Paradigma Pendidikan

Senin, 23 Februari 2015 - 10:10 WIB
Paradigma Pendidikan
Paradigma Pendidikan
A A A
Puspita Sari
Mahasiswi Fakultas Peternakan. Universtas Brawijaya

Era Reformasi yang telah menjadi suatu pandangan terhadap pendidikan tinggi di Indonesia pada tahun 1998 sepertinya belum terhapus oleh waktu yang terus bergulir.

Memang pendidikan tinggi saat ini telah terbangun dan lebih maju dari masa tersebut. Akan tetapijikadibandingkandengan negara tetangga seperti Thailand dan Singapura sepertinya Indonesia harus mampu membangun kualitas serta mutu yang lebih baik dari kedua negara tersebut.

Beberapa pemecahan yang mungkin saja perlu dipertimbangkan adalah pengelolaan perguruan tinggi yang sudah pasti harus mengubah kebijakan dan SDM yang lebih bermutu serta berkualitas untuk meningkatkan kenyamanan suasana pembelajaran. Selain itu, pengajar dan pembimbing meningkatkan mutu dari mahasiswanya selayaknya perlu dipertimbangkan lagi.

Kedua, bagaimana mahasiswa maupun perguruan tinggi mampu mengubah paradigma masyarakat. Jika dijawab secara pasti masyarakat itu sendirilah yang mampu mengubah keadaan mereka, sementara mahasiswa mungkin bisa membantu mereka dalam mencarikan solusinya. Dalam salah satu kutipan berita disebutkan kualitas para pengajar dan fasilitas di NUS sangatlah lengkap.

Di universitas ini, beragam bidang studi ditawarkan, mulai dari sains, teknik, ilmu sosial, bahasa, bahkan seni dan grafis. NUS juga termasuk satu dari 10 universitas terbaik dalam fakultas bisnis dan kewirausahaan. Biaya pendidikan di NUS untuk mahasiswa asing tergolong cukup mahal, berkisar 15.000 hingga 22.000 dolar Singapura per tahun.

Namun jangan khawatir, universitas ini menyediakan banyak beasiswa, program pinjaman, dan program kerja untuk membayar uang kuliah baik berupa part time maupun full time . Bukannya hal ini sama saja jika dibandingkan dengan perguruanperguruan tinggi yang ada di Indonesia?

Ketika suatu jawaban muncul untuk menjadi pemecahan suatu persoalan tersebut, mungkin saja kita hanya mendengar kata pemerintah atau pemimpin dari pendidikan tinggi yang menyebabkan mahalnya biaya untuk masuk dunia perguruan tinggi. Banyak masyarakat kita pun belum mampu memenuhinya.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8005 seconds (0.1#10.140)