Modal Menentukan Pilihan

Rabu, 11 Juni 2014 - 09:54 WIB
Modal Menentukan Pilihan
Modal Menentukan Pilihan
A A A
DEBAT calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Balai Sarbini, Senin, 9 Juni 2014 lalu, merupakan berkah bagi bangsa ini.

Acara adu visi dan misi tersebut berlangsung dengan sangat menarik dan menjadi pelepas dahaga rakyat Indonesia untuk melihat langsung dua pasang capres-cawapres berusaha meyakinkan arah pembangunan Indonesia nanti.

Sudah selayaknya pujian kita sampaikan pada KPU yang mampu membungkus acara debat ini dengan menarik. Gelaran debat dengan tema ” Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih dan Kepastian Hukum ” ini cukup bisa membuka seperti apa sebenarnya pandangan para capres-cawapres dalam persoalan mendasar bangsa ini yang terangkum dalam tema tersebut.

Sebelum debat ini, rakyat Indonesia hanya baru bisa membaca pada visi-misi caprescawapres yang diserahkan ke KPU dan menyimak isi kampanye yang dimulai sejak 4 Juni lalu. Dengan debat yang langsung mempertemukan kedua pasang capres-cawapres rakyat Indonesia sebagai pemilik suara, bisa menilai langsung apakah visi-misi yang tersurat sesuai dengan apa yang disampaikan dalam debat. Program debat ini pun bisa menjadi sarana untuk menilai kesungguhan dari para capres-cawapres dalam memandang permasalahan dari tema debat.

Rupanya perdebatan yang terjadi di podium justru berkembang sangat ramai di publik. Aksi dukung-mendukung pasangan capres dan saling mengolok-olok merujuk pada penampilan debat mewarnai interaksi rakyat Indonesia.

Salah satu medium yang cukup mudah dipantau adalah media sosial yang penetrasinya sudah sangat tinggi di Indonesia. Sejak berlangsungnya debat hingga hari ini, kita semua dapat melihat pendukung masing-masing pasangan calon mengelu-elukan jagonya. Bahkan, tak jarang dukungan tersebut dilontarkan dengan sangat emosional.

Sayangnya, cukup banyak yang lebih sibuk untuk menunjukkan kelemahan pasangan capres-cawapres yang tidak didukungnya dibanding mengedepankan kelebihan argumen dan visi-misi caprescawapres yang didukungnya. Padahal, pilpres adalah proses demokrasi untuk mencari yang paling baik dari orang-orang terbaik bangsa ini, bukan yang paling baik dari yang buruk. Aksi dukung-mendukung adalah hal yang diharapkan dari demokrasi. Ketika rakyat secara aktif ingin terlibat dalam proses politik, demokrasi akan makin matang.

Oleh karena itu, mari kita percepat proses pematangan demokrasi ini dengan aksi dukung-mendukung yang positif. Mari kedepankan kelebihan masing-masing pasangan capres-cawapres, bukan sibuk saling membuka borok yang justru akan merugikan ke depannya bagi bangsa ini. Karena bagaimanapun, salah satu pasangan capres-cawapres inilah yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan.

Mari kita jadikan debat Pilpres 2014 sarana untuk membedah program-program para capres-cawapres dengan kepala dingin. Salah satu bukti kematangan demokrasi yang lain adalah masyarakat memilih sesuai kepentingannya masing-masing.

Tiap individu pasti memiliki preferensi yang berbeda-beda akan tiap aspek dalam kehidupan bernegara. Idealnya pilihan dalam pilpres nanti mencerminkan kebutuhan tiap-tiap individu. Jangan sampai saat memilih nanti hanya karena terbius oleh citra yang dibangun oleh masingmasing capres-cawapres.

Publik juga harus hati-hati dalam mencerna debat caprescawapres serta kampanye yang akan berlangsung, karena politik itu adalah seni dalam menciptakan persepsi. Jika selama ini kita punya sejarah calon-calon pemimpin yang dianggap terzalimi akan mendapatkan rasa kasihan dari publik yang berbentuk pilihan di bilik suara, persepsi terzalimi tersebut akan dibangun.

Persepsi itu akan dibangun baik lewat gerak tubuh, mimik muka, cara bicara bahkan dibuat masalah-masalah yang menghampiri para capres-cawapres untuk mendulang simpati publik.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0821 seconds (0.1#10.140)