Ganti Model Setiap 120 Hari
A
A
A
Di sisi kiri dan kanan sepanjang Jalan Tebet Utara Dalam (jalan satu arah) terdapat sejumlah distributor outlet (distro) yang rutin meng-update koleksi mereka serta kafe dan resto dengan beragam menu favorit.
Target pasar utamanya adalah anak muda. Salah satunya adalah Distro Endorse. Lahan parkir di depannya cukup luas dengan plang yang mencolok baik di sisi jalan maupun di fasad bangunan. Berbagai busana dan aksesori yang dijual di sini adalah produk lokal, terutama dari Bandung, dengan harga terjangkau kantong pelajar dan mahasiswa.
Christian Taihutu, Store Manager Endorse Distro, mengungkapkan Endorse merupakan salah satu dari tiga distro milik Grup Bloop Endorse Urbie yang ada di kawasan Tebet. Dua distro lainnya adalah Bloop dan Urbie. Bloop adalah distro pertama di Tebet yang didirikan tiga kakak beradik, Martinus Sunu, Berto Saksono, dan Alit Widyasari, pada 2003.
Mereka adalah penduduk Tebet. Awalnya distro ini hanya berukuran 5 x 5 meter. Yang dijual adalah aneka t-shirt dengan desain gambar sablon kreatif. ”Waktu itu tokonya kecil dan stok barangnya tidak banyak. Bisa dikatakan, Bloop adalah satu-satunya distro di kawasan Tebet. Belum ada yang lain,” kisah Christian.
Menurut dia, bisnis distro di Tebet kala itu tergolong nekat karena berada di kawasan perumahan. Jalan Tebet Utara Dalam dan Tebet Raya belum menjadi kawasan bisnis dan kuliner seperti sekarang. ”Pemikiran saat itu, banyak anak sekolah yang nongkrong. Berarti ada peluang jualan. Yang dianggap cocok adalah busana dan aksesori kreatif.
Ternyata itu pilihan tepat,” ungkapnya. Berbagai produk yang dijual Bloop bersifat limited edition. Sebenarnya, kata Christian, itu lantaran memang tidak banyak diproduksi. Namun, justru itu keunggulannya karena kemungkinan busana yang sama dipakai oleh orang yang berbeda menjadi cukup tipis. Desain dan model t-shirt , tas, dan aksesori lainnya diganti setiap 120 hari.
Barang-barang display dan koleksi yang tidak terjual dianggap usang dan dienyahkan dari toko. ”Harus selalu ada model baru yang ditawarkan supaya konsumen tidak pernah bosan datang ke sini,” jelas Christian. Setelah mapan dengan konsep ini, pada 2006, tiga bersaudara pendiri Bloop mengembangkan bisnis sekaligus pasar mereka untuk memberi variasi pilihan lebih banyak kepada anak muda.
Mereka pun mendirikan Distro Endorsi. Segmentasinya agak berbeda. Kalau Bloop lebih untuk remaja, Endorsi menyasar konsumen dewasa muda. Dengan pengembangan usaha ini, para kreator di balik Bloop dan Endorsi semakin terpacu untuk selalu melahirkan rancangan dan desain kreatif terbaru.
Referensi desainnya didominasi dari mode yang sedang in di Tokyo dan London. Kedua kota metropolitan tersebut merupakan ibu kota mode dunia dan menjadi kiblat desain fashion global. Konsistensi dalam berbisnis ini membuat Distro Endorsi dan Bloop tidak pernah sepi pembeli.
Keuntungan bisnis pun diputar sebagai modal untuk mendirikan distro ketiga, yaitu Urbie, di kawasan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Bagaimana mereka menyikapi semakin menjamurnya distro di kawasan Tebet? Menurut Christian, mereka memang kompetitor. Tapi yang dikedepankan adalah persaingan yang positif.
Bahkan, para pemilik dan pengelola distro di Tebet sering berdiskusi dan sharing ide untuk mengembangkan desain serta rancangan terbaru. ”Karena itu, persaingan bisnis di sini cukup sehat meski kawasannya kecil. Kami berkompetisi dalam kualitas dan ide. Tidak ada yang namanya banting-bantingan harga,” pungkas Christian.
Ilham safutra
Target pasar utamanya adalah anak muda. Salah satunya adalah Distro Endorse. Lahan parkir di depannya cukup luas dengan plang yang mencolok baik di sisi jalan maupun di fasad bangunan. Berbagai busana dan aksesori yang dijual di sini adalah produk lokal, terutama dari Bandung, dengan harga terjangkau kantong pelajar dan mahasiswa.
Christian Taihutu, Store Manager Endorse Distro, mengungkapkan Endorse merupakan salah satu dari tiga distro milik Grup Bloop Endorse Urbie yang ada di kawasan Tebet. Dua distro lainnya adalah Bloop dan Urbie. Bloop adalah distro pertama di Tebet yang didirikan tiga kakak beradik, Martinus Sunu, Berto Saksono, dan Alit Widyasari, pada 2003.
Mereka adalah penduduk Tebet. Awalnya distro ini hanya berukuran 5 x 5 meter. Yang dijual adalah aneka t-shirt dengan desain gambar sablon kreatif. ”Waktu itu tokonya kecil dan stok barangnya tidak banyak. Bisa dikatakan, Bloop adalah satu-satunya distro di kawasan Tebet. Belum ada yang lain,” kisah Christian.
Menurut dia, bisnis distro di Tebet kala itu tergolong nekat karena berada di kawasan perumahan. Jalan Tebet Utara Dalam dan Tebet Raya belum menjadi kawasan bisnis dan kuliner seperti sekarang. ”Pemikiran saat itu, banyak anak sekolah yang nongkrong. Berarti ada peluang jualan. Yang dianggap cocok adalah busana dan aksesori kreatif.
Ternyata itu pilihan tepat,” ungkapnya. Berbagai produk yang dijual Bloop bersifat limited edition. Sebenarnya, kata Christian, itu lantaran memang tidak banyak diproduksi. Namun, justru itu keunggulannya karena kemungkinan busana yang sama dipakai oleh orang yang berbeda menjadi cukup tipis. Desain dan model t-shirt , tas, dan aksesori lainnya diganti setiap 120 hari.
Barang-barang display dan koleksi yang tidak terjual dianggap usang dan dienyahkan dari toko. ”Harus selalu ada model baru yang ditawarkan supaya konsumen tidak pernah bosan datang ke sini,” jelas Christian. Setelah mapan dengan konsep ini, pada 2006, tiga bersaudara pendiri Bloop mengembangkan bisnis sekaligus pasar mereka untuk memberi variasi pilihan lebih banyak kepada anak muda.
Mereka pun mendirikan Distro Endorsi. Segmentasinya agak berbeda. Kalau Bloop lebih untuk remaja, Endorsi menyasar konsumen dewasa muda. Dengan pengembangan usaha ini, para kreator di balik Bloop dan Endorsi semakin terpacu untuk selalu melahirkan rancangan dan desain kreatif terbaru.
Referensi desainnya didominasi dari mode yang sedang in di Tokyo dan London. Kedua kota metropolitan tersebut merupakan ibu kota mode dunia dan menjadi kiblat desain fashion global. Konsistensi dalam berbisnis ini membuat Distro Endorsi dan Bloop tidak pernah sepi pembeli.
Keuntungan bisnis pun diputar sebagai modal untuk mendirikan distro ketiga, yaitu Urbie, di kawasan Jatiwaringin, Jakarta Timur. Bagaimana mereka menyikapi semakin menjamurnya distro di kawasan Tebet? Menurut Christian, mereka memang kompetitor. Tapi yang dikedepankan adalah persaingan yang positif.
Bahkan, para pemilik dan pengelola distro di Tebet sering berdiskusi dan sharing ide untuk mengembangkan desain serta rancangan terbaru. ”Karena itu, persaingan bisnis di sini cukup sehat meski kawasannya kecil. Kami berkompetisi dalam kualitas dan ide. Tidak ada yang namanya banting-bantingan harga,” pungkas Christian.
Ilham safutra
(bbg)