Kapan Jakarta Nyaman Pak Gubernur?

Sabtu, 07 Februari 2015 - 11:42 WIB
Kapan Jakarta Nyaman Pak Gubernur?
Kapan Jakarta Nyaman Pak Gubernur?
A A A
Daerah Khusus IbuKota (DKI) Jakarta adalah jantung Indonesia, negara kesatuan yang membentang luas dari Sabang hingga Merauke. Apa yang terjadi di Jakarta akan menjadi barometer bagi daerah-daerah lain.

Jika Jakarta baik, hal itu akan menjadidoronganyang kuat bagidaerahuntukmenjadi lebih baik, jika Jakarta buruk akan menjadi pembenaran bagi banyak daerah yang tidak maju-maju. DKI Jakarta adalah jendela utama sekaligus etalase negara ini karena umumnya orang asing akan pertama kali datang keJakarta sebelum menuju berbagai destinasi dinegara kepulauan ini.

Segala jenis kesemrawutan, ketidak nyamanan,serta ketidak amanan akan menjadi stigma negatif bagi warga negara asing yang akan disampaikan ke orang-orang yang dikenalnya. Tapi kenapa belakangan ini berbagai hal buruk disematkan pada kota yang sejak zaman kolonial sudah sangat ramaiini?Jakarta sudah dinobatkan menjadi kota termacet sedunia, kota paling tidak aman,kota yang tidak nyaman,kota yang selalu melekat dengan masalah banjir serta kota yang ketimpangan sosialnya tinggi.

Terlepas dari segala macam potensi dan kebaikan yang ada padanya,membicarakan IbuKota selalu tak pernah lepas dari isu mengenai segala masalah yang melekat. Ketika Pilkada DKI Jakarta 2012,pasangan Joko Widodo(Jokowi)-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memberikan janji surge kepada warga Jakarta bahwa menyelesaikan masalah Jakarta tidaklah susah asalkan ada politicalwill dari pemimpinnya.

Janji tersebut berulang-ulang disampaikan dalam berbagai kesempatan kampanye dan sukses merebut hati warga Jakarta. Setahun mereka memimpin, warga Jakarta tampaknya masih cukup sabar memberikan waktu bagi pasangan tersebut untuk menunggu perbaikan yang dijanjikan.

Namun rupanya masih jauh panggang dari api,janji surge itu memang sangat mudah diucapkan, tetapi paling sulit untuk dipenuhi. Jalanan tambah macet, level keamanan terus merosot, kenyamanan takbisa diharapkan serta angka ketimpangan tak juga menggembirakan. Diawal kepemimpinan duet tersebut,mereka mengeluhkan ternyata dari segi birokrasi ada banyak hal yang tak bisa mereka selesaikan sebagai gubernur dan wakil gubernur.

Akhirnya ketika Jokowi maju sebagai calon presiden pada tahun 2014 para pendukungnya mengatakan nasib Jakarta pasti akan lebih baik jika sanggubernur menjadi presiden, pasti kepentingan Jakarta akan diuntungkan. Ternyata setelah Jokowi menjadi presiden pun sama saja kondisinya. Memang ada beberapa perbaikan disana-sini, tetapi tidak sesignifikan dan sedramatis yang dijanjikan.

Lihat saja, baru-baru ini Ahok yang sudah naik pangkat menjadi gubernur mengatakan bahwa memang Jakarta itu pasti akan selalu macet dan baru akan beres setelah 30-40 tahun. Apakah sedemikian cepatnya Pak Gubernur lupa janji surge yang diucapkan semasa kampanye bahwa pasangan tersebut bisa menyelesaikan masalah kemacetan jika menang?

Kita semua tahu satu pasangan gubernurwakil gubernurmaksimal memimpin daerah untuk dua periode kepemimpinan yang artinya 10 tahun, apakah Jokowi-Ahok memang dulu saat kampanye menjanjikan hal yang mereka tahu tidakmungkin? Warga Jakarta tentu takakan meminta yang tidak-tidak atau bahkan yang tidak mungkin diwujudkan. Warga Jakarta hanya meminta pemimpinnya untuk mewujudkan janjinya yang saat kampanye sepertinya sangat mudah dilakukan.

Berbagai masalah di Jakarta tentu dengan sendirinya menurunkan produktivitas warga kota ini. Penduduk Jakarta akan khawatir beraktivitas di malam hari karena jalanan makin tidak aman. Selain itu berbagai aktivitas akan sangat terganggu karena jalanan sangat macet dan mayoritas penduduk Jakarta akan menghabiskan waktu produktif serta waktu untuk keluarga dijalan raya. Semoga Gubernur Ahok sadar bahwa dia sudah menjanjikan banyak hal dalam perbaikan Jakarta dan banyak janjinya akan cepat dipenuhi.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5156 seconds (0.1#10.140)
pixels