Genetika Indonesia

Jum'at, 25 April 2014 - 06:29 WIB
Genetika Indonesia
Genetika Indonesia
A A A
SIAPA Indonesia? Sekilas pertanyaan tersebut sudah sangat basi. Jawabannya sudah pasti mengarah pada definisi geografis tentang sebuah entitas wilayah kepulauan seperti disampaikan para etnolog.

Definisi Indonesia tidak beranjak jauh dari pemaknaan kata Indonesia, yang merupakan gabungan dari kata Indus yang dalam Latin berarti Hindia, dan Nesos yang dalam bahasa Yunani berarti pulau: kepulauan yang berada di Hindia.

Namun, jika ditelaah, definisi Indonesia demikian terasa tidak mampu menjawab pertanyaan substantif, yakni tentang jati diri Indonesia. Padahal, pemahaman tentang jati diri merupakan fondasi penting untuk melihat potensi dan proyeksi diri, bagaimana seharusnya Indonesia saat ini dan harus dibawa kemana pada masa mendatang.

Tanpa pemahaman ini, Indonesia akan mengalami kebingungan dan kegalauan dalam melangkah. Masyarakat bingung dan galau karena tidak percaya diri dengan kemampuannya dan segala potensinya. Para pemimpinnya pun bingung dan galau karena pesimistis dalam menghadapi kerasnya persaingan global.

Akibatnya, baik masyarakat maupun pemimpin yang menghuni Indonesia saat ini, sama sekali tidak pernah berpikir bahwa Indonesia sesungguhnya bisa menjadi negara besar dan kuat. Lantas, siapakah Indonesia sejatinya.

Memang sulit untuk menjawab. Tapi paling tidak bisa dijawab dengan merunut genetika nenek moyang yang pernah mendiami. Genetika para pendahulu bisa dipahami melalui sepak terjang mereka seperti tercatat dalam sejarah.

Menurut Cak Roes (sapaan akrab Roeslan Abdulgani), sejarah bukan tidak berhenti pada perkembangan masyarakat dan manusia masa lampau, melainkan juga menjadi pedoman masa sekarang dan proyeksi masa depan.

Sejarah mencatat Indonesia memilik sejumlah peninggalan sejarah kebendaan ataupun non kebendaan adiluhung. Siapa yang tidak mengakui kehebatan karya arsitektur Candi Borobudur dan Prambanan.

Bukan hanya dari sisi arsitektur yang megah dengan relief yang mencerminkan karya seni begitu tinggi dan kecanggihan membuat sebuah bangunan yang kokoh, di balik itu juga tecermin sebuah sikap berani dan ambisi nenek moyang kita untuk membuat sebuah monumen megah yang tidak ada saingannya di dunia kala itu.

Sejarah juga mencatat di Indonesia pernah berdiri beberapa kerajaan yang kala itu memegang peranan penting di kawasan. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bahkan di era keemasannya mempunyai kekuasaan jauh melebih entitas Indonesia saat ini berada, karena juga meliputi beberapa negara di kawasan ASEAN saat ini bahkanMadagaskar.

Sriwijaya dan Majapahit menunjukkan kekuatan untuk mengekspansi kerajaan di kawasan untuk memperkuat persaingan vis-a- vis kekuatan dunia saat itu, kerajaan di Tiongkok. Sejarah bahkan mencatat kerajaan-kerajaan di Indonesia pernah mempermalukan dan mengalahkan penguasa kolong langit saat itu, Kerajaan Mongolia.

Singosari, misalnya, memotong telinga Men Shi, utusan penguasa Kekaisaran Mongolia; dan Dinasti Yuan, Kubilai Khan. Selanjutnya, Kubilai Khan yang marah mengirim 20.000–30.000 pasukan ke Jawa yang dipimpin Shi-bi, Ike Mese; dan Gaoxing kembali dipermalukan oleh Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Majapahit.

Dari beberapa catatan sejarah tersebut, ada beberapa genetika yang dimiliki nenek moyang yang mendiami Indonesia saat ini, yakni kecerdasan, kebersenian, keberanian, ambisi, kekuatan, kemampuan bersaingan, serta beberapa sifat dan karakter dominan lainnya.

Sebaliknya, tidak ada catatan sejarah tentang kebodohan, ketidakpercayaan diri, kemalasan, rasa rendah diri, serta sifat dan karakter lemah lainnya. Dengan fakta-fakta sejarah itu bisa disimpulkan bahwa itulah genetika Indonesia sejatinya yang diwariskan nenek moyang.

Indonesia bukan sekadar negara kepulauan, melainkan sebuah entitas yang di dalamnya bersemayam sifat dan karakter unggul. Itulah yang semestinya membentuk jati diri Indonesia.

Namun sayang, sifat dan karakter tersebut teralienasi seiring dengan munculnya era penjajahan Belanda, dan dampaknya masih terasa hingga sekarang. Tapi dengan sedikit optimisme, jati diri itu pasti akan muncul lagi. Itulah tugas presiden ke depan untuk memimpin Indonesia menemukan jati dirinya.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3026 seconds (0.1#10.140)