushuluddin. Pengajar di Monash Institute, Semarang. UIN Walisongo Semarang

Kejayaan bangsa Indonesia di bidang pertanian tidak pernah terlupakan, bahkan saat ini menuntut untuk di kembalikan seperti dulu.

Ya, julukan Macan Asia seperti halnya pada masa pemerintahan Soeharto harus di raih kembali. Memang, untuk merebut kembali julukan tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meskipun demikian, tidak lantas menciutkan nyali dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan. Dengan menjawab persoalan-persoalan sektor pertanian saat ini adalah kunci meraih kejayaan tersebut. Fakta justru berkata berbeda.

Penduduk negeri ini, utamanya pemerintah belum sepenuhnya bersyukur atas karunia tersebut. Hal ini terlihat pada perhatian pemerintah dalam mengoptimalkan sektor fundamental (pertanian-red). Implikasi dari sikap ini sungguh sangat terasa di masa sekarang ini. Dalam dua pekan ini, sebagian besar penduduk Indonesia waswas dengan semakin melonjaknya harga beras.

Lebih dari itu, dalam lima tahun terakhir, volume bahan pangan yang diimpor meningkat 60,03% dari 12,36 juta ton menjadi 19,78 juta ton. Ironi semakin tajam. Bukan hanya lahannya yang tersedot, sektor pertanian juga mulai ditinggalkan pelakunya dalam jumlah yang mengejutkan. Menurut Badan Pusat Statistik dalam Sensus Pertanian 2013, hanya dalam satu dekade, ada sekitar 5,04 juta rumah tangga yang berhenti menggantungkan hidup dari usaha pertanian.

Semua ini terjadi, sekali lagi, lantaran perhatian pemerintah, dalam konteks ini menteri pertanian belum sepenuhnya bekerja maksimal. Pernyataan ini tidak mengada-ada, melainkan fakta yang berbicara. Setidaknya terdapat beberapa persoalan klasik yang harus segera dicarikan solusi. Pertama, penghasilan rendah. Tak dapat dibantah lagi bahwa sejauh ini, profesi petani tidak begitu menjanjikan.

Kedua, minimnya keberpihakan pemerintah. Masalah klasik yang dihadapi para petani yang hingga detik ini belum sepenuhnya terselesaikan adalah kekurangan modal, pupuk, bibit, fasilitas dan masih banyak lainnya. Ketiga, infrastruktur kurang mendukung. Sampai hari ini, keadaan irigasi yang tak optimal masih dialami di berbagai daerah. Sesungguhnya di atas adalah masalah klasik.

Artinya, sejak dulu, sektor pertanian masih dianaktirikan. Bahkan, yang lebih mencengangkan adalah lahan pertanian dialih fungsikan ke sektor perumahan dan industri. Bersamaan dengan itu tidak diimbangi pemerintah untuk menghidupkan lahan yang telah lama mati. Inilah beberapa persoalan di bidang pertanian.

Tegasnya, menjawab berbagai persoalan di bidang pertanian adalah sebuah keniscayaan. Tanpa itu, kedaulatan pangan hanya sekedar program belaka. Hidup Petani Indonesia! Wallahu a Wallahu alam bi al-shawab.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6433 seconds (0.1#10.140)