Pasar Tunggal dan Ekonomi Maritim
A
A
A
Sambut tahun 2015, Indonesia dan negara ASEAN lainnya akan menghadapi AFTA (ASEAN Free Trade Area ) demi membangun pasar tunggal dan kesatuan basis produksi yang borderless.
Hal ini dituangkan dalam empat pilar, di antaranya pengembangan perekonomian, pasar tunggal, pemerataan ekonomi, dan peningkatan daya saing global. Salah satu alasan pembentukan pasar tunggal adalah menjawab tantangan dalam meningkatkan persaingan di kawasan regional akibat kebangkitan Tiongkok dan India. Indonesia menghadapi tantangan besar dalam integrasi ekonomi regional.
Tantangan terbesarnya adalah tingkat daya saing global yang rendah di bidang ekonomi. The Global Competitiveness Report 2014-2015 yang dirilis World Economic Forum melaporkan tingkat daya saing global Indonesia dalam bidang ekonomi berada di urutan ke-34 dari 144 negara. Indonesia terancam hanya akan menjadi tempat pemasaran apabila AFTA diberlakukan.
Di sisi lain, Indonesia dituntut untuk bisa menjadi pelaku utama dalam AFTA 2015. Oleh karena itu, Indonesia harus melakukan akselerasi pembangunan ekonomi. Membangun perekonomian Indonesia dalam menghadapi AFTA salah satunya dapat dilakukan melalui bidang maritim. Hal ini penting mengingat komoditas laut Indonesia memiliki keunggulan komparatif di kawasan ASEAN.
Produksi ikan di Indonesia saja memiliki total nilai ekonomi mencapai USD1,2 triliun setiap tahun atau 7,5 kali lipat APBN 2014. Pemerintah perlu menaruh perhatian lebih pada sektor maritim. Pertama, pembangunan infrastruktur laut untuk mendukung produksi laut, meliputi pendekatan integratif, antara lain bisnis, pengolahan, subsistem produksi, dan pemasaran.
Kedua, sosialisasi peningkatan kesadaran publik tentang arti penting perikanan perlu disuarakan secara utuh. Setiap individu harus membiasakan mengonsumsi ikan laut untuk mengoptimalkan potensi laut serta meningkatkan angka permintaan terhadap hasil laut.
Tingkat konsumsi ikan kita masih berkisar 23 kg/orang/tahun atau setara dengan seperlima dari bangsa Jepang yang ketergantungan terhadap ikan yang senilai 110 kg/orang/tahun. Apabila sektor laut mendapat perhatian yang baik seperti itu, AFTA 2015 bukan lagi tantangan serius. Survei McKinsey Global Institute mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara maju tahun 2030 bukan mustahil akan tercapai.
Hal ini dituangkan dalam empat pilar, di antaranya pengembangan perekonomian, pasar tunggal, pemerataan ekonomi, dan peningkatan daya saing global. Salah satu alasan pembentukan pasar tunggal adalah menjawab tantangan dalam meningkatkan persaingan di kawasan regional akibat kebangkitan Tiongkok dan India. Indonesia menghadapi tantangan besar dalam integrasi ekonomi regional.
Tantangan terbesarnya adalah tingkat daya saing global yang rendah di bidang ekonomi. The Global Competitiveness Report 2014-2015 yang dirilis World Economic Forum melaporkan tingkat daya saing global Indonesia dalam bidang ekonomi berada di urutan ke-34 dari 144 negara. Indonesia terancam hanya akan menjadi tempat pemasaran apabila AFTA diberlakukan.
Di sisi lain, Indonesia dituntut untuk bisa menjadi pelaku utama dalam AFTA 2015. Oleh karena itu, Indonesia harus melakukan akselerasi pembangunan ekonomi. Membangun perekonomian Indonesia dalam menghadapi AFTA salah satunya dapat dilakukan melalui bidang maritim. Hal ini penting mengingat komoditas laut Indonesia memiliki keunggulan komparatif di kawasan ASEAN.
Produksi ikan di Indonesia saja memiliki total nilai ekonomi mencapai USD1,2 triliun setiap tahun atau 7,5 kali lipat APBN 2014. Pemerintah perlu menaruh perhatian lebih pada sektor maritim. Pertama, pembangunan infrastruktur laut untuk mendukung produksi laut, meliputi pendekatan integratif, antara lain bisnis, pengolahan, subsistem produksi, dan pemasaran.
Kedua, sosialisasi peningkatan kesadaran publik tentang arti penting perikanan perlu disuarakan secara utuh. Setiap individu harus membiasakan mengonsumsi ikan laut untuk mengoptimalkan potensi laut serta meningkatkan angka permintaan terhadap hasil laut.
Tingkat konsumsi ikan kita masih berkisar 23 kg/orang/tahun atau setara dengan seperlima dari bangsa Jepang yang ketergantungan terhadap ikan yang senilai 110 kg/orang/tahun. Apabila sektor laut mendapat perhatian yang baik seperti itu, AFTA 2015 bukan lagi tantangan serius. Survei McKinsey Global Institute mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara maju tahun 2030 bukan mustahil akan tercapai.
(bbg)