Waspadai Utang LN Swasta

Kamis, 26 Februari 2015 - 10:16 WIB
Waspadai Utang LN Swasta
Waspadai Utang LN Swasta
A A A
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bertahan dibawah Rp13.000 per USD.Prediksi sejumlah analis keuangan atas posisi rupiah yang melemah terhadap mata uang Negeri Paman Sam meleset.

Pada penutupan perdagangan kemarin,posisi rupiah stagnan dilevel Rp12.880 per USD atau berada di level yang sama pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Pelemahan mata uang Garuda sejak awal pekan ini cukup mengkhawatirkan bila dikaitkan dengan jumlah utang luar negeri (ULN) swasta yang kini melampaui ULN pemerintah.Bank Indonesia (BI)sudah menyalakan lampu kuning alias peringatan atas jumlah ULN yang kian menggunung.

Sebaliknya, indeks harga saham gabungan (IHSG) terus melaju mencetak rekor baru. Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia(BEI)kemarin,IHSG kembali menunjukkan tajinya dengan menampilkan rekor tertinggi pada level 5.445,11 atau menguat27,79 poin (0,15%) dari nilai penutupan pada perdagangan sebelumnya.

Sepanjang perdagangan BEI mencatat 152sahamnaik, 141saham turun, dan 91 saham stagnan.Total nilai transaksi tercetak sebesar Rp7,18 triliun dari sebanyak 6,13 miliar lot saham. Berdasarkan catatan pihak BEI, dana asing yang bergulir dalam sepanjang perdagangan mencapai sebesar Rp700miliar. Mengawali perdagangan pada sesi pertama, IHSG langsung melonjak sekitar 8,91 poin pada level 5.426,23 dan setengah jam kemudian indeks semakin menguat pada kisaran 25,5 poin.

Pergerakan indeks tidak terlepas dari sentimen positif dari bursa sahamglobal. Sehari sebelumnya pasar saham AS menguat, dimana indeks Dow Jones Industri alAveragenaik sebesar 0,51%dan indeks S&P 500 sekitar 0,28%, yang merespons positif testimoni Gubernur The Fed JanetL Yellen. Sejumlah pasar saham diAsia juga bergerak positif, di antaranya indeks Nikkei 225 menguat sekitar 0,02% dan indeks KOSPI Composite naik sekitar0,57%.

Sayangnya, nilai tukar rupiah terhadap dolarAS stagnan.Semula mata uang rupiah diperkirakan bakal berotot pasca penurunan BI Rate dari7,75%menjadi7,5%.Ternyata penurunan suku bunga acuan BI sebesar25basis poin tidakdigubris, posisi rupiah semakin melemah yang nyaris menembus Rp13.000 per USD.

Gubernur BI Agus Martowardojo berkilah bahwa faktor eksternal lah yang paling dominan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, di antaranya alotnya negosiasi antara Yunani dan Uni Eropa. Pihak Yunani menolak perjanjian perpanjangan penyaluran bantuan likuiditas.

Sementara negara itu membutuhkan likuiditas tambahan sebelum akhir Maret. Selain itu, situasi global makin memanas menyusul rencana TheFed yang akan menaikkan sukubunga. Meski Bimenilai pelemahan nilai tukar rupiah masih dalam kisaran yang aman, dampak terhadap posisi ULN tetap harus diwaspadai, terutama ULN pihak swasta yang kini sudah menyalip ULN pemerintah.

Berdasarkan data BI,ULN swasta sudah menembus USD 161,3miliar per Oktober 2014 atau setara dengan 54,8% dari total ULN(swasta dan pemerintah) yang mencapai sebesar USD 294,5 miliar. Mengapa ULN swasta harus diwaspadai terkait dengan pelemahan rupiah? Pasalnya, ULN swasta rentan terhadap berbagai risiko, di antaranya risiko likuiditas (liqudity risk ) dan risiko beban utang yang berlebihan(overleveragerisk).

Risiko tersebuts emakin tajam karena kondisi perekonomian global masih dipenuhi ketidakpastian,salah satunya nilai tukar rupiah yang fluktuatif dengan kecenderungan terus melemah. Diantara pihak swasta yang mencetak ULN terbesar adalah sektor keuangan,menyusul industri pengolahan, pertambangan, gas, air bersih,dan listrik.Untuk saat ini,BI mengakui bahwa perkembangan ULN masih sehat namun tetap harus diwaspadai menyusul terus melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pasalnya, peningkatan nilai kurs sudah pasti akan meningkatkan beban pihak swasta untuk melunasi kewajibannya. Apalagi dilihat dari sisi waktu,ULNswasta untuk periode lima tahun terakhir ini didominasi utang jangka pendek.Artinya,utang tersebut bisa saja jatuh tempo disaat nilai tukar rupiah berada pada titik kritis.Karena itu,mewaspadai perkembangan ULN swasta adalah menjadi pekerjaan rumah tersendiri terkait pelemahan mata uang Garuda.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4636 seconds (0.1#10.140)