Mencari AirAsia

Senin, 29 Desember 2014 - 11:15 WIB
Mencari AirAsia
Mencari AirAsia
A A A
Ratusan keluarga penumpang pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura hingga saat ini masih menunggu kepastian nasib kerabat mereka.

Pesawat jenis Airbus A320-200 yang membawa 155 penumpang dan 7 awak kabin ini hilang kontak dengan air traffic control (ATC) pukul 07.34 WIB setelah lepas landas dari Bandara Internasional Juanda Surabaya pukul 05.35 waktu setempat. Basarnas RI beserta TNI dan pihak-pihak terkait telah dikerahkan untuk melakukan pencarian pesawat di sekitar Belitung, Palembang, dan sekitarnya hingga ke Pontianak, Sampit, lokasi saat pesawat ini hilang kontak dengan ATC.

Upaya pencarian ini dipimpin langsung Wapres Jusuf Kalla dibantu negaranegara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Australia. Dari total 162 penumpang dan awak kabin, mayoritas adalah warga negara Indonesia, sisanya warga Singapura (1 orang), Malaysia (1), Korea Selatan (3), Inggris (1), dan Prancis (1). AirAsia Indonesia sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa ini berupaya keras memberikan informasi sebanyak mungkin kepada seluruh keluarga penumpang perihal pencarian pesawat.

Berbagai spekulasi pun bermunculan seputar keadaan dan kondisi pesawat yang hilang tersebut. Namun dalam keadaan krisis seperti kejadian ini, sumber-sumber resmilah yang layak dipercaya. Kita tahu pencarian pesawat hilang memang bukan hal yang mudah. Sementara pihak keluarga ingin mendapatkan kabar kondisi pesawat dan penumpang secepatnya.

Di sinilah diperlukan kesabaran dan profesionalitas yang tinggi dari tim pencari (Basarnas), pemerintah maupun maskapai yang bersangkutan. Kesabaran yang luar biasa juga diharapkan datang dari keluarga korban. Publik dan media massa terus memantau dan mendesak agar pencarian dilakukan secara maksimal dalam waktu secepat mungkin.

Komitmen berbagai pihak termasuk negara-negara sahabat maupun produsen pesawat diharapkan bisa membantu percepatan pencarian. Terus terang hingga kini masyarakat masih trauma dengan pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang sejak 8 Maret 2014 dan hingga kini belum ditemukan.

Penanganan krisis hilangnya MH370 ini pun menjadi lumayan rumit karena ada sejumlah hal yang sengaja tidak dibuka sebagaimana mestinya. Ketidakjelasan dan kesimpangsiuran informasi ini semakin membuka kecurigaan banyak pihak atas latar belakang menghilangnya MH370. Apalagi spekulasi akan adanya tindakan teror dan sabotase semakin kuat meskipun semua spekulasi itu hingga saat ini tak satu pun terbukti.

Karena tidak secuil pun bagian pesawat yang berhasil ditemukan dalam pencarian besar-besaran di wilayah yang luasnya mencapai 9.000 mil persegi ini. Hingga kini pun keluarga korban MH370 masih menunggu kepastian keluarga mereka. Kita berharap penanganan krisis hilangnya AirAsia QZ8501 lebih baik daripada MH370. Tentu saja faktor nonteknis di luar jangkauan akal manusia sangat mungkin terjadi.

Namun segala daya yang bisa dilakukan tim pencari dan penyelamat harus dikerahkan maksimal untuk mencari pesawat dan menyelamatkan para penumpangnya. Ketika ditanya sampai kapan pencarian ini dilakukan, pasti sulit untuk menjawabnya. Yang jelas semua pihak ingin pencarian itu dilakukan hingga pesawat ditemukan.

Tapi fakta menyebutkan pencarian pesawat hilang membutuhkan stamina yang kuat serta biaya yang sangat besar. Tentu ada keterbatasan di sana. Kita berharap pesawat AirAsia QZ8501 ini segera ditemukan dan semua penumpang serta awaknya selamat dan kembali ke keluarga masing-masing. Namun kita harus siap dengan segala kemungkinan.

Kita yakin semua pihak sudah memiliki protap masing-masing dalam penanganan krisis penerbangan seperti ini. Apa pun yang terjadi, upaya pencarian dan penyelamatan penumpang harus dilakukan maksimal dan transparan. Manusia wajib berusaha dan Tuhan yang menentukan hasilnya.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8695 seconds (0.1#10.140)