Waspada hadapi MERS

Sabtu, 03 Mei 2014 - 14:18 WIB
Waspada hadapi MERS
Waspada hadapi MERS
A A A
KEKHAWATIRAN akan mewabahnya virus middle east respiratory syndrome (sindrom pernapasan Timur Tengah/MERS) menjadi pandemi kian meningkat. Angka korban di Timur Tengah sebagai episentrum persebaran virus yang mematikan ini terus meningkat.

Di Arab Saudi sendiri jumlah korban meninggal sudah mencapai 107 orang. Virus yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah flu Arab ini pertama kali menyita perhatian dunia pada April 2012. Setelah itu virus terus berkembang walaupun sempat tidak mendapat perhatian besar karena mereda.

Namun, outbreak belakangan kembali mendatangkan kekhawatiran akan ancaman virus yang sangat berbahaya ini. Menurut WHO, selain di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Oman, serta Qatar, kasus ini juga dilaporkan menjangkit di Eropa (Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris serta Irlandia Utara), Afrika Utara (Tunisia), dan di Asia Tenggara (Malaysia dan Filipina).

Memang saat ini kasus flu Arab masih dalam skala epidemi karena masih hanya tersebar pada wilayah tertentu, belum sampai mewabah seantero bumi (pandemi). Namun kekhawatiran akan sebuah pandemi dalam konteks tren globalisasi, di mana perpindahan umat manusia antarwilayah yang meningkatkan potensi risiko penularan, memang sudah menjadi kekhawatiran umum. Apalagi dunia sudah beberapa kali mengalami masalah dengan virus-virus seperti SARS, flu burung, flu Spanyol, dan berbagai virus lain.

Sejarah terburuk sebuah pandemi di dunia adalah pada periode 1918-1919. Tak lama sebelum Perang Dunia I berakhir, pada Januari 1918 muncul kasus flu Spanyol yang kecepatannya merebak sangat tinggi salah satunya karena Perang Dunia yang masih berlangsung sehingga mobilitas tentara sangat tinggi.

Virus flu tersebut menginfeksi sekitar 500 juta penduduk dunia atau sekitar sepertiga penduduk dunia dan sekitar 50-100 juta orang meninggal karenanya. Pengalaman tersebut menjadi wake up call bagi warga dunia bahwa kian tinggi mobilitas penduduk dunia, kerentanan akan serangan penyakit menular pun kian tinggi.

Kekhawatiran seperti ini rupanya direkam oleh beberapa film Hollywood seperti salah satunya yang terkenal adalah Contagion (2011) yang dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris kenamaan seperti Gwyneth Paltrow, MattDamon, JudeLaw, Kate Winslet dan banyak lainnya. Film itu mengisahkan virus yang merebak di Amerika Serikat sehingga menyebabkan epidemi dan mulai menginfeksi dunia menjadi suatu pandemi. Dalam film itu diceritakan setelah perjalanan bisnis dari China, tokoh yang diperankan oleh Paltrow terkena flu dan sakit hingga meninggal.

Ternyata dia membawa bibit virus yang dalam beberapa bulan menciptakan epidemi di Amerika dan mulai menyebar menjadi pandemi. Namun, dengan respons cepat dan penelitian intensif akhirnya serum dan vaksin atas virus tersebut dapat ditemukan. Ada satu hal yang ditekankan dari pengalaman dunia selama ini menghadapi pandemi dan juga disiratkan oleh film tersebut: untuk mengobati suatu wabah yang disebabkan virus maka semua informasi yang mengarah pada sumber utama kemunculan virus sangat diperlukan.

Negara-negara di dunia harus saling berbagi informasi. Jangan sampai ketika menghadapi ancaman pandemi seperti ini justru terjadi kondisi saling merahasiakan keberhasilan dalam menemukan potensi antivirus dan vaksinnya.

Perusahaan-perusahaan obat juga harus selalu diawasi karena dalam ancaman pandemi seperti ini mereka harus mengutamakan kepentingan umat manusia di atas kepentingan bisnis. Jangan sampai ketika akhirnya perusahaan-perusahaan obat mampu meretas susunan protein DNA virus dan mampu menemukan vaksin serta serumnya justru ditahan-tahan demi profit.

Kewaspadaan harus ditransmisikan sebaik-baiknya ke seluruh warga Indonesia. Apalagi WHO menyatakan bahwa 75% kasus yang muncul selama ini merupakan kasus infeksi sekunder antarmanusia.

Namun, jangan sampai cara tersebut justru menakuti-nakuti sehingga menimbulkan paranoia yang merebak di tengah masyarakat. Pemerintah harus gencar menyampaikan bahaya dari virus ini dan menjelaskan potensi dan bahaya epidemi dan pandemi yang mungkin muncul di kemudian hari. Perlu juga dipertimbangkan untuk merangkul media massa untuk menampilkan pesan layanan masyarakat secara masif ketika potensi bahaya kian dekat.
(nfl)
Berita Terkait
Korona dan Kebangkitan...
Korona dan Kebangkitan Produk Dalam Negeri
Reaktivasi Rumah Ibadah...
Reaktivasi Rumah Ibadah Tak Cukup Regulasi
Mewaspadai Dampak dari...
Mewaspadai Dampak dari Amerika Serikat
Sudah Saatnya Harga...
Sudah Saatnya Harga BBM Turun
Bahan Pangan Aman, Distribusi...
Bahan Pangan Aman, Distribusi Bisa Tersendat
Mengandalkan Sektor...
Mengandalkan Sektor Konsumsi
Berita Terkini
Kejagung Pamerkan Uang...
Kejagung Pamerkan Uang Sitaan Rp479 Miliar terkait Kasus TPPU Duta Palma
23 menit yang lalu
Pulang dari Podcast...
Pulang dari Podcast Refly Harun, Rizal Fadillah Ditabrak Motor
26 menit yang lalu
Bareskrim Polri Turun...
Bareskrim Polri Turun ke Solo dan Yogyakarta, Penyelidikan Ijazah Jokowi Capai 90 Persen!
47 menit yang lalu
Staf dan Satpam Rumah...
Staf dan Satpam Rumah Aspirasi Bersaksi di Sidang Hasto Kristiyanto
1 jam yang lalu
Sidang Gugatan Mobil...
Sidang Gugatan Mobil Esemka Jokowi Masuk Mediasi, Hakim Agus Darwanto Jadi Mediator
2 jam yang lalu
Profil Komaruddin Simanjuntak,...
Profil Komaruddin Simanjuntak, Jenderal Purnawirawan Siap Pasang Badan untuk Presiden Prabowo
2 jam yang lalu
Infografis
Daftar Skuad Timnas...
Daftar Skuad Timnas Indonesia Hadapi Australia dan Bahrain
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved