Prestasi Kita di Asian Games

Senin, 29 September 2014 - 16:57 WIB
Prestasi Kita di Asian Games
Prestasi Kita di Asian Games
A A A
JAKARTA - Lagu Indonesia Raya kembali berkumandang di arena Asian Games 2014 di Inchieon, Korea Selatan, kemarin.

Pasangan ganda putra, Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan, mempersembahkan medali emas kedua dari cabang bulutangkis setelah mengandaskan harapan musuh bebuyutannya, pasangan tuan rumah, Lee Yong Dae/Yoo Yeon Seong.

Emas hasil perjuangan Hendra/Ahsan ini sangat dinantikan kontingen Indonesia setelah sebelumnya pasangan ganda putri kita, Greysia Polii/Nitya Krishinda, berhasil memecah kebuntuan dengan medali emas pertama dengan menyudahi pasangan asal Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, di partai final.

Dua emas dari cabang bulutangkis ini menjadi sangat berarti untuk mendongkrak posisi Indonesia di pesta olahraga paling bergengsi di Asia ini. Indonesia masih menyisakan harapan emas kepada pasangan ganda campuran andalan, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang harus berhadapan dengan musuh bebuyutannya asal China, Xu Chen/Ma Jin.

Seluruh rakyat Indonesia menaruh harapan pasangan ini mampu menyumbangkan emas berikutnya untuk Tanah Air. Atas raihan para pejuang lapangan hijau di ajang Asian Games 2014, kita pantas berbangga dan bersyukur.

Paling tidak bulutangkis kembali menjadi penyelamat gengsi Indonesia yang disebut sebagai salah satu negara terbesar di Asia. Bayangkan jika di Asian Games 2014 ini kita gagal mempersembahkan emas satu pun. Tentu negara-negara Asia lain yang lebih kecil dari kita akan memandang remeh kekuatan Indonesia yang pada waktu lalu prestasi olahraganya lumayan bertaji.

Di Asian Games Jakarta 1962, Indonesia mampu finis di peringkat kedua dengan 21 emas, 26 perak, dan 30 perunggu. Rasa-rasanya ini prestasi paling bagus yang diraih Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di Asian Games.

Setelah itu prestasi Indonesia cenderung terus menurun hingga sekarang. Tentu saja ini banyak penyebabnya. Tapi, yang terlihat adalah ketergantungan kita pada cabang bulutangkis sebagai pendulang emas di Asian Games yang sangat tinggi.

Sedangkan negaranegara Asia lain, China, Jepang, Malaysia, India, dan Korea Selatan, telah bekerja keras untuk merebut dominasi Indonesia di bulutangkis. Kerja keras itu pun sudah menuai hasil dengan meratanya kekuatan bulutangkis dunia saat ini.

Ini berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia. Kekuatan bulutangkis yang mulai digerogoti negara lain tidak diikuti perbaikan prestasi cabang olahraga lain yang mampu dijadikan tumpuan meraih emas.

Padahal potensi itu ada seperti di cabang angkat besi, panahan, atau perahu naga yang sukses menyumbangkan tiga emas pada Asian Games 2010. Demikian pula cabang sepak bola yang sebenarnya memiliki modal sejarah yang cukup menarik. Pada Asian Games 1954 dan 1958 timnas berhasil menembus semifinal cabang bergengsi ini.

Meski setelah itu terus terpuruk, sedikit harapan tercatat pada Asian Games 1986 di mana timnas mampu untuk kali ketiga sampai di semifinal. Tapi, setelah itu menggapai semifinal sepak bola adalah hal yang sangat berat.

Prestasi kita di Asian Games yang masih dalam taraf tidak memuaskan ini pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan. Ada sejumlah catatan yang patut kita jadikan acuan agar Indonesia makin disegani karena prestasinya.

Pertama, harus segera diciptakan lahan baru untuk mendulang emas di samping cabang bulutangkis. Tidak perlu banyak. Misalnya cukup dua atau tiga cabang saja dibina dengan maksimal untuk mem-back up cabang bulutangkis. Dengan menciptakan lahan baru itu, ada harapan baru dalam lumbung medali. Kedua, perkuat lagi daya saing bulutangkis kita.

Diakui atau tidak, perkembangan bulutangkis di negara lain berkembang pesat. Mereka mati-matian mematahkan dominasi kita di cabang ini. Jika dua hal ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, pada Asian Games empat tahun mendatang hasilnya akan berbeda.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7520 seconds (0.1#10.140)