Menghadapi Alam

Rabu, 07 Januari 2015 - 10:12 WIB
Menghadapi Alam
Menghadapi Alam
A A A
Sudah 10 hari tim Badan SAR Nasional (Basarnas) masih terus berupaya mengevakuasi korban dan benda lain atas jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Hingga kemarin 39 korban berhasil dievakuasi dan 7 potongan besar yang diduga bagian pesawat juga ditemukan.

Adapun badan pesawat yang menjadi sasaran utama tim Basarnas hingga kemarin masih terus dicari. Badan pesawat menjadi sasaran utama karena selain sebagian besar korban terjebak di dalam pesawat, juga terdapat black box (kotak hitam) yang mampu mengungkap penyebab jatuhnya pesawat rute Surabaya-Singapura tersebut.

Apakah hasil itu sudah maksimal? Sebaiknya kita tidak terlalu menilai hasil di atas sebagai ukuran apakah yang telah dilakukan tim Basarnas dan tim penyelamat lain maksimal atau tidak. Namun yang patut kita perhatikan adalah niat besar mereka dengan pengorbanan yang besar untuk terus mencari dan mengevakuasi korban dan benda-benda bagian dari pesawat tersebut.

Bagaimanapun kita harus angkat topi atas tim penyelamat yang telah mengorbankan segalanya agar kecelakaan ini bisa diselesaikan hingga tuntas. Alam memang menjadi tantangan yang tak bisa dihindari. Setiap hari tim Basarnas harus berhadapan dengan alam yang belum ramah untuk operasi penyelamatan.

Ombak tinggi dan kecepatan angin yang cukup kencang membuat tim penyelamat kurang “nyaman” dalam melakukan misi. Adapun arus bawah laut yang kencang serta kondisi yang berlumpur membuat tim penyelamat sering mengurungkan upaya penyelamatan. Memang sulit menghadapi alam seperti itu. Toh tim penyelamat juga tidak bisa mengendalikan alam agar mau sedikit tenang hingga memudahkan dalam misi penyelamatan.

Ya, alam menjadi kendala dalam proses evakuasi pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata. Namun apakah kita harus menyerah? Tentu saja tidak. Tim Basarnas tetap memegang keyakinan bahwa mereka mampu menyelesaikan misi penyelamatan dengan baik. Tim Basarnas memang harus berkejaran dengan waktu karena semakin lama, korban semakin sulit teridentifikasi, sedangkan daya tahan baterai black box menurun karena hanya mampu bertahan 30 hari.

Kita tidak bisa berkompromi dengan alam. Yang bisa kita lakukan hanya bisa menerima kondisi alam. Ketika alam sedang baik, kita bisa berbuat maksimal dan sebaliknya. Sekali lagi kita tidak boleh menyerah menghadapi alam. Jika menyerah, misi penyelamatan akan semakin sulit diselesaikan dengan baik. Jika sekadar menghadapi alam tanpa memikirkan strategi, tentu sama juga dengan konyol.

Untuk itu, semua pihak pun harus semakin fokus untuk bisa menyiapkan berbagai cara menghadapi alam ini. Peran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) cukup penting untuk terus memberikan input data tentang perkiraan cuaca. Data perkiraan cuaca ini bisa digunakan sebagai langkah awal untuk menentukan strategi misi penyelamatan. Selanjutnya tim penyelamat harus menyiapkan peralatan yang bisa menghadapi alam jika manusia tak memungkinkan.

Dengan peralatan baik bantuan dari negara lain atau milik Indonesia serta dengan perhitungan yang matang, tidak mustahil tim penyelamat akan mampu menghadapi alam yang kurang “nyaman”. Kita semua yakin, tim penyelamat juga telah melakukan langkahlangkah di atas. Yang semestinya terus dimiliki tim penyelamat adalah rasa optimistis atau keyakinan yang kuat bahwa misi penyelamatan ini akan cepat diselesaikan.

Rasa pantang menyerah demi misi kemanusiaan harus terus tertanam. Tidak boleh ada kata bosan meski alam belum mau berpihak ke tim penyelamat. Begitu juga dengan pihak-pihak di luar tim penyelamat. Rasa optimistis yang besar juga harus dimiliki agar tidak ada kata-kata sumbang yang justru jauh dari empati terhadap upaya penyelamatan. Saat ini yang dihadapi adalah alam yang kadang membuat kita pasrah atau bahkan membuat kita menyerah. Namun alam bisa kita ajak kompromi jika kita menggunakan akal kita.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)