Ini kekhawatiran Senayan tanpa Nurul Arifin Cs

Rabu, 30 April 2014 - 16:18 WIB
Ini kekhawatiran Senayan tanpa Nurul Arifin Cs
Ini kekhawatiran Senayan tanpa Nurul Arifin Cs
A A A
Sindonews.com - Sejumlah legislator perempuan incumbent diperkirakan gagal lolos ke Senayan karena gagal bersaing pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2014. Mereka antara lain Okky Asokawaty dan Lena Maryana Mukti dari PPP, Nurul Arifin dari Partai Golkar, dan Eva Sundari dari PDIP.

Gagalnya caleg perempuan ini dikhawatirkan oleh aktivis perempuan akan makin melemahkan upaya perjuangan akan hak-hak perempuan di parlemen. Kebijakan yang pro hak-hak perempuan dinilai akan melemah.

Aliansi Masyarakat Sipil untuk Perempuan dan Politik (Ansipol) Yuda Irlang mengatakan, para caleg perempuan incumbent yang gagal itu selama ini dikenal cukup aktif memperjuangkan kebijakan-kebjiakan yang berperspektif gender. Selain itu, mereka juga cukup aktif berjuang di luar parlemen, termasuk membuat pelatihan-pelatihan untuk kaum perempuan.

"Kami khawatir akan makin menipis kesadaran akan isu perempuan dan anak di parlemen. Kondisi ini memprihatinkan karena Indonesia sekarang darurat perkosaan. Kasus perkosaan terhadap perempuan dan anak makin tinggi dari tahun ke tahun. Lihat saja kasus sodomi terhadap anak-anak, itu sungguh menkhawatirkan," ujarnya kepada Sindonews di Gedung KPU, Jalan Imam Bonjol, Jakarta, Rabu (30/4/2014)

Menurut Yuda, salah satu penyebab para caleg incumbent perempuan itu gagal lolos ke Senayan karena mereka tidak mau kompromi dengan politik uang. Dalam sistem proporsional terbuka seperti saat ini, kata dia, praktik politik uang dinilai tidak berlangsung masif.

"Sementara caleg perempuan itu tidak mau melakukan itu, mereka mau mengajari masyarakat tentang politik santun. Pemilu memang kompetisi tapi tidak harus dengan cara urakan," ujarnya.

Yuda menambahkan, sebuah parlemen yang anggotanya dihasilkan oleh politik uang hanya akan melahirkan politikus yang bermental rapuh. Mereka cenderung tidak peka terutama terhadap isu-isu kesetaraan gender.

"Apakah mereka bisa letakkan landasan yang kuat untuk menghadapi tantangan bangsa yang kian komplek di masa datang. Jangan lupa kita segera memasuki perdagangan bebas ASEAN, tapi apakah sudah ada kebijakan yang membuat rakyat siap menghadapi persaingan itu," ujarnya.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4825 seconds (0.1#10.140)