Forum Mahasiswa Jateng Tolak Kampanye Hitam
A
A
A
SEMARANG - Sejumlah perwakilan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Jawa Tengah menegaskan sikap menolak segala bentuk kampanye hitam dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ini.
Pernyataan sikap itu secara seremonial dilakukan di Ruang Pusat Informasi Masyarakat (PIM) Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah, Jalan Veteran, Kota Semarang, Selasa (17/6/2014).
Para mahasiswa yang menamakan dirinya Forum Mahasiswa Jawa Tengah Untuk Demokrasi (Fondasi) itu berasal dari berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Pergerakan Mahasiswa Islam indonesia (PMII) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Para mahasiswa itu berasal dari berbagai universitas, di antaranya Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro).
Koordinator Fondasi, Barri Pratama, mengatakan kampanye hitam atau black campaign telah mendiskreditkan kedua pasangan capres-cawapres yang akan bertarung pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti. "Masyarakat menerima dampak buruk dari adanya black campaign yang bentuknya bermacam-macam. Berbagai informasi dengan cepat menyebar, mulai dari perkara istri capres tertentu, menyinggung masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), dan bentuk fisik calon. Ini tentu tidak ada relevansinya dengan pilpres," katanya.
Fondasi, kata dia, mendesak kedua pasangan calon termasuk tim sukses pengusungnya untuk melakukan kampanye cerdas. Untuk Jawa Tengah, kata dia, pihaknya sudah berkomunikasi dengan tim sukses masing- masing kandidat agar melakukan kampanye cerdas dan memberikan pendidikan politik. "Kami juga kampanyekan untuk tidak golput dan menginginkan pilpres ini berintegritas tanpa money politics," lanjutnya.
Perwakilan mahasiswa dari Unissula Semarang, Suradi, mengatakan pihaknya sudah mengumpulkan lembaga-lembaga di kampus untuk seruan menolak black campaign, netralitas, dan menyukseskan pilpres dengan menggunakan hak pilih. "Jadi secara lisan sudah dilakukan. Kami akan tindaklanjuti pernyataan sikap ini, tidak berhenti di forum," timpalnya.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan Antarlembaga Wahyu Setiawan mengatakan, Jawa Tengah terkena imbas dari adanya black campaign. Yang paling sering beredar adalah menyangkut isu SARA. "Forum mahasiswa ini bersama KPU Jawa Tengah menyatakan dengan tegas menolak kampanye hitam. Ini adalah seruan moral berkaitan dengan Pilpres 2014, khususnya pada masa kampanye yang sedang berlangsung," tegasnya.
Pihaknya, kata Wahyu, juga mendesak tim sukses para pasangan calon di Jawa Tengah untuk melakukan kampanye dengan cerdas dan damai yang mengedukasi masyarakat. "Sesuai regulasi di Undang-undang tentang Pemilihan Presiden (Pilpres) juga tidak diperbolehkan adanya kampanye hitam ini, khususnya mengandung unsur SARA. Dalam demokrasi semua manusia sama," tandasnya.
Pernyataan sikap itu secara seremonial dilakukan di Ruang Pusat Informasi Masyarakat (PIM) Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Tengah, Jalan Veteran, Kota Semarang, Selasa (17/6/2014).
Para mahasiswa yang menamakan dirinya Forum Mahasiswa Jawa Tengah Untuk Demokrasi (Fondasi) itu berasal dari berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti Pergerakan Mahasiswa Islam indonesia (PMII) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Para mahasiswa itu berasal dari berbagai universitas, di antaranya Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Juga dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Telaah dan Informasi Regional (Pattiro).
Koordinator Fondasi, Barri Pratama, mengatakan kampanye hitam atau black campaign telah mendiskreditkan kedua pasangan capres-cawapres yang akan bertarung pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti. "Masyarakat menerima dampak buruk dari adanya black campaign yang bentuknya bermacam-macam. Berbagai informasi dengan cepat menyebar, mulai dari perkara istri capres tertentu, menyinggung masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), dan bentuk fisik calon. Ini tentu tidak ada relevansinya dengan pilpres," katanya.
Fondasi, kata dia, mendesak kedua pasangan calon termasuk tim sukses pengusungnya untuk melakukan kampanye cerdas. Untuk Jawa Tengah, kata dia, pihaknya sudah berkomunikasi dengan tim sukses masing- masing kandidat agar melakukan kampanye cerdas dan memberikan pendidikan politik. "Kami juga kampanyekan untuk tidak golput dan menginginkan pilpres ini berintegritas tanpa money politics," lanjutnya.
Perwakilan mahasiswa dari Unissula Semarang, Suradi, mengatakan pihaknya sudah mengumpulkan lembaga-lembaga di kampus untuk seruan menolak black campaign, netralitas, dan menyukseskan pilpres dengan menggunakan hak pilih. "Jadi secara lisan sudah dilakukan. Kami akan tindaklanjuti pernyataan sikap ini, tidak berhenti di forum," timpalnya.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan Antarlembaga Wahyu Setiawan mengatakan, Jawa Tengah terkena imbas dari adanya black campaign. Yang paling sering beredar adalah menyangkut isu SARA. "Forum mahasiswa ini bersama KPU Jawa Tengah menyatakan dengan tegas menolak kampanye hitam. Ini adalah seruan moral berkaitan dengan Pilpres 2014, khususnya pada masa kampanye yang sedang berlangsung," tegasnya.
Pihaknya, kata Wahyu, juga mendesak tim sukses para pasangan calon di Jawa Tengah untuk melakukan kampanye dengan cerdas dan damai yang mengedukasi masyarakat. "Sesuai regulasi di Undang-undang tentang Pemilihan Presiden (Pilpres) juga tidak diperbolehkan adanya kampanye hitam ini, khususnya mengandung unsur SARA. Dalam demokrasi semua manusia sama," tandasnya.
(zik)