Kotak Hitam, Bukan Kambing Hitam

Senin, 05 Januari 2015 - 11:00 WIB
Kotak Hitam, Bukan Kambing Hitam
Kotak Hitam, Bukan Kambing Hitam
A A A
Upaya pencarian kotak hitam (black box) dan badan pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang jatuh di Laut Jawa, tepatnya di perairan dekat Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, menemui titik terang.

Basarnas dibantu TNI berhasil mendeteksi posisi bodi pesawat jenis Airbus A320-200 milik Indonesia AirAsia itu di dasar laut bagian utara Laut Jawa dekat dengan Selat Karimata. Bahkan Basarnas sudah merilis empat objek besar yang merupakan bagian pesawat dan kini sedang berupaya keras mendekati lokasi untuk mengangkatnya ke permukaan.

Basarnas juga sudah mengetahui titik keberadaan kotak hitam di lokasi yang sama dengan posisi badan pesawat. Perkembangan ini tentu sangat positif dan memberi harapan untuk mengungkap dengan jelas apa penyebab jatuhnya pesawatyang membawa 162 penumpang dan awak kabin itu.

Hingga kemarin Basarnas telah berhasil mengevakuasi 34 jenazah penumpang dan awak kabin serta beberapa material bagian dari pesawat dan barang milik penumpang. Penemuan itu kemudian memunculkan beragam teori dari beragam sumber baik dari dalam maupun luar negeri tentang penyebab jatuhnya QZ8501.

Ada yang menyebut pilot berhasil melakukan pendaratan darurat di air, tetapi gagal dalam prosedur evakuasi. Ada pula yang menyatakan pilot tidak mampu mengendalikan pesawat dengan sempurna setelah turbulensi karena menabrak awan induk. Selain itu ada yang menyatakan pesawat jatuh menukik menghunjam ke laut, ada juga yang menyatakan pesawat terbang rendah dalam keadaan oleng sebelum masuk ke laut.

Tentu itu semua perkiraan dan analisis yang bisa benar, tapi juga bisa salah. Yang paling pas adalah kita semua harus menunggu tim investigasi dari KNKT untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Publik, keluarga korban, maskapai terkait, regulator, pemerintah Indonesia, produsen pesawat, media massa, dan berbagai pihak pasti menantikan hasil investigasi yang dilakukan KNKT.

Karena besarnya harapan banyak pihak ini, kita berharap KNKT bisa bekerja cepat, profesional, dan independen untuk menyusun hasil investigasinya secara objektif, otentik, dan apa adanya. Hasil investigasi ini pun harus dilakukan secara transparan sehingga pihak-pihak yang berhak bisa mendapatkan informasi secara utuh tanpa hambatan.

Atas keinginan itu, KNKT harus diberi ruang dan keleluasaan melakukan penyidikan. Termasuk nanti ketika kotak hitam berhasil diangkat, dianalisis, dan dirangkai dengan temuan-temuan lain di lokasi kejadian. Proses analisis ini memerlukan waktu. Misalnya saja untuk membaca data percakapan pilot dari kotak hitam. Tidak bisa selesai dalam satu dua hari, tapi bisa berhari-hari, bahkan bermingguminggu.

Namun kita berharap hasil investigasi segera diumumkan agar berbagai spekulasi tentang penyebab jatuhnya pesawat yang sudah berseliweran di ranah publik bisa segera dijawab. Berbagai teori dan perkiraan itu sangat mungkin menyudutkan sejumlah pihak dan menguntungkan pihak lain.

Kita tidak mau ranah publik dipenuhi opini-opini yang sengaja dibangun untuk menyudutkan dan menyalahkan pihak-pihak tertentu dengan tujuan di luar kepentingan penyidikan. Dalam situasi seperti sekarang diperlukan kearifan semua pihak untuk saling menghormati, termasuk menghargai keluarga korban yang masih dalam suasana duka.

Sangat tidak etis misalnya opini diarahkan untuk menyudutkan awak kabin maupun institusi tertentu. Kotak hitam adalah kunci jawaban untuk mencegah upaya-upaya memunculkan kambing hitam dalam musibah penerbangan ini. Pemerintah harus memberi jaminan penuh kepada KNKT untuk bekerja profesional dan independen.

Demikian pula pihak-pihak lain yang terkait dalam musibah ini. Tidak perlu ada kambing hitam, tutup celah bagi pihak-pihak yang ingin memancing ikan di air keruh dan menggunting dalam lipatan.

Diperlukan kesabaran dan jiwa besar bagi semua pihak untuk menerima apa pun keputusan KNKT yang kita yakin akan bekerja keras penuh integritas untuk mengungkap tabir di balik musibah AirAsia QZ8501 ini.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4621 seconds (0.1#10.140)