Fondasi Utama Pendidikan
A
A
A
“Makane.. nek sekolah sing pinter nak, cek dadi wong gede!” ucap sang bapak kepada anaknya. Setelah bergulat dengan pendidikan hingga ke luar negeri, predikat cumlaude pun diraih oleh anak tersebut.
Hingga suatu hari ia berhasil menjadi wong gede alias pejabat negara, namun semua prestasi itu hangus seketika karena tindakannya yang dipandang sangat tidak mulia oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia, tak lain adalah korupsi.
Ketika wong cilik belum pernah mencicipi manisnya kesejahteraan hidup, para pejabat negara yang tidak berakhlak itu dengan seenaknya menggelapkan uang negara yang semestinya digunakan untuk memajukan bangsa ini.
Sudah sangat sering kita mendengar berbagai wacana mengenai pendidikan karakter sejak kepemimpinan Pak SBY, di mana beliau berpesan dalam pidatonya dalam acara National Summit dan Peringatan Hari Ibu bahwa character building sangat penting demi tercapai watak bangsa yang unggul dan mulia.
Pendidikan karakter di sini memiliki fungsi strategis demi kemajuan bangsa ini. Sangking pentingnya hingga para orang tua di negara tetangga Australia tidak bingung jika anak mereka yang berumur dini belum bisa baca tulis karena kemampuan baca tulis bisa ditempuh hanya sekitar enam bulan, sedangkan pendidikan karakter harus ditanam sedini mungkin dan membentuknya menjadi suatu kebiasaan minimal hingga 16 tahun lamanya (Timothy Wibowo).
Definisi pendidikan karakter di sini bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, namun lebih mengedepankan pemupukan kebiasaan baik kepada para generasi penerus bangsa ini.
Sayangnya, pendidikan karakter di Indonesia perlu direvolusi lebih baik lagi karena selama ini serasa pendidikan Indonesia baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan jargon Presiden Jokowi yaitu “Revolusi Mental” yang mana menjadi “A New Hope” bangsa ini untuk mengubah karakter masyarakat Indonesia yang berperilaku baik, cerdas, inovatif, serta selalu mencintai Tanah Air-nya.
Semoga dengan peluncuran Kartu Indonesia Pintar, perbaikan kurikulum pendidikan oleh pemerintah saat ini tak hanya menjadikan anak-anak Indonesia juara dalam aspek keilmuan dan kecerdasan semata, namun juga dapat membentuk karakter baik pada diri masing-masing anak sehingga ke depan bangsa ini bersih dari para pejabat negara yang pintar, tapi tidak memiliki moral baik dan etika alias “koruptor”.
Nurul Fazriyah
Mahasiswi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hingga suatu hari ia berhasil menjadi wong gede alias pejabat negara, namun semua prestasi itu hangus seketika karena tindakannya yang dipandang sangat tidak mulia oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia, tak lain adalah korupsi.
Ketika wong cilik belum pernah mencicipi manisnya kesejahteraan hidup, para pejabat negara yang tidak berakhlak itu dengan seenaknya menggelapkan uang negara yang semestinya digunakan untuk memajukan bangsa ini.
Sudah sangat sering kita mendengar berbagai wacana mengenai pendidikan karakter sejak kepemimpinan Pak SBY, di mana beliau berpesan dalam pidatonya dalam acara National Summit dan Peringatan Hari Ibu bahwa character building sangat penting demi tercapai watak bangsa yang unggul dan mulia.
Pendidikan karakter di sini memiliki fungsi strategis demi kemajuan bangsa ini. Sangking pentingnya hingga para orang tua di negara tetangga Australia tidak bingung jika anak mereka yang berumur dini belum bisa baca tulis karena kemampuan baca tulis bisa ditempuh hanya sekitar enam bulan, sedangkan pendidikan karakter harus ditanam sedini mungkin dan membentuknya menjadi suatu kebiasaan minimal hingga 16 tahun lamanya (Timothy Wibowo).
Definisi pendidikan karakter di sini bukan hanya mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, namun lebih mengedepankan pemupukan kebiasaan baik kepada para generasi penerus bangsa ini.
Sayangnya, pendidikan karakter di Indonesia perlu direvolusi lebih baik lagi karena selama ini serasa pendidikan Indonesia baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuai dengan jargon Presiden Jokowi yaitu “Revolusi Mental” yang mana menjadi “A New Hope” bangsa ini untuk mengubah karakter masyarakat Indonesia yang berperilaku baik, cerdas, inovatif, serta selalu mencintai Tanah Air-nya.
Semoga dengan peluncuran Kartu Indonesia Pintar, perbaikan kurikulum pendidikan oleh pemerintah saat ini tak hanya menjadikan anak-anak Indonesia juara dalam aspek keilmuan dan kecerdasan semata, namun juga dapat membentuk karakter baik pada diri masing-masing anak sehingga ke depan bangsa ini bersih dari para pejabat negara yang pintar, tapi tidak memiliki moral baik dan etika alias “koruptor”.
Nurul Fazriyah
Mahasiswi Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(ftr)