Selamat untuk Indonesia

Kamis, 10 April 2014 - 06:31 WIB
Selamat untuk Indonesia
Selamat untuk Indonesia
A A A
SELAMAT untuk Indonesia. Ucapan itu patut kita sampaikan untuk rakyat dan bangsa ini yang berhasil kemarin menggelar pemilu legislatif secara demokratis.

Memang masih ada satudua laporan terkait adanya kecurangan, tapi secara umum tidak mengurangi kualitas demokrasi yang jujur dan adil. Kekhawatiran akan adanya kecurangan masif, baik yang dilakukan partai politik (parpol) maupun penyelenggara pemilu, ternyata tidak separah dibayangkan. Proses pemilu, dari awal kampanye hingga pencoblosan, juga relatif sepi dari laporan adanya bentrokan antarpendukung parpol.

Memang ada laporan penembakan terhadap calon legislatif, aktivis, atau simpatisan parpol seperti terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), tapi secara umum kondisi proses pemilu sangatlah kondusif. Fakta tersebut menunjukkan demokrasi yang dibangun di negeri ini sudah kian matang.

Rakyat memanfaatkan mekanisme politik untuk menyalurkan aspirasinya berdasarkan keyakinan dan pengharapan memilih wakil rakyat terbaik dan masa depan bangsa yang lebih baik, bukan karena money politics. Apresiasi juga patut diberikan kepada pelaksana pemilu––KPU dan Bawaslu––serta lembaga pemantau yang berhasil mengawal jalannya proses demokrasi secara maksimal.

Fakta tersebut juga menunjukkan kedewasaan berpolitik rakyat juga kian matang. Mereka tidak lagi mudah terombang-ambing pertarungan ideologi, politik, atau apalagi hasutan. Rakyat dari Sabang sampai Merauke sudah berada pada pemahaman bahwa tujuan akhir politik bukanlah menang kalah, melainkan bagaimana Indonesia bisa meraih manfaatnya. Dengan demikian, rakyat sebagai komponen utama sebuah entitas bernama Indonesia telah memenangkan diri sendiri.

Sekitar 75% rakyat yang berpartisipasi memahami betul bagaimana menyikapi godaan politik, konflik politik, dan selanjutnya menentukan hak politiknya sendiri. Rakyat sudah membuktikan tidak ada yang berkuasa––entah itu parpol, tokoh politik, atau bandar sekalipun––selain dirinya sendiri. Berangkat dari pemahaman ini, apa pun yang dihasilkan dari pemilu adalah dinamika politik biasa. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang untuk sementara unggul dalam pemilihan legislatif adalah hal biasa.

Begitu pun suara Partai Demokrat yang terdepak dari tiga besar atau suara parpol Islam yang ternyata masih eksis, karena sebelumnya diprediksi merosot drastis oleh banyak lembaga survei dan pengamat politik. Prediksi bahwa ”Jokowi effect” ternyata tidak sedahsyat seperti diprediksi sebelumnya, karena tidak mampu mendongkrak suara PDIP lebih dari 20% atau menang tebal; dan sebaliknya ”Rhoma Irama effect”yang sebelumnya banyak dicibir, ternyata berdampak luar biasa bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), pun merupakan bagian dinamika politik biasa.

Semuanya adalah dinamika politik biasa dibandingkan dengan kemenangan yang digenggam rakyat Indonesia. Berangkat dari pemahaman ini, semua komponen bangsa, terutama yang terlibat langsung dalam gawe politik, harus mampu mengimbangi kemenangan yang sudah disuguhkan rakyat. KPU dan Bawaslu tetap mengawal penghitungan suara sehingga tidak ada pembelokan satu pun suara pada rekapitulasi nanti. Tantangan lebih berat diemban caleg yang nanti terpilih menjadi wakil rakyat, baik di DPR/DPRD/DPD.

Mereka harus mampu menjawab harapan di balik pilihan rakyat yang menginginkan wakil rakyat yang sungguh-sungguh mampu membawa aspirasi mereka dan membawa Indonesia ke arah lebih baik. Begitu pun parpol, mereka harus menjawab harapan rakyat untuk mewujudkan Indonesia yang bukan hanya demokratis, melainkan juga beradab dan maju. Sekali lagi, selamat untuk Indonesia.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0676 seconds (0.1#10.140)