Waspada hadapi MERS
A
A
A
KEKHAWATIRAN akan mewabahnya virus middle east respiratory syndrome (sindrom pernapasan Timur Tengah/MERS) menjadi pandemi kian meningkat. Angka korban di Timur Tengah sebagai episentrum persebaran virus yang mematikan ini terus meningkat.
Di Arab Saudi sendiri jumlah korban meninggal sudah mencapai 107 orang. Virus yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah flu Arab ini pertama kali menyita perhatian dunia pada April 2012. Setelah itu virus terus berkembang walaupun sempat tidak mendapat perhatian besar karena mereda.
Namun, outbreak belakangan kembali mendatangkan kekhawatiran akan ancaman virus yang sangat berbahaya ini. Menurut WHO, selain di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Oman, serta Qatar, kasus ini juga dilaporkan menjangkit di Eropa (Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris serta Irlandia Utara), Afrika Utara (Tunisia), dan di Asia Tenggara (Malaysia dan Filipina).
Memang saat ini kasus flu Arab masih dalam skala epidemi karena masih hanya tersebar pada wilayah tertentu, belum sampai mewabah seantero bumi (pandemi). Namun kekhawatiran akan sebuah pandemi dalam konteks tren globalisasi, di mana perpindahan umat manusia antarwilayah yang meningkatkan potensi risiko penularan, memang sudah menjadi kekhawatiran umum. Apalagi dunia sudah beberapa kali mengalami masalah dengan virus-virus seperti SARS, flu burung, flu Spanyol, dan berbagai virus lain.
Sejarah terburuk sebuah pandemi di dunia adalah pada periode 1918-1919. Tak lama sebelum Perang Dunia I berakhir, pada Januari 1918 muncul kasus flu Spanyol yang kecepatannya merebak sangat tinggi salah satunya karena Perang Dunia yang masih berlangsung sehingga mobilitas tentara sangat tinggi.
Virus flu tersebut menginfeksi sekitar 500 juta penduduk dunia atau sekitar sepertiga penduduk dunia dan sekitar 50-100 juta orang meninggal karenanya. Pengalaman tersebut menjadi wake up call bagi warga dunia bahwa kian tinggi mobilitas penduduk dunia, kerentanan akan serangan penyakit menular pun kian tinggi.
Kekhawatiran seperti ini rupanya direkam oleh beberapa film Hollywood seperti salah satunya yang terkenal adalah Contagion (2011) yang dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris kenamaan seperti Gwyneth Paltrow, MattDamon, JudeLaw, Kate Winslet dan banyak lainnya. Film itu mengisahkan virus yang merebak di Amerika Serikat sehingga menyebabkan epidemi dan mulai menginfeksi dunia menjadi suatu pandemi. Dalam film itu diceritakan setelah perjalanan bisnis dari China, tokoh yang diperankan oleh Paltrow terkena flu dan sakit hingga meninggal.
Ternyata dia membawa bibit virus yang dalam beberapa bulan menciptakan epidemi di Amerika dan mulai menyebar menjadi pandemi. Namun, dengan respons cepat dan penelitian intensif akhirnya serum dan vaksin atas virus tersebut dapat ditemukan. Ada satu hal yang ditekankan dari pengalaman dunia selama ini menghadapi pandemi dan juga disiratkan oleh film tersebut: untuk mengobati suatu wabah yang disebabkan virus maka semua informasi yang mengarah pada sumber utama kemunculan virus sangat diperlukan.
Negara-negara di dunia harus saling berbagi informasi. Jangan sampai ketika menghadapi ancaman pandemi seperti ini justru terjadi kondisi saling merahasiakan keberhasilan dalam menemukan potensi antivirus dan vaksinnya.
Perusahaan-perusahaan obat juga harus selalu diawasi karena dalam ancaman pandemi seperti ini mereka harus mengutamakan kepentingan umat manusia di atas kepentingan bisnis. Jangan sampai ketika akhirnya perusahaan-perusahaan obat mampu meretas susunan protein DNA virus dan mampu menemukan vaksin serta serumnya justru ditahan-tahan demi profit.
Kewaspadaan harus ditransmisikan sebaik-baiknya ke seluruh warga Indonesia. Apalagi WHO menyatakan bahwa 75% kasus yang muncul selama ini merupakan kasus infeksi sekunder antarmanusia.
Namun, jangan sampai cara tersebut justru menakuti-nakuti sehingga menimbulkan paranoia yang merebak di tengah masyarakat. Pemerintah harus gencar menyampaikan bahaya dari virus ini dan menjelaskan potensi dan bahaya epidemi dan pandemi yang mungkin muncul di kemudian hari. Perlu juga dipertimbangkan untuk merangkul media massa untuk menampilkan pesan layanan masyarakat secara masif ketika potensi bahaya kian dekat.
Di Arab Saudi sendiri jumlah korban meninggal sudah mencapai 107 orang. Virus yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah flu Arab ini pertama kali menyita perhatian dunia pada April 2012. Setelah itu virus terus berkembang walaupun sempat tidak mendapat perhatian besar karena mereda.
Namun, outbreak belakangan kembali mendatangkan kekhawatiran akan ancaman virus yang sangat berbahaya ini. Menurut WHO, selain di negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Yordania, Kuwait, Oman, serta Qatar, kasus ini juga dilaporkan menjangkit di Eropa (Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Inggris serta Irlandia Utara), Afrika Utara (Tunisia), dan di Asia Tenggara (Malaysia dan Filipina).
Memang saat ini kasus flu Arab masih dalam skala epidemi karena masih hanya tersebar pada wilayah tertentu, belum sampai mewabah seantero bumi (pandemi). Namun kekhawatiran akan sebuah pandemi dalam konteks tren globalisasi, di mana perpindahan umat manusia antarwilayah yang meningkatkan potensi risiko penularan, memang sudah menjadi kekhawatiran umum. Apalagi dunia sudah beberapa kali mengalami masalah dengan virus-virus seperti SARS, flu burung, flu Spanyol, dan berbagai virus lain.
Sejarah terburuk sebuah pandemi di dunia adalah pada periode 1918-1919. Tak lama sebelum Perang Dunia I berakhir, pada Januari 1918 muncul kasus flu Spanyol yang kecepatannya merebak sangat tinggi salah satunya karena Perang Dunia yang masih berlangsung sehingga mobilitas tentara sangat tinggi.
Virus flu tersebut menginfeksi sekitar 500 juta penduduk dunia atau sekitar sepertiga penduduk dunia dan sekitar 50-100 juta orang meninggal karenanya. Pengalaman tersebut menjadi wake up call bagi warga dunia bahwa kian tinggi mobilitas penduduk dunia, kerentanan akan serangan penyakit menular pun kian tinggi.
Kekhawatiran seperti ini rupanya direkam oleh beberapa film Hollywood seperti salah satunya yang terkenal adalah Contagion (2011) yang dibintangi oleh beberapa aktor dan aktris kenamaan seperti Gwyneth Paltrow, MattDamon, JudeLaw, Kate Winslet dan banyak lainnya. Film itu mengisahkan virus yang merebak di Amerika Serikat sehingga menyebabkan epidemi dan mulai menginfeksi dunia menjadi suatu pandemi. Dalam film itu diceritakan setelah perjalanan bisnis dari China, tokoh yang diperankan oleh Paltrow terkena flu dan sakit hingga meninggal.
Ternyata dia membawa bibit virus yang dalam beberapa bulan menciptakan epidemi di Amerika dan mulai menyebar menjadi pandemi. Namun, dengan respons cepat dan penelitian intensif akhirnya serum dan vaksin atas virus tersebut dapat ditemukan. Ada satu hal yang ditekankan dari pengalaman dunia selama ini menghadapi pandemi dan juga disiratkan oleh film tersebut: untuk mengobati suatu wabah yang disebabkan virus maka semua informasi yang mengarah pada sumber utama kemunculan virus sangat diperlukan.
Negara-negara di dunia harus saling berbagi informasi. Jangan sampai ketika menghadapi ancaman pandemi seperti ini justru terjadi kondisi saling merahasiakan keberhasilan dalam menemukan potensi antivirus dan vaksinnya.
Perusahaan-perusahaan obat juga harus selalu diawasi karena dalam ancaman pandemi seperti ini mereka harus mengutamakan kepentingan umat manusia di atas kepentingan bisnis. Jangan sampai ketika akhirnya perusahaan-perusahaan obat mampu meretas susunan protein DNA virus dan mampu menemukan vaksin serta serumnya justru ditahan-tahan demi profit.
Kewaspadaan harus ditransmisikan sebaik-baiknya ke seluruh warga Indonesia. Apalagi WHO menyatakan bahwa 75% kasus yang muncul selama ini merupakan kasus infeksi sekunder antarmanusia.
Namun, jangan sampai cara tersebut justru menakuti-nakuti sehingga menimbulkan paranoia yang merebak di tengah masyarakat. Pemerintah harus gencar menyampaikan bahaya dari virus ini dan menjelaskan potensi dan bahaya epidemi dan pandemi yang mungkin muncul di kemudian hari. Perlu juga dipertimbangkan untuk merangkul media massa untuk menampilkan pesan layanan masyarakat secara masif ketika potensi bahaya kian dekat.
(nfl)