Jokowi-JK Dinilai Tidak Konsisten dalam Isu Keagamaan

Jum'at, 20 Juni 2014 - 17:34 WIB
Jokowi-JK Dinilai Tidak...
Jokowi-JK Dinilai Tidak Konsisten dalam Isu Keagamaan
A A A
JAKARTA - Tim pemenangan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) dianggap tak konsisten soal isu-isu keagamaan. Kesan kebencian terhadap Islam satu persatu ditunjukkan oleh kubu Jokowi seperti intel masjid, hapus perda syariah, hapus kolom agama di KTP, dan terakhir gallery of rouges-nya Wimar Witoelar.

Inkonsistensi dan tidak kompaknya tim Jokowi ditandai dengan membantah isu-isu itu setelah banyak mendapatkan perhatian publik. Penyebaran intel dari timses Jokowi-JK dilakukan karena khawatir masjid dijadikan tempat kampanye. Penghapusan perda syariah dilakukan di seluruh wilayah, terkecuali Aceh, karena daerah itu dianggap istimewa.

Pengamat Politik Konsep Indonesia (Konsepindo) Budiman Hidayat mengatakan, manuver politik seperti itu dinilai sangat blunder. "Tim Jokowi-JK seharusnya mengerti mereka wajib merangkul massa muslim dengan mendukung isu tersebut. Tapi ini malah mengabaikan isu-isu itu semua," katanya saat dihubungi, Jumat (20/6/2014).

Dia menambahkan, ulah pendukung Jokowi juga menunjukkan ketidakberpihakan kepada agama. Gallery of rouges Wimar yang memaparkan gambar teroris dan Prabowo beserta pendukungnya juga mendapat kecaman keras.

Timses Jokowi-JK, dinilainya semakin blunder lagi karena menggagas isu penghapusan kolom agama di KTP. Alasannya untuk kebebasan beragama, seperti yang dilontarkan Direktur Megawati Institute Siti Musdah Mulia.

Gagasan ini dikecam keras Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Bahkan, Sekjen PBNU, KH Marsudi Syuhud, menilai jika kolom agama dihapuskan maka akan merepotkan masyarakat dalam kondisi tertentu.

"Seperti ketika terjadi kecelakaan di mana keluarga korban belum bisa dihubungi, sementara korbannya meninggal dan harus dikebumikan. Belum lagi penanganan jenazah masing-masing agama berbeda," paparnya.

Budiman juga menambahkan, semua ini dapat mengancam elektabilitas Jokowi dan JK. "Masyarakat semakin antipati, karena inkonsistensi timses dan pendukung Jokowi yang mengakibatkan masyarakat terlanjur memahami capres nomor urut dua itu sebagai ancaman bagi kehidupan keagamaan," tuntasnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0701 seconds (0.1#10.140)