Belajar-Mengajar Secara Efektif dan Mengasyikan

Minggu, 15 Februari 2015 - 09:12 WIB
Belajar-Mengajar Secara Efektif dan Mengasyikan
Belajar-Mengajar Secara Efektif dan Mengasyikan
A A A
BERAGAM metode dan pendekatan belajar telah lahir dalam dunia pendidikan, mulai dari Quantum Learning, Accelerated Learning , Active Learning, Brain Based Learning , dan lain sebagainya.

Termutakhir, muncul konsep Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual atau biasa disingkat CTL (Contextual Teaching and Learning ). Dalam tradisi dunia pedagogik tradisional terdapat dualisme yang memisahkan antara pikiran dan tindakan, berpikir dan bertindak, sisi abstrak yang berupa gagasan-gagasan, konsep, pengetahuan, dan kumpulan informasi, dengan sisi nyata seperti tindakan praktis dalam kehidupan keseharian, situasi aktual, masalah-masalah konkret yang dihadapi.

Padahal, manusia dirancang oleh Tuhan dengan kemampuan untuk menggabungkan pengetahuan dan tindakan. Memisahkan pengetahuan sebagai praktis atau tidak praktis, konkret atau abstrak, nyata atau teoretis, berguna atau berguna, dapat diartikan sebagai sikap yang menyalahi kesalingterkaitan universal antara segala sesuatu. Karenanya, penolakan atas konsep dualisme tersebut kemudian muncul, terutama di Amerika pada abad 21.

Salah satunya dari konsep CTL yang menghilangkan pemisahan antara pembelajaran teoretis dan praktis. Memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui dan melakukan, berpikir dan bertindak. Uniknya, menurut Elaine B. Johnson, sejauh ini tidak ada panduan menyeluruh mengenai CTL yang menjelaskan secara tepat apa itu CTL dan mengapa konsep itu berhasil. Karena itu ia kemudian menuliskannya secara utuh dan menyeluruh dalam buku berjudul Contextual Teaching and Learning (CTL) ini.

Menurut peraih penghargaan dari University of Chicago atas metode mengajarnya yang luar biasa ini, CTL adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis dan tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

(Halaman 14) Sebagai sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, menjadikan CTL sangat cocok dengan otak karena menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari. Sistem ini diyakini berhasil karena meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami dengan manusia.

Cara yang sesuai dengan fungsi otak, dengan psikologi dasar manusia, dan dengan tiga prinsip yang menembus alam semesta yang ditemukan para fisikawan dan ahli biologi modern; kesaling- bergantungan, diferensiasi, dan pengaturan diri sendiri. Kata konteks dipahami sebagai pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan langsung seseorang.

Dengan kata lain, sistem pembelajaran dan pengajaran kontekstual didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Sistem CTL mencakup delapan bagian: pertama , membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna.

Kedua, Melakukan pekerjaan yang berarti. Ketiga, Melakukan pembelajaran yang diatur diri sendiri. Keempat, bekerja sama. Kelima, berfikir kritis dan kreatif. Keenam, Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang. Ketujuh, Mencapai standar yang tinggi. Kedelapan, menggunakan penilaian autentik. Untuk memuluskan sistem ini, diperlukan sosok guru yang sekaligus berperan sebagai konsultan penelitian, pengawas proyek, penuntun pemikiran kritis dan kreatif, perantara antara masyarakat bisnis dan siswa, dan ahli di bidang pelajaran mereka.

(Halaman 225) Guru juga penasihat, karena sifat dasar CTL menuntut para guru untuk menasihati, mendedikasikan diri bagi setiap siswanya. Para guru CTL memelihara usaha-usaha pribadi tiap siswa untuk berkembang menjadi pribadi yang utuh. Ditawarkan sebagai sebuah pendekatan holistik terhadap pendidikan yang dapat digunakan oleh semua siswa, baik yang berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan belajar, CTL memiliki strategi yang sangat menarik di antara banyak metode pengajaran lainnya.

Keampuhan CTL terletak pada kesempatan yang diberikan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan mereka, untuk mengembangkan bakat mereka, dan mengetahui informasi terbaru, serta menjadi anggota sebuah masyarakat demokrasi yang cakap. (Halaman 304).

Peresensi : Hilyatul Auliya, pendidik MAN Model Babakan, Ciwaringin, Cirebon.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5250 seconds (0.1#10.140)