Dorong Anak Muda Berbisnis Kreatif
A
A
A
Akhir 2015, genderang pasar bebas ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA) akan dibunyikan.
Dengan semangat menyejahterakan seluruh bangsa ASEAN, 10 negara di Asia Tenggara akan bersaing di sektor bisnis. Jika bangsa ini tidak memiliki kesiapan, dipastikan sektor ekonomi Indonesia akan mengalami ketertinggalan. Kamis hingga Sabtu (11- 13/12) kemarin, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga baru saja membuka acara Smesco Krenov Fair 2014 .
Acara ini merupakan pameran industri kreatif yang dipelopori anakanak muda dengan passion di bidang kewirausahaan. Sayangnya, keberadaan bisnis kreatif yang digagas kalangan pengusaha muda saat ini dapat dikatakan belum seluruhnya menghasilkan produk yang berdaya saing dan bisa dipasarkan hingga ke kancah global.
Dalam pandangan sejumlah pengamat marketing dan bisnis, keikutsertaan mereka terjun di dunia bisnis hanya mengikuti tren sehingga belum lama berdiri usaha tersebut sudah jatuh dan sulit bangun kembali. Untukmengharapkansupaya bisnis kreatif yang dikelola anakanak muda ini bisa punya daya saing di tingkat regional, mereka perlu dukungan pembiayaan.
Pasalnya, faktor keterbatasan bermain ke tingkat global menjadi persoalan karena mereka tidak memiliki cukup dana untuk melakukan strategi pemasaran, berproduksi dalam jumlah besar, serta jejaring yang luas. Karena itu, dukungan pembiayaan kiranya bisa diupayakan melalui pinjaman modal dari sektor perbankan.
Sementara pihak pemerintah dalam hal ini bisa mengambil peran sebagai pendamping dalam pengelolaan usaha, training karyawan, dan menghubungkan ke mitra-mitra bisnis.
Dengan begitu, industri kreatif yang dikelola anak-anak muda yang berjumlah ribuan usaha tersebut bisa terus bergeliat dan membantu memberikan nilai tambah ekonomi bagi negara. Menurut data BPS 2013, sektor ekonomi kreatif turut menyumbang peningkatan produk domestik bruto (PDB) sebesar 7,05% atau Rp641,815 triliun dari total PDB Rp9.109,129 triliun pada tahun lalu.
Tak pelak, bila kontribusi ini menempatkan sektor ekonomi kreatif berada di peringkat ke-7 dari 10 sektor ekonomi dengan persentase mencapai 7,05%. Sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10,9% di mana pada 2012 lalu, kontribusi yang diberikan sebesar Rp578,760 triliun. Jika peran anak-anak muda kreatif lebih ditingkatkan lagi dalam berinovasi bisnis, tak mustahil bila Indonesia akan menjadi kunci bagi persaingan pasar bebas ASEAN nanti.
Daya saing dari berbagai produk yang dihasilkan mereka perlu ditingkatkan lagi, sehingga mampu menyasar pasar lokal dan juga bisa menarik konsumen di tingkat regional. Karena itu, dalam hal ini penulis berpandangan, keterlibatan anak-anak muda dalam industri kreatif adalah jawaban bagi bangsa ini untuk tampil menjadi “raksasa” ekonomi di pasar ASEAN nanti.
Jumlah anak muda yang demikian besar hendaknya bisa diberi ruang selebar-lebarnya untuk mereka beraktualisasi di bidang bisnis. Dapat dibayangkan, jumlah penduduk yang begitu besar ini hanya memiliki rasional 1,65% enterpreneur dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka itu, sangat sedikit sekali yang usahanya dikelola secara profesional, apalagi sukses berekspansi ke luar negeri.
Dari itu, mulai sekarang anak-anak muda yang kreatif dalam berbisnis mesti diberi kesempatan luas untuk mengkreasikan ide dan gagasan wirausaha mereka. Selain mendorong anakanak muda untuk semakin bergeliat menekuni dunia bisnis kreatif, sektor lain yang perlu disiapkan pemerintah dan pihak swasta dalam menghadapi MEA adalah melahirkan sebanyak mungkin sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemerintah dan pihak swasta harus bekerja sama untuk mencetak tenaga kerja yang kompeten, berkarakter, dan profesional. Hal ini berlaku bukan hanya di sektor bisnis, melainkan juga di semua profesi pekerjaan.
Dalam beberapa hal orang Indonesia patut belajar dari sikap kerja keras, profesionalitas, kejujuran, dan integritas yang dimiliki sebagian besar tenaga kerja dari luar negeri. Sebab hal ini merupakan bagian dari nilai-nilai profesionalisme yang harus dimiliki setiap orang. Dengan memiliki nilai-nilai profesionalisme dalam diri setiap tenaga kerja Indonesia, masa depan bangsa ini akan menjadi lebih cerah.
Hal ini juga sekaligus dapat menghapus pandangan buruk yang menyebut Indonesia gemar mengirim tenaga kerja tidak terampil ke luar negeri. Semoga kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas semua stakeholder kita nanti bisa menghasilkan enterpreneur /pekerja kreatif lebih dari 2% dari rasio jumlah penduduk kita.
Braman Setyo
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
Dengan semangat menyejahterakan seluruh bangsa ASEAN, 10 negara di Asia Tenggara akan bersaing di sektor bisnis. Jika bangsa ini tidak memiliki kesiapan, dipastikan sektor ekonomi Indonesia akan mengalami ketertinggalan. Kamis hingga Sabtu (11- 13/12) kemarin, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UKM) Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga baru saja membuka acara Smesco Krenov Fair 2014 .
Acara ini merupakan pameran industri kreatif yang dipelopori anakanak muda dengan passion di bidang kewirausahaan. Sayangnya, keberadaan bisnis kreatif yang digagas kalangan pengusaha muda saat ini dapat dikatakan belum seluruhnya menghasilkan produk yang berdaya saing dan bisa dipasarkan hingga ke kancah global.
Dalam pandangan sejumlah pengamat marketing dan bisnis, keikutsertaan mereka terjun di dunia bisnis hanya mengikuti tren sehingga belum lama berdiri usaha tersebut sudah jatuh dan sulit bangun kembali. Untukmengharapkansupaya bisnis kreatif yang dikelola anakanak muda ini bisa punya daya saing di tingkat regional, mereka perlu dukungan pembiayaan.
Pasalnya, faktor keterbatasan bermain ke tingkat global menjadi persoalan karena mereka tidak memiliki cukup dana untuk melakukan strategi pemasaran, berproduksi dalam jumlah besar, serta jejaring yang luas. Karena itu, dukungan pembiayaan kiranya bisa diupayakan melalui pinjaman modal dari sektor perbankan.
Sementara pihak pemerintah dalam hal ini bisa mengambil peran sebagai pendamping dalam pengelolaan usaha, training karyawan, dan menghubungkan ke mitra-mitra bisnis.
Dengan begitu, industri kreatif yang dikelola anak-anak muda yang berjumlah ribuan usaha tersebut bisa terus bergeliat dan membantu memberikan nilai tambah ekonomi bagi negara. Menurut data BPS 2013, sektor ekonomi kreatif turut menyumbang peningkatan produk domestik bruto (PDB) sebesar 7,05% atau Rp641,815 triliun dari total PDB Rp9.109,129 triliun pada tahun lalu.
Tak pelak, bila kontribusi ini menempatkan sektor ekonomi kreatif berada di peringkat ke-7 dari 10 sektor ekonomi dengan persentase mencapai 7,05%. Sektor ekonomi kreatif sendiri mengalami peningkatan 10,9% di mana pada 2012 lalu, kontribusi yang diberikan sebesar Rp578,760 triliun. Jika peran anak-anak muda kreatif lebih ditingkatkan lagi dalam berinovasi bisnis, tak mustahil bila Indonesia akan menjadi kunci bagi persaingan pasar bebas ASEAN nanti.
Daya saing dari berbagai produk yang dihasilkan mereka perlu ditingkatkan lagi, sehingga mampu menyasar pasar lokal dan juga bisa menarik konsumen di tingkat regional. Karena itu, dalam hal ini penulis berpandangan, keterlibatan anak-anak muda dalam industri kreatif adalah jawaban bagi bangsa ini untuk tampil menjadi “raksasa” ekonomi di pasar ASEAN nanti.
Jumlah anak muda yang demikian besar hendaknya bisa diberi ruang selebar-lebarnya untuk mereka beraktualisasi di bidang bisnis. Dapat dibayangkan, jumlah penduduk yang begitu besar ini hanya memiliki rasional 1,65% enterpreneur dari jumlah penduduk Indonesia. Dari angka itu, sangat sedikit sekali yang usahanya dikelola secara profesional, apalagi sukses berekspansi ke luar negeri.
Dari itu, mulai sekarang anak-anak muda yang kreatif dalam berbisnis mesti diberi kesempatan luas untuk mengkreasikan ide dan gagasan wirausaha mereka. Selain mendorong anakanak muda untuk semakin bergeliat menekuni dunia bisnis kreatif, sektor lain yang perlu disiapkan pemerintah dan pihak swasta dalam menghadapi MEA adalah melahirkan sebanyak mungkin sumber daya manusia yang berkualitas.
Pemerintah dan pihak swasta harus bekerja sama untuk mencetak tenaga kerja yang kompeten, berkarakter, dan profesional. Hal ini berlaku bukan hanya di sektor bisnis, melainkan juga di semua profesi pekerjaan.
Dalam beberapa hal orang Indonesia patut belajar dari sikap kerja keras, profesionalitas, kejujuran, dan integritas yang dimiliki sebagian besar tenaga kerja dari luar negeri. Sebab hal ini merupakan bagian dari nilai-nilai profesionalisme yang harus dimiliki setiap orang. Dengan memiliki nilai-nilai profesionalisme dalam diri setiap tenaga kerja Indonesia, masa depan bangsa ini akan menjadi lebih cerah.
Hal ini juga sekaligus dapat menghapus pandangan buruk yang menyebut Indonesia gemar mengirim tenaga kerja tidak terampil ke luar negeri. Semoga kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas semua stakeholder kita nanti bisa menghasilkan enterpreneur /pekerja kreatif lebih dari 2% dari rasio jumlah penduduk kita.
Braman Setyo
Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
(ars)