Membentuk Jiwa Muda Kreatif
A
A
A
Muhammad Najib
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin. UIN Walisongo Semarang
Satu kata kunci menjadi jawara di era kompetisi global seperti sekarang ini adalah kreativitas. Jiwa kreatif akan selalu eksis dan dibutuhkan pada masa sekarang dan akan datang.
Dalam konteks inilah lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif. Pergeseran dan perubahan zaman adalah sesuatu yang tak dapat ditolak. Artinya, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya. Maka, mengelola agar setiap peserta didik sigap menghadapi perubahan selanjutnya adalah sebuah keniscayaan.
Pada masa akan datang, kita tidak membutuhkan generasi yang berbekal ijazah pendidikan formal saja tapi minim kecakapan dan kreativitas. Generasi seperti itu justru hanya akan menghambat pembangunan dan kemajuan bangsa. Selain faktor pendidik, jiwa kreatif dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama , mengubah mindset . Tak dapat diragukan lagi bahwa pola pikir atau mindset generasi saat ini terutama para mahasiswa perlu diluruskan.
Coba kalau kita tanya pada para mahasiswa terkait rencana setelah lulus atau wisuda. Bisa dipastikan mereka akan menjawab mencari pekerjaan. Bisa dibayangkan akan ada berapa banyak pengangguran di negeri ini. Harusnya, para mahasiswa yang notabene generasi andalan atau pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa memiliki paradigma lurus dengan mengatakan bahwa setelah lulus akan menciptakan kerja.
Kedua, spesifikasi. Sejauh ini ada fenomena lulusan pertanian akan tetapi banyak yang terjun dalam dunia sosial. Harusnya, antara kompetensi dengan kerja berbanding lurus. Bagaimana mungkin pertanian kita maju sementara misalnya sarjana pertanian enggan berkecimpung dalam dunia pertanian? Jadi, dalam konteks ini, sekolah mempunyai peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif, bukan hanya menghafal materi saja.
Semua itu akan menjadi sebuah utopia manakala pendidik tidak menyadari dan kemudian meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa pendidik yang baik adalah mereka yang mampu mencetak generasi yang lebih baik dari seorang pendidik. Jadi, keberhasilan pendidik atau guru adalah mencetak murid yang andal, bahkan melebihi gurunya.
Jika yang terjadi demikian, semakin ke depan generasi muda akan semakin mantap sehingga mampu menjawab persoalan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam bi al-shawab. ??
Membentuk Jiwa Muda Kreatif
Satu kata kunci menjadi jawara di era kompetisi global seperti sekarang ini adalah kreativitas. Jiwa kreatif akan selalu eksis dan dibutuhkan pada masa sekarang dan akan datang.
Dalam konteks inilah lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif. Pergeseran dan perubahan zaman adalah sesuatu yang tak dapat ditolak. Artinya, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya. Maka, mengelola agar setiap peserta didik sigap menghadapi perubahan selanjutnya adalah sebuah keniscayaan.
Pada masa akan datang, kita tidak membutuhkan generasi yang berbekal ijazah pendidikan formal saja tapi minim kecakapan dan kreativitas. Generasi seperti itu justru hanya akan menghambat pembangunan dan kemajuan bangsa. Selain faktor pendidik, jiwa kreatif dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama , mengubah mindset . Tak dapat diragukan lagi bahwa pola pikir atau mindset generasi saat ini terutama para mahasiswa perlu diluruskan.
Coba kalau kita tanya pada para mahasiswa terkait rencana setelah lulus atau wisuda. Bisa dipastikan mereka akan menjawab mencari pekerjaan. Bisa dibayangkan akan ada berapa banyak pengangguran di negeri ini. Harusnya, para mahasiswa yang notabene generasi andalan atau pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa memiliki paradigma lurus dengan mengatakan bahwa setelah lulus akan menciptakan kerja.
Kedua, spesifikasi. Sejauh ini ada fenomena lulusan pertanian akan tetapi banyak yang terjun dalam dunia sosial. Harusnya, antara kompetensi dengan kerja berbanding lurus. Bagaimana mungkin pertanian kita maju sementara misalnya sarjana pertanian enggan berkecimpung dalam dunia pertanian? Jadi, dalam konteks ini, sekolah mempunyai peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif, bukan hanya menghafal materi saja.
Semua itu akan menjadi sebuah utopia manakala pendidik tidak menyadari dan kemudian meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa pendidik yang baik adalah mereka yang mampu mencetak generasi yang lebih baik dari seorang pendidik. Jadi, keberhasilan pendidik atau guru adalah mencetak murid yang andal, bahkan melebihi gurunya.
Jika yang terjadi demikian, semakin ke depan generasi muda akan semakin mantap sehingga mampu menjawab persoalan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin. UIN Walisongo Semarang
Satu kata kunci menjadi jawara di era kompetisi global seperti sekarang ini adalah kreativitas. Jiwa kreatif akan selalu eksis dan dibutuhkan pada masa sekarang dan akan datang.
Dalam konteks inilah lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif. Pergeseran dan perubahan zaman adalah sesuatu yang tak dapat ditolak. Artinya, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya. Maka, mengelola agar setiap peserta didik sigap menghadapi perubahan selanjutnya adalah sebuah keniscayaan.
Pada masa akan datang, kita tidak membutuhkan generasi yang berbekal ijazah pendidikan formal saja tapi minim kecakapan dan kreativitas. Generasi seperti itu justru hanya akan menghambat pembangunan dan kemajuan bangsa. Selain faktor pendidik, jiwa kreatif dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama , mengubah mindset . Tak dapat diragukan lagi bahwa pola pikir atau mindset generasi saat ini terutama para mahasiswa perlu diluruskan.
Coba kalau kita tanya pada para mahasiswa terkait rencana setelah lulus atau wisuda. Bisa dipastikan mereka akan menjawab mencari pekerjaan. Bisa dibayangkan akan ada berapa banyak pengangguran di negeri ini. Harusnya, para mahasiswa yang notabene generasi andalan atau pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa memiliki paradigma lurus dengan mengatakan bahwa setelah lulus akan menciptakan kerja.
Kedua, spesifikasi. Sejauh ini ada fenomena lulusan pertanian akan tetapi banyak yang terjun dalam dunia sosial. Harusnya, antara kompetensi dengan kerja berbanding lurus. Bagaimana mungkin pertanian kita maju sementara misalnya sarjana pertanian enggan berkecimpung dalam dunia pertanian? Jadi, dalam konteks ini, sekolah mempunyai peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif, bukan hanya menghafal materi saja.
Semua itu akan menjadi sebuah utopia manakala pendidik tidak menyadari dan kemudian meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa pendidik yang baik adalah mereka yang mampu mencetak generasi yang lebih baik dari seorang pendidik. Jadi, keberhasilan pendidik atau guru adalah mencetak murid yang andal, bahkan melebihi gurunya.
Jika yang terjadi demikian, semakin ke depan generasi muda akan semakin mantap sehingga mampu menjawab persoalan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam bi al-shawab. ??
Membentuk Jiwa Muda Kreatif
Satu kata kunci menjadi jawara di era kompetisi global seperti sekarang ini adalah kreativitas. Jiwa kreatif akan selalu eksis dan dibutuhkan pada masa sekarang dan akan datang.
Dalam konteks inilah lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif. Pergeseran dan perubahan zaman adalah sesuatu yang tak dapat ditolak. Artinya, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya. Maka, mengelola agar setiap peserta didik sigap menghadapi perubahan selanjutnya adalah sebuah keniscayaan.
Pada masa akan datang, kita tidak membutuhkan generasi yang berbekal ijazah pendidikan formal saja tapi minim kecakapan dan kreativitas. Generasi seperti itu justru hanya akan menghambat pembangunan dan kemajuan bangsa. Selain faktor pendidik, jiwa kreatif dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama , mengubah mindset . Tak dapat diragukan lagi bahwa pola pikir atau mindset generasi saat ini terutama para mahasiswa perlu diluruskan.
Coba kalau kita tanya pada para mahasiswa terkait rencana setelah lulus atau wisuda. Bisa dipastikan mereka akan menjawab mencari pekerjaan. Bisa dibayangkan akan ada berapa banyak pengangguran di negeri ini. Harusnya, para mahasiswa yang notabene generasi andalan atau pemegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa memiliki paradigma lurus dengan mengatakan bahwa setelah lulus akan menciptakan kerja.
Kedua, spesifikasi. Sejauh ini ada fenomena lulusan pertanian akan tetapi banyak yang terjun dalam dunia sosial. Harusnya, antara kompetensi dengan kerja berbanding lurus. Bagaimana mungkin pertanian kita maju sementara misalnya sarjana pertanian enggan berkecimpung dalam dunia pertanian? Jadi, dalam konteks ini, sekolah mempunyai peran strategis dalam membentuk jiwa muda kreatif, bukan hanya menghafal materi saja.
Semua itu akan menjadi sebuah utopia manakala pendidik tidak menyadari dan kemudian meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kita yakin seyakin-yakinnya bahwa pendidik yang baik adalah mereka yang mampu mencetak generasi yang lebih baik dari seorang pendidik. Jadi, keberhasilan pendidik atau guru adalah mencetak murid yang andal, bahkan melebihi gurunya.
Jika yang terjadi demikian, semakin ke depan generasi muda akan semakin mantap sehingga mampu menjawab persoalan dan kebutuhan bangsa Indonesia. Wallahu a’lam bi al-shawab.
(ars)