Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
A
A
A
Sri Kisarah Husna.
Mahasiswi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya
Pembangunan ekonomi dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menekan risiko melemahnya perekonomian nasional akibat arus liberalisasi.
Indonesia selalu mengekspor barang-barang mentah dengan harga jual rendah. Sedangkan dari perspektif impor, Indonesia menjadi negara konsumeristik liberal yang mengonsumsi barang jadi secara massal. Secara ekonomi, ini dapat mengakibatkan defisitnya neraca perdagangan.
Terlebih jika arus liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA/AEC) 2015ini tidak dialihcarakan, bukan hal yang mengherankan jika kita terus menerus menjadi budak di negara kita sendiri. Oleh karena itu, sektor pariwisata sebagai salah satu destinasi mancanegara, sedangkan ekonomi kreatif sebagai nilai tambah pariwisata dapat menjadi sinergi yang sempurna.
Pariwisata dan ekonomi kreatif adalah salah satu jalan untuk menjual Indonesia pada dunia tanpa bisa dilemahkan dari sudut pengolahan maupun pemasaran. Sebab, kemandirian dalam bidang ini mampu dipersaingkan.
Persaingan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif bukan tanpa tantangan. Kemandirian yang digadanggadang dapat memajukan, dapat tergerus pula jika investasi asing turut andil besar. Menimbang bahwa MEA 2015 ini merupakan pintu arus bebas lalulintas barang, jasa maupun modal, bukan tidak mungkin hal itu terjadi ketika Indonesia baru saja memulai pembangunannya.
Oleh karena itu, kita harus siap dan kita harus mampu terapkan seni menjadi magnet. Dengan begitu, ketika mata mancanegara dapat tertarik ke dalam, secara otomatis mata masyarakat lokal tidak melulu bangga memandang keluar. Dalam hal ini, MEA dapat menjadi wadah strategis untuk mempermudah pintu akses dunia pada pembangunan yang berdaya jual di negara-negara anggotanya.
Dengan begitu, keuntungan yang di dapat tidak hanya bersumber pada hal ekonomi, namun juga harga diri, kedaulatan NKRI. Garuda mampu menjadi sentral, mampu terbang tinggi jangkau langit ekonomi dalam bingkai komunitas ASEAN. Pariwisata dan ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu pilihan persaingan sebab sektor ini bisa menjadi pengalihan atas keterpurukan di sektor-sektor pembangunan ekonomi lainnya.
ASEAN merupakan medan persaingan bebas yang strategis untuk dimanfaatkan, sekaligus potensial untuk menenggelamkan. Maka jika pada akhirnya kompetisi harus menjadi satu-satunya pilihan, tidak ada jalan lain selain hadapi, ikuti.
Mahasiswi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Brawijaya
Pembangunan ekonomi dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat menekan risiko melemahnya perekonomian nasional akibat arus liberalisasi.
Indonesia selalu mengekspor barang-barang mentah dengan harga jual rendah. Sedangkan dari perspektif impor, Indonesia menjadi negara konsumeristik liberal yang mengonsumsi barang jadi secara massal. Secara ekonomi, ini dapat mengakibatkan defisitnya neraca perdagangan.
Terlebih jika arus liberalisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA/AEC) 2015ini tidak dialihcarakan, bukan hal yang mengherankan jika kita terus menerus menjadi budak di negara kita sendiri. Oleh karena itu, sektor pariwisata sebagai salah satu destinasi mancanegara, sedangkan ekonomi kreatif sebagai nilai tambah pariwisata dapat menjadi sinergi yang sempurna.
Pariwisata dan ekonomi kreatif adalah salah satu jalan untuk menjual Indonesia pada dunia tanpa bisa dilemahkan dari sudut pengolahan maupun pemasaran. Sebab, kemandirian dalam bidang ini mampu dipersaingkan.
Persaingan dalam bidang pariwisata dan ekonomi kreatif bukan tanpa tantangan. Kemandirian yang digadanggadang dapat memajukan, dapat tergerus pula jika investasi asing turut andil besar. Menimbang bahwa MEA 2015 ini merupakan pintu arus bebas lalulintas barang, jasa maupun modal, bukan tidak mungkin hal itu terjadi ketika Indonesia baru saja memulai pembangunannya.
Oleh karena itu, kita harus siap dan kita harus mampu terapkan seni menjadi magnet. Dengan begitu, ketika mata mancanegara dapat tertarik ke dalam, secara otomatis mata masyarakat lokal tidak melulu bangga memandang keluar. Dalam hal ini, MEA dapat menjadi wadah strategis untuk mempermudah pintu akses dunia pada pembangunan yang berdaya jual di negara-negara anggotanya.
Dengan begitu, keuntungan yang di dapat tidak hanya bersumber pada hal ekonomi, namun juga harga diri, kedaulatan NKRI. Garuda mampu menjadi sentral, mampu terbang tinggi jangkau langit ekonomi dalam bingkai komunitas ASEAN. Pariwisata dan ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu pilihan persaingan sebab sektor ini bisa menjadi pengalihan atas keterpurukan di sektor-sektor pembangunan ekonomi lainnya.
ASEAN merupakan medan persaingan bebas yang strategis untuk dimanfaatkan, sekaligus potensial untuk menenggelamkan. Maka jika pada akhirnya kompetisi harus menjadi satu-satunya pilihan, tidak ada jalan lain selain hadapi, ikuti.
(ars)