Dorong Kualitas Para Petani
A
A
A
Ali Damsuki
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Walisongo Semarang
Hakikatnya negara yang subur, tentu memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah.
Seperti halnya ungkapan seorang tokoh Cladius Ptolomeus, ahli Geografi dari Yunani di salah satu buku karangannya berjudul ”Geographia” , bahwa Indonesia merupakan salah satu negeri yang mendapat julukan ”Negeri Emas”. Sebab, Indonesia kaya akan SDA yang melimpah ruah dan subur, terutama di sektor pertanian. ayang potensi alam yang pernah mengantarkan Indonesia mampu bersaing ke kancah dunia internasional telah mengalami stagnasi.
Potensi alam telah ditelantarkan begitu saja. Tanah subur yang kaya komoditas pertanian kini tinggal kenangan semata. Negara agraris yang pernah tersohor sebagai eksportir komoditas pertanian dunia bertransformasi menjadi negara defisit komoditas pertanian, khususnya pangan. Di berbagai tempat bertebaran komoditas pertanian impor. Tidak hanya sebatas pangan impor, seperti jagung, gandum, beras dan kedelai. Akan tetapi, ikan, garam, buah-buahan, dan holtikultura berasal dari luar Negeri.
Sungguh ironis, negara yang dikatakan gemah ripah loh jinawi , subur, makmur dan kaya akan sumber daya alam ternyata dalam memenuhi kebutuhan pangannya masih impor. ondisi tersebut terjadi tentunya dilatarbelakangi oleh banyak faktor, terutama kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab, melimpahnya sumber daya alam (SDA) tanpa pengelolaan yang efektif tidak akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Petani sebagai aktor kunci keberhasilan tidak berdaya di negeri sendiri.
Mereka hanya mengandalkan sesuatu yang bersifat praktis tanpa memperhatikan kualitas hasil pangan yang ada, sehingga masyarakat lebih cenderung suka dengan kualitas produk luar negeri. Kurangnya kualitas kemampuan para petani dari segi keilmuan untuk mengelola lahan pertanian menjadi salah satu faktor fundamen terjadinya krisis pangan di negeri ini.
Selain itu, keberpihakan pemerintah kepada petani hanya setengah hati. Sudah saatnya pemerintah mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani domestik. Salah satunya menghimpun dan membimbing para petani untuk mendorong kualitas para petani melalui berbagai bentuk penyuluhan dan pelatihan secara intensif.
Dengan wadah yang memberikan kebutuhan bagi petani, baik dari segi peningkatan kualitas, penyuluhan, bimbingan, penyediaan bibit unggul, dan alat-alat pertanian yang menunjang.
Diharapkan, para petani mampu mengelola SDA yang sudah tersedia di negeri ini, sehingga Indonesia mampu memproduksi produk dalam negeri dengan kualitas unggulan dan tidak akan mengalami krisis pangan yang cenderung akan memproduksi produk luar negeri.Wallahu a Wallahu alam bi al-shawab.
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Walisongo Semarang
Hakikatnya negara yang subur, tentu memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah.
Seperti halnya ungkapan seorang tokoh Cladius Ptolomeus, ahli Geografi dari Yunani di salah satu buku karangannya berjudul ”Geographia” , bahwa Indonesia merupakan salah satu negeri yang mendapat julukan ”Negeri Emas”. Sebab, Indonesia kaya akan SDA yang melimpah ruah dan subur, terutama di sektor pertanian. ayang potensi alam yang pernah mengantarkan Indonesia mampu bersaing ke kancah dunia internasional telah mengalami stagnasi.
Potensi alam telah ditelantarkan begitu saja. Tanah subur yang kaya komoditas pertanian kini tinggal kenangan semata. Negara agraris yang pernah tersohor sebagai eksportir komoditas pertanian dunia bertransformasi menjadi negara defisit komoditas pertanian, khususnya pangan. Di berbagai tempat bertebaran komoditas pertanian impor. Tidak hanya sebatas pangan impor, seperti jagung, gandum, beras dan kedelai. Akan tetapi, ikan, garam, buah-buahan, dan holtikultura berasal dari luar Negeri.
Sungguh ironis, negara yang dikatakan gemah ripah loh jinawi , subur, makmur dan kaya akan sumber daya alam ternyata dalam memenuhi kebutuhan pangannya masih impor. ondisi tersebut terjadi tentunya dilatarbelakangi oleh banyak faktor, terutama kualitas sumber daya manusia (SDM). Sebab, melimpahnya sumber daya alam (SDA) tanpa pengelolaan yang efektif tidak akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan. Petani sebagai aktor kunci keberhasilan tidak berdaya di negeri sendiri.
Mereka hanya mengandalkan sesuatu yang bersifat praktis tanpa memperhatikan kualitas hasil pangan yang ada, sehingga masyarakat lebih cenderung suka dengan kualitas produk luar negeri. Kurangnya kualitas kemampuan para petani dari segi keilmuan untuk mengelola lahan pertanian menjadi salah satu faktor fundamen terjadinya krisis pangan di negeri ini.
Selain itu, keberpihakan pemerintah kepada petani hanya setengah hati. Sudah saatnya pemerintah mengupayakan peningkatan kesejahteraan petani domestik. Salah satunya menghimpun dan membimbing para petani untuk mendorong kualitas para petani melalui berbagai bentuk penyuluhan dan pelatihan secara intensif.
Dengan wadah yang memberikan kebutuhan bagi petani, baik dari segi peningkatan kualitas, penyuluhan, bimbingan, penyediaan bibit unggul, dan alat-alat pertanian yang menunjang.
Diharapkan, para petani mampu mengelola SDA yang sudah tersedia di negeri ini, sehingga Indonesia mampu memproduksi produk dalam negeri dengan kualitas unggulan dan tidak akan mengalami krisis pangan yang cenderung akan memproduksi produk luar negeri.Wallahu a Wallahu alam bi al-shawab.
(ars)