PK
A
A
A
Sarlito Wirawan Sarwono
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Dulu, semasa saya sekolah SMP di Tegal, paling senang saya nonton film India dan Malaysia. Yang saya ingat bintang film India yang terkenal saat itu adalah Raj Kumar, dan bintang film Malaysia namanya P Ramlee.
Ketika saya jadi dosen tamu di Universiti Malaya tahun 2008, setiap malam saya masih menyaksikanfilm- filmnya PRamlee, masih diputar, berulang-ulang. Dan, orang Malaysia zaman sekarang masih kenal P Ramlee. Lain halnya dengan film India. Sejak saya SMA sampai saya kuliahdansampaisekarang, saya hampir tidak pernah menonton film India lagi. Film India bukan untuk anak gaul, melainkan untuk anak-anak kampung, atau anak gedongan yang kampungan.
Pokoknya di mata saya, film India adalah film norak yang isinya nyanyi-nyanyian, narinarian, cinta-cintaan, dan polisi bego. Tetapi siapa nyana tahutahu, saya yang sudah nonton banyak sekali film bagus mancanegara, maupun nasional (pernah dua kali jadi juri Festival Film Indonesia dan sekali jadi juri Festival film Maya), kok bisa nonton film India yang satu ini.
Film besutan sutradara Raj Kumar Hirani itu berjudul PK , dibaca dalam lafal bahasaInggris: dan ejaan Indonesia “Pi-Kei”, yang ternyata dalam bahasa Hindi artinya adalah “slebor” (tidak mabuk, tetapi seperti orang mabuk). Nama itu diberikan kepada seorang makhluk asing dari planet antah-berantah yang sedang melaksanakan misi penelitian ke planet bumi (seperti astronot bumi Neil Armstrong, yang pernah mendarat di bulan).
Makhluk astronot itu, walaupun wujudnya seperti manusia (dimainkan oleh Aamir Khan), perilakunya sangat aneh. Dia bertelanjang bulat dan tidak bisa bicara, sehingga untuk menutupi tubuhnya dia mencuri baju dari mobilmobil yang diparkir, tetapi bergoyang- goyang, karena penumpangnya sedang melakukan hubungan seks dan melepas baju-baju mereka. PK juga baru bisa berbicara dengan bahasa manusia kalau ia bisa memegang tangan seseorang selama enam jam atau lebih.
Setiap orang yang akan dipegang tangannya menolak, marah-marah atau bahkan lari ketakutan. Tetapi beruntung PK diajak temannya untukkerumahpelacuran, dandi situlah dia bisa menyerap bahasa Hindi dengan cara memegang tangan si pelacur selama enam jam, sampai si pelacur yang awalnya terheran-heran akhirnya ketiduran. Sementara itu, sejak PK mendarat di bumi, remote control yang tergantung di lehernya dijambret orang. Padahal, remote control itu adalah untuk memanggil pesawat yang mengantar-jemputnya ke bumi.
Tanpa alat itu, PK tidak bisa pulang ke planetnya sendiri. Maka misi PK sekarang berubah, yaitu mencari remote control- nya yang hilang, yang dicarinya sampai ke New Delhi, di mana ia mendapat petunjuk bahwa remote control itu sudah diambil Tuhan, maka dia harus memintanya ke Tuhan. Maka sejak itu misinya berubah menjadi mencari Tuhan.
Di New Delhi, dia berkenalan dengan seorang presenter TV yang cantik bernama Jaggu (dimainkan oleh Amashka Sharmai), dan Jaggu inilah yang menolongnya untuk menemukan Tuhan dan remote controlnya. Pada suatu hari, ketika ia sedang menunggu Jaggu di kantor stasiun TV, PK melihat salah satu pegawai yang kebetulan lewat menjatuhkan sesuatu.
Dengan niat baik, PK memungut benda itu dan mencoba mengembalikan kepada pemiliknya. Namun, si pemilik malah meloncat menjauh, “Idih , benda apa itu? Itu bukan punya saya”. Dengan heran, PK mencoba memberikannya kepada pegawai lain di sekitar situ, ternyata semua menolak, bahkan ada yang marah.
Maka dia bertanya kepada Jaggu dan bos nya. Ternyata benda itu adalah sebuah kotak kondom, dan Jaggu serta bosnya pun tertawa. Tetapi PK tidak mengerti. Mengapa kalau kondom orang ketakutan, tetapi kalau uang yang jatuh, orang berebut untuk memilikinya?
*** Di sinilah filosofi yang sangat dalam dari film komedi satire itu. Walaupun sambil tertawa-tawa karena adegan-adegan yang kocak, penonton ikut berpikir bersama PK, mengapa orang ketakutan pada kotak kondom, tetapi sangat bernafsu untuk memiliki uang? Keduanya hanya benda terbuat dari kertas? Ternyata manusia punya cara berpikir yang tidak masuk akal PK yang makhluk planet itu.
Di kesempatan lain, PK juga pernah membeli makanan dengan uang bergambar Mahatma Gandhi. Tetapi ketika ia memberi gambar Mahatma Gandhi dari sebuah pamflet, si tukang makanan menolak. Maka PK pun bingung lagi. Gambarnya persis sama, tetapi kok yang satu boleh ditukar dengan makanan, yang lain tidak? Begitu juga ketika ia mencari Tuhan. Dia menemukan banyak sekali tuhan di New Delhi.
Ada tuhan yang menyuruhnya menyembelih sapi, tetapi ada yang menyuruhnya menyembah sapi. Ada yang minta sesajian anggur yang mahal, ada yang menguberuberinya sampai dia lari lintang pukang gara-gara dia mau mempersembahkan anggur di masjid. Ada lagi yang melarang kita makan setelah matahari terbenam, tetapi ada yang justru mengharuskan makan setelah matahari terbenam, karena di siang hari diharamkan makan.
Dan seterusnya. Ternyata semua tuhan itu adalah ciptaan manusia, yang ditaati dan ditakuti karena para pemuka agama itu (istilah PK: manajer-manajer tuhan) membuat umat masing-masing ketakutan pada tuhan ciptaan itu. Maksudnya adalah agar umat mau saja melakukan apa yang disuruh oleh manajer agama, termasuk memberi sumbangan uang untuk keperluan pembangunan rumah ibadah dll. Padahal, Tuhan yang asli menciptakan jutaan planet seperti bumi ini, dan Dia tidak minta apa-apa.
Dia tidak minta dibela seperti yang akan dilakukan oleh pendeta Hindu, Tapasvi Maharaaj, yang bertubuh tambun dan berwibawa, ketika PK mengatakan bahwa tuhannya Tapasvi Maharaaj adalah tuhan ciptaannya sendiri. Manusia tidak akan berhenti saling membunuh, selama mereka hanya menyembah tuhan-tuhan yang diciptakannya sendiri. Demikian kesimpulan PK, si makhluk slebor dari planet antah-berantah itu.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Dulu, semasa saya sekolah SMP di Tegal, paling senang saya nonton film India dan Malaysia. Yang saya ingat bintang film India yang terkenal saat itu adalah Raj Kumar, dan bintang film Malaysia namanya P Ramlee.
Ketika saya jadi dosen tamu di Universiti Malaya tahun 2008, setiap malam saya masih menyaksikanfilm- filmnya PRamlee, masih diputar, berulang-ulang. Dan, orang Malaysia zaman sekarang masih kenal P Ramlee. Lain halnya dengan film India. Sejak saya SMA sampai saya kuliahdansampaisekarang, saya hampir tidak pernah menonton film India lagi. Film India bukan untuk anak gaul, melainkan untuk anak-anak kampung, atau anak gedongan yang kampungan.
Pokoknya di mata saya, film India adalah film norak yang isinya nyanyi-nyanyian, narinarian, cinta-cintaan, dan polisi bego. Tetapi siapa nyana tahutahu, saya yang sudah nonton banyak sekali film bagus mancanegara, maupun nasional (pernah dua kali jadi juri Festival Film Indonesia dan sekali jadi juri Festival film Maya), kok bisa nonton film India yang satu ini.
Film besutan sutradara Raj Kumar Hirani itu berjudul PK , dibaca dalam lafal bahasaInggris: dan ejaan Indonesia “Pi-Kei”, yang ternyata dalam bahasa Hindi artinya adalah “slebor” (tidak mabuk, tetapi seperti orang mabuk). Nama itu diberikan kepada seorang makhluk asing dari planet antah-berantah yang sedang melaksanakan misi penelitian ke planet bumi (seperti astronot bumi Neil Armstrong, yang pernah mendarat di bulan).
Makhluk astronot itu, walaupun wujudnya seperti manusia (dimainkan oleh Aamir Khan), perilakunya sangat aneh. Dia bertelanjang bulat dan tidak bisa bicara, sehingga untuk menutupi tubuhnya dia mencuri baju dari mobilmobil yang diparkir, tetapi bergoyang- goyang, karena penumpangnya sedang melakukan hubungan seks dan melepas baju-baju mereka. PK juga baru bisa berbicara dengan bahasa manusia kalau ia bisa memegang tangan seseorang selama enam jam atau lebih.
Setiap orang yang akan dipegang tangannya menolak, marah-marah atau bahkan lari ketakutan. Tetapi beruntung PK diajak temannya untukkerumahpelacuran, dandi situlah dia bisa menyerap bahasa Hindi dengan cara memegang tangan si pelacur selama enam jam, sampai si pelacur yang awalnya terheran-heran akhirnya ketiduran. Sementara itu, sejak PK mendarat di bumi, remote control yang tergantung di lehernya dijambret orang. Padahal, remote control itu adalah untuk memanggil pesawat yang mengantar-jemputnya ke bumi.
Tanpa alat itu, PK tidak bisa pulang ke planetnya sendiri. Maka misi PK sekarang berubah, yaitu mencari remote control- nya yang hilang, yang dicarinya sampai ke New Delhi, di mana ia mendapat petunjuk bahwa remote control itu sudah diambil Tuhan, maka dia harus memintanya ke Tuhan. Maka sejak itu misinya berubah menjadi mencari Tuhan.
Di New Delhi, dia berkenalan dengan seorang presenter TV yang cantik bernama Jaggu (dimainkan oleh Amashka Sharmai), dan Jaggu inilah yang menolongnya untuk menemukan Tuhan dan remote controlnya. Pada suatu hari, ketika ia sedang menunggu Jaggu di kantor stasiun TV, PK melihat salah satu pegawai yang kebetulan lewat menjatuhkan sesuatu.
Dengan niat baik, PK memungut benda itu dan mencoba mengembalikan kepada pemiliknya. Namun, si pemilik malah meloncat menjauh, “Idih , benda apa itu? Itu bukan punya saya”. Dengan heran, PK mencoba memberikannya kepada pegawai lain di sekitar situ, ternyata semua menolak, bahkan ada yang marah.
Maka dia bertanya kepada Jaggu dan bos nya. Ternyata benda itu adalah sebuah kotak kondom, dan Jaggu serta bosnya pun tertawa. Tetapi PK tidak mengerti. Mengapa kalau kondom orang ketakutan, tetapi kalau uang yang jatuh, orang berebut untuk memilikinya?
*** Di sinilah filosofi yang sangat dalam dari film komedi satire itu. Walaupun sambil tertawa-tawa karena adegan-adegan yang kocak, penonton ikut berpikir bersama PK, mengapa orang ketakutan pada kotak kondom, tetapi sangat bernafsu untuk memiliki uang? Keduanya hanya benda terbuat dari kertas? Ternyata manusia punya cara berpikir yang tidak masuk akal PK yang makhluk planet itu.
Di kesempatan lain, PK juga pernah membeli makanan dengan uang bergambar Mahatma Gandhi. Tetapi ketika ia memberi gambar Mahatma Gandhi dari sebuah pamflet, si tukang makanan menolak. Maka PK pun bingung lagi. Gambarnya persis sama, tetapi kok yang satu boleh ditukar dengan makanan, yang lain tidak? Begitu juga ketika ia mencari Tuhan. Dia menemukan banyak sekali tuhan di New Delhi.
Ada tuhan yang menyuruhnya menyembelih sapi, tetapi ada yang menyuruhnya menyembah sapi. Ada yang minta sesajian anggur yang mahal, ada yang menguberuberinya sampai dia lari lintang pukang gara-gara dia mau mempersembahkan anggur di masjid. Ada lagi yang melarang kita makan setelah matahari terbenam, tetapi ada yang justru mengharuskan makan setelah matahari terbenam, karena di siang hari diharamkan makan.
Dan seterusnya. Ternyata semua tuhan itu adalah ciptaan manusia, yang ditaati dan ditakuti karena para pemuka agama itu (istilah PK: manajer-manajer tuhan) membuat umat masing-masing ketakutan pada tuhan ciptaan itu. Maksudnya adalah agar umat mau saja melakukan apa yang disuruh oleh manajer agama, termasuk memberi sumbangan uang untuk keperluan pembangunan rumah ibadah dll. Padahal, Tuhan yang asli menciptakan jutaan planet seperti bumi ini, dan Dia tidak minta apa-apa.
Dia tidak minta dibela seperti yang akan dilakukan oleh pendeta Hindu, Tapasvi Maharaaj, yang bertubuh tambun dan berwibawa, ketika PK mengatakan bahwa tuhannya Tapasvi Maharaaj adalah tuhan ciptaannya sendiri. Manusia tidak akan berhenti saling membunuh, selama mereka hanya menyembah tuhan-tuhan yang diciptakannya sendiri. Demikian kesimpulan PK, si makhluk slebor dari planet antah-berantah itu.
(ars)