Memburu Untung di Ceruk Anak Muda

Senin, 24 November 2014 - 13:14 WIB
Memburu Untung di Ceruk Anak Muda
Memburu Untung di Ceruk Anak Muda
A A A
Kelompok anak muda merupakan target pasar potensial. Karakter mereka yang suka mengikuti tren dan selalu ingin tampil menarik dan berbeda membuat sejumlah produsen fashion berinovasi.

Tujuannya, menarik konsumen sebanyak-banyaknya dari kalangan remaja. Tak sedikit wirausahawan yang mulai bergerak mendirikan bisnis distro untuk menggaet kaum muda. Mereka menjual aneka produk fashion dengan harga terjangkau. Dalam beberapa tahun bisnis yang demikian ini pun ramai di sejumlah kota-kota besar di Tanah Air.

Namun, sebelum benar-benar ingin mengambil peluang ini, pebisnis distro mesti mengenali terlebih dahulu karakter konsumen anak muda yang tersegmentasi ke banyak komunitas atau ceruk pasar kecil. Jika bermain di pasar yang besar, seperti dilakukan kalangan produsen yang sudah established, usia bisnis yang dijalani tidak akan bisa bertahan lama.

Dalam hal berbelanja, kelompok muda cenderung konsumtif, terlebih lagi untuk sejumlah produk fashion yang menjadi tren di lingkungannya. Mereka bersedia menabung uang jajan agar bisa membeli barang yang diinginkan. Tak salah bila pebisnis distro banyak yang membidik pasar dari sektor anak-anak muda tersebut.

Pengamat bisnis marketing dari PPM Manajemen Wahyu T Setyobudi mengatakan, menjamurnya bisnis distro di sejumlah kota di Tanah Air tidak lain karena memang ada peluang yang besar di sektor ini, khususnya dari ceruk pasar anak-anak muda. Distro-distro itu bermunculan karena menjadi anti-tesis dari sejumlah produsen besar yang menguasai pasar.

Para pelaku bisnis distro melihat bahwa jika mereka menawarkan produknya dengan cara yang sama sebagaimana yang dilakukan sejumlah produsen besar, tentu mereka tidak akan didekati konsumen. Namun, jika pebisnis distro membuat ceruk sendiri yang segmented, maka produsen besar tidak akan berani bermain di sektor yang sama.

Menurut dia, karakter pembeli dapat dikategorikan kepada dua hal, apakah mereka mengutamakan brand terlebih dahulu daripada outlet (brand first outlet second ) atau outlet duluan baru kemudian brand (outlet first brand second). Dalam hal ini, pemain distro menyasar segmen pembeli yang mengutamakan oultet ketimbang mereknya. Jika pebisnis distro bermain di kategori yang kedua, mereka akan cepat tergilas.

Sejumlah merek sepatu kenamaan, seperti Nike, Diadora, atau Adidas tentu akan sulit dikalahkan dengan produk-produk sepatu yang diproduksi pebisnis distro. Karena itu, yang bisa dilakukan pebisnis distro adalah menciptakan ceruk pasar sendiri. Pelaku bisnis distro dapat menggaet ceruk-ceruk pasar kecil dari berbagai komunitas anak muda.

Misalnya, menawarkan berbagai produk khusus untuk komunitas balap, komunitas pesepeda (pegowes), dan lainnya. “Dengan begitu, pebisnis distro bisa menarik ceruk pasar sendiri, tanpa harus bersaing dengan produsen besar,” tutur Wahyu, kepada KORAN SINDO , kemarin.

Sementara dalam perspektif pakar ekonomi Telisa Aulia Felianty, wajar saja saat ini banyak wirausahawan yang bergerak mendirikan bisnis distro. Jumlah kelas menengah yang sedemikan besar dan sifatnya yang cenderung konsumtif mendorong sektor ini terus tumbuh.

“Selain karena faktor mengikuti tren, anak-anak muda saat ini memiliki daya beli tinggi. Sehingga, wajar bila banyak distro tumbuh karena melihat peluang tersebut,” ungkap Telisa, yang juga menjabat sebagai Direktur Magister Perencanaan Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), kepada KORAN SINDO kemarin.

Lebih dari itu, lanjut Telisa, kebutuhan anak-anak muda yang ingin berpenampilan menarik dan berbeda juga turut memengaruhi menjamurnya bisnis distro. Namun, seiring dengan kenaikan harga subsidi BBM belakangan ini, diprediksi daya beli kelas menengah akan menurun. Sehingga diperkirakan, prospek bisnis distro akan tetap tumbuh meski mengalami pelambatan.

Kelompok muda selalu menjadi kajian menarik kaitannya dengan konsep bisnis pemasaran. Selain karena kebutuhan mengikuti tren, belanja sudah menjadi semacam aktivitas hiburan bagi mereka.

Nafi muthohirin
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7627 seconds (0.1#10.140)