Kecil Bisa, Besar Jangan Binasa
A
A
A
Rakyat kecil mengangkat ekonomi negara, rakyat besar justru menjatuhkannya. Njok, nyong kudu piye? (Terus, saya harus gimana ?) Melihat dari kacamata sekarang tentang kondisi perekonomian Indonesia tentu tak akan lepas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang belum lama diputuskan oleh Presiden Joko Widodo.
Pro dan kontra menjadi camilan yang harus dikunyah pemerintah. Sebagai agent of change, para mahasiswa pun banyak yang menunjukkan aksi penolakan atas keputusan tersebut. Terbukti dari mulai provokasi, demonstrasi, hingga gerakan ”salam gigit jari”. Untuk mengatasi problematika ini, masyarakat khususnya menengah ke bawah memiliki alternatif sendiri.
Jangan anggap remeh usaha-usaha kecil yang dilakukan masyarakat bawah dapat mengangkat laju perekonomian Indonesia. Cobalah tengok sebentar saja ke perkampungan-perkampungan pinggir kota dan pedalaman. Mereka banyak mendirikan warung sembako, menjadi pedagang keliling, hingga membuka lapangan pekerjaan lewat kerajinan yang diadakan oleh home industry.
Lewat kerajinan, mereka semakin produktif dan mampu mengekspor ke luar daerah hingga mancanegara. Bukankah itu langkah awal memajukan perekonomian negeri kita? Industrialisasi yang berorientasi ekspor menjadi salah satu alternatif. Mulailah langkah awal dari wirausaha.
Dengan wirausaha dapat menambah pelaku-pelaku bisnis baru yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran. Masyarakat kecil yang memulai usaha-usaha mikronya mampu berdiri sendiri. Dengan kemandirian, mereka tidak terlalu bergantung pada pundak-pundak yang tak mau disandarkan.
Tidak akan ada ”bebek-bebek” yang mengekor kepada masyarakat yang hobi berimpor ria. Sebaliknya, kebanyakan masyarakat ataslah yang begitu bangga dengan barang impor. Mulai dari belanja ke luar negeri, mengoleksi barang-barang luar, memilih produk-produk bermerek luar, bahkan dalam pasangan pun mencari produk luar yang antimainstream.
Industrialisasi yang berorientasi ekspor harus selalu didukung dan dikembangkan. Lewat alternatif ini, negara-negara yang menerapkannya seperti Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan terbukti dapat memajukan perekonomian mereka. Jika yang kecil bisa, tentu yang besar luar biasa bisa.
Pro dan kontra menjadi camilan yang harus dikunyah pemerintah. Sebagai agent of change, para mahasiswa pun banyak yang menunjukkan aksi penolakan atas keputusan tersebut. Terbukti dari mulai provokasi, demonstrasi, hingga gerakan ”salam gigit jari”. Untuk mengatasi problematika ini, masyarakat khususnya menengah ke bawah memiliki alternatif sendiri.
Jangan anggap remeh usaha-usaha kecil yang dilakukan masyarakat bawah dapat mengangkat laju perekonomian Indonesia. Cobalah tengok sebentar saja ke perkampungan-perkampungan pinggir kota dan pedalaman. Mereka banyak mendirikan warung sembako, menjadi pedagang keliling, hingga membuka lapangan pekerjaan lewat kerajinan yang diadakan oleh home industry.
Lewat kerajinan, mereka semakin produktif dan mampu mengekspor ke luar daerah hingga mancanegara. Bukankah itu langkah awal memajukan perekonomian negeri kita? Industrialisasi yang berorientasi ekspor menjadi salah satu alternatif. Mulailah langkah awal dari wirausaha.
Dengan wirausaha dapat menambah pelaku-pelaku bisnis baru yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran. Masyarakat kecil yang memulai usaha-usaha mikronya mampu berdiri sendiri. Dengan kemandirian, mereka tidak terlalu bergantung pada pundak-pundak yang tak mau disandarkan.
Tidak akan ada ”bebek-bebek” yang mengekor kepada masyarakat yang hobi berimpor ria. Sebaliknya, kebanyakan masyarakat ataslah yang begitu bangga dengan barang impor. Mulai dari belanja ke luar negeri, mengoleksi barang-barang luar, memilih produk-produk bermerek luar, bahkan dalam pasangan pun mencari produk luar yang antimainstream.
Industrialisasi yang berorientasi ekspor harus selalu didukung dan dikembangkan. Lewat alternatif ini, negara-negara yang menerapkannya seperti Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan terbukti dapat memajukan perekonomian mereka. Jika yang kecil bisa, tentu yang besar luar biasa bisa.
(bbg)