Krisis Dosen

Senin, 02 Februari 2015 - 10:32 WIB
Krisis Dosen
Krisis Dosen
A A A
Jumlah tenaga pengajar ternyata masih menjadi masalah yang sangat serius di negara ini. Tak hanya guru, Data Kemenristek Dikti menunjukkan Indonesia ternyata masih sangat kekurangan tenaga dosen.

Fenomena ini sangat memprihatinkan dan bisa mengancam keberlangsungan pendidikan tinggi di Tanah Air. Menurut data Kemenristek Dikti, dosen saat ini jumlahnya kurang dari 160.000 orang. Jumlah ini jauh dari cukup karena tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang mencapai 5,4 juta orang.

Sebagai catatan, dari jumlah 160.000 dosen tersebut, sebanyak 30% di antaranya masih lulusan strata 1 (S-1), lalu S-2 separuhnya dan S- 3 hanya 11%. Ada sejumlah faktor penyebab mengapa Indonesia sampai kekurangan tenaga dosen. Pertama, jumlah dosen yang pensiun tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa baru yang masuk ke perguruan tinggi.

Karena ternyata dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perguruan tinggi di Indonesia sangat minim melakukan proses rekrutmen dosen baru. Akibatnya, sekarang banyak dosen yang pensiun, tetapi tidak diimbangi oleh jumlah dosen yang masuk. Kedua, minimnya minat seorang mahasiswa untuk menjadi dosen.

Bahkan, banyak di antara mereka menjadi dosen pun karena terpaksa karena daripada menganggur, meskipun banyak juga orang yang ingin menjadi dosen karena panggilan jiwanya. Kenapa orang tidak berminat menjadi dosen? Alasannya cukup klasik, yakni soal kurangnya kesejahteraan bila dibandingkan dengan karier/profesi yang tersedia, misalnya bekerja di BUMN atau perusahaan swasta atau perusahaan multinasional.

Kurangnya kesejahteraan dosen dapat kita lihat terutama di daerah-daerah. Dosen biasanya mempunyai tambahan lebih dari penelitian atau menjadi narasumber. Atau dia bisa mengajar di beberapa universitas sekaligus. Hal itu tidak menjadi masalah bila sang dosen berada di kota besar seperti Jakarta.

Namun pilihanpilihan “uang tambahan” untuk tenaga dosen itu di daerah sangat terbatas. Misalnya ada dana penelitian pun jumlahnya kecil dan harus diperebutkan oleh banyak dosen di daerah tersebut. Ketiga, banyaknya tenaga dosen tampaknya juga tidak menyebar. Mereka cenderung berkumpul di kota-kota besar. Adapun di daerah-daerah, jumlah dan kualifikasinya pun terbatas.

Hal ini tentu pada gilirannya akan menjadi problem tersendiri terutama soal kualitas dari perguruan tersebut. Akan ada disparitas dosen yang semakin besar antara perguruan tinggi di kota besar dan di daerah baik soal kualitas maupun kuantitasnya. Fenomena ini tentu sangat menyedihkan, apalagi di tengah persaingan dunia yang semakin tinggi. Ingat, saat ini kita sudah masuk dalam ASEAN Community 2015.

Tentu kualitas sumber daya manusia (SDM) akan menjadi taruhan dalam persaingan tenaga kerja di kancah ASEAN maupun global. Karena itu, kalau masalah ini tidak segera diselesaikan, bukan tidak mungkin bangsa kita akan jadi buruh di negara sendiri. Tidak bisa kita bayangkan jika jabatanjabatan strategis nantinya akan dikuasai oleh tenaga-tenaga yang berasal dari luar negeri.

Masalah ini wajib menjadi perhatian serius pemerintah dan stake holder yang terkait, terutama Kemenristek Dikti, untuk segera menyelesaikan kekurangan dosen ini. Kebijakan komprehensif sangat diperlukan sebagai solusi permasalahan ini. Perekrutan dosen secara besar-besaran harus segera dilakukan. Selain itu, program beasiswa juga harus diperbanyak.

Tenaga dosen termasuk juga guru harus mendapatkan perhatian khusus terutama soal kesejahteraan. Hal ini penting karena sekolah dan perguruan tinggilah yang bisa menjadikan negara ini maju. Tanpa perbaikan kualitas dunia pendidikan, negara ini akan sulit untuk bisa bersinar di tingkat global.

Bisa-bisa kita makin tertinggal dengan negara lain. Kita lihat banyak negara yang cukup baik ekonominya seperti Malaysia misalnya. Pemerintah Malaysia memperlakukan para guru dan dosen begitu istimewa dengan memperhatikan kesejahteraannya. Tak mengherankan jika Malaysia yang dulu berguru kepada Indonesia kini bisa menyalip kita. Sangat disayangkan jika pemerintah tidak segera membenahi secara menyeluruh permasalahan dunia pendidikan kita.
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8677 seconds (0.1#10.140)