Kivlan Sebut Fahrul Razi di Balik Bocornya Surat DKP
A
A
A
JAKARTA - Mayjen (Purn) Kivlan Zein akhirnya angkat bicara perihal polemik dugaan bocornya surat keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang berisi tentang pemeberhentian Prabowo Subianto dari dinas kemiliteran.
Mantan anak buah Prabowo di Kostrad itu melakukan pembelaan terhadap calon presiden nomor urut satu dari serangan negatif tentang surat keputusan Dewan Keputusan Perwira (DKP). Kivlan bahkan menyoroti senior-seniornya di TNI yang terus menyudutkan Prabowo dengan berbagai pernyataan tentang penyebab mantan Danjen Kopassus itu diberhentikan dari ABRI pada 1998.
Kivlan mengaku kecewa dengan bocornya surat DKP itu. Ia bahkan menyebut mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal (purn) Fahrul Rozi yang saat itu duduk di DKP sebagai pembocor surat tentang rekomendasi pemberhentian Prabowo.
"Saya sangat menyesalkan, dia (Fahrul Rozi) adalah tim kampanye Pak Jokowi-JK, kalau memang benar semua pernyataan dia, dia membuka rahasia negara. Dia melakukan pidana, yaitu membuka hasil sidang DKP terhadap Pak Prabowo," kata Kivlan dalam konferensi pers di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Jumat 13 Juni 2014 malam.
Kivlan menyatakan, Fahrul bisa dituntut dengan hukuman militer dan mendapat pidana militer karena telah membocorkan rahasia negara. Pada keaempatan itu, ia memperingatkan Fahrul agar berhati-hati. “Jadi hati-hati abangku Fachrul Rozi, anda membuka rahasia militer," ujar dia.
Menurut Kivlan, tuduhan yang dilontarkan Fachrul terkait pemberhentian Prabowo karena dianggap bertanggung jawab atas segala kejadian di sekitar masa transisi 1998, sama sekali tidak melibatkan mantan Danjen Kopasus itu.
Sedangkan terkait penangkapan aktivis pro-demokrasi, Kivlan menyatakan itu bukan penculikan, "itu merupakan tugas negara lewat Operasi Waspada," ucap dia.
Kivlan mengaku malu karena tidak ingin ada perpecahan di antara sesama purnawirawan jenderal TNI. Apalagi sampai membocorkan rahasia DKP kepada pihak yang bukan militer. Karena itu dia meminta kampanye hitam kepada Prabowo dihentikan.
"Kalian mengatakan setia hormat, kalau kalian tidak hormat, kami pun tidak akan menghormati. Ini merusak jiwa korps, dan ini sangat memalukan dilihat angkatan lain. Namun kalau kakak-kakakku tetap melakukannya, berarti menyatakan perang terhadap adik-adikmu ini," pungkas Kivlan.
Mantan anak buah Prabowo di Kostrad itu melakukan pembelaan terhadap calon presiden nomor urut satu dari serangan negatif tentang surat keputusan Dewan Keputusan Perwira (DKP). Kivlan bahkan menyoroti senior-seniornya di TNI yang terus menyudutkan Prabowo dengan berbagai pernyataan tentang penyebab mantan Danjen Kopassus itu diberhentikan dari ABRI pada 1998.
Kivlan mengaku kecewa dengan bocornya surat DKP itu. Ia bahkan menyebut mantan Wakil Panglima ABRI Jenderal (purn) Fahrul Rozi yang saat itu duduk di DKP sebagai pembocor surat tentang rekomendasi pemberhentian Prabowo.
"Saya sangat menyesalkan, dia (Fahrul Rozi) adalah tim kampanye Pak Jokowi-JK, kalau memang benar semua pernyataan dia, dia membuka rahasia negara. Dia melakukan pidana, yaitu membuka hasil sidang DKP terhadap Pak Prabowo," kata Kivlan dalam konferensi pers di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Jumat 13 Juni 2014 malam.
Kivlan menyatakan, Fahrul bisa dituntut dengan hukuman militer dan mendapat pidana militer karena telah membocorkan rahasia negara. Pada keaempatan itu, ia memperingatkan Fahrul agar berhati-hati. “Jadi hati-hati abangku Fachrul Rozi, anda membuka rahasia militer," ujar dia.
Menurut Kivlan, tuduhan yang dilontarkan Fachrul terkait pemberhentian Prabowo karena dianggap bertanggung jawab atas segala kejadian di sekitar masa transisi 1998, sama sekali tidak melibatkan mantan Danjen Kopasus itu.
Sedangkan terkait penangkapan aktivis pro-demokrasi, Kivlan menyatakan itu bukan penculikan, "itu merupakan tugas negara lewat Operasi Waspada," ucap dia.
Kivlan mengaku malu karena tidak ingin ada perpecahan di antara sesama purnawirawan jenderal TNI. Apalagi sampai membocorkan rahasia DKP kepada pihak yang bukan militer. Karena itu dia meminta kampanye hitam kepada Prabowo dihentikan.
"Kalian mengatakan setia hormat, kalau kalian tidak hormat, kami pun tidak akan menghormati. Ini merusak jiwa korps, dan ini sangat memalukan dilihat angkatan lain. Namun kalau kakak-kakakku tetap melakukannya, berarti menyatakan perang terhadap adik-adikmu ini," pungkas Kivlan.
(kri)