H-1 makelar suara mulai bergerilya

Selasa, 08 April 2014 - 14:35 WIB
H-1 makelar suara mulai bergerilya
H-1 makelar suara mulai bergerilya
A A A
Sindonews.com - Sejumlah oknum makelar suara Pemilu Legislatif 2014 mulai bergerilya ke rumah warga. Makelar tersebut datang dengan memberi uang agar masyarakat memilih salah satu partai politik (parpol).

Salah satu makelar suara di Wilayah Boyolali yang berhasil ditemui SINDO, Agung (nama samaran) menyebutkan, beberapa hari ini pihaknya didatangi oleh para pengurus parpol dan calon anggota legislatif (caleg) untuk DPRD Kabupaten Boyolali. Pengurus parpol dan caleg itu meminta dirinya untuk mencarikan sejumlah suara untuk kepentingan pemenangan mereka.

Ia menyebutkan para caleg juga memberikan sejumlah uang, yang nantinya dipakai untuk membeli suara masyarakat agar mencoblos para caleg tersebut. Ia menyebutkan biaya yang diberikan oleh para caleg itu bervariasi tergantung dari kemampuan kantong masing-masing. Akan tetapi pihaknya enggan menyebutkan partai mana saja yang meminta dirinya untuk mencarikan suara.

“Ada beberapa partai yang datang dan meminta saya untuk mencarikan massa, nantinya setiap masa itu akan diberi uang dengan kisaran Rp20.000 sampai dengan Rp50.000,” ucapnya di Boyolali, Selasa (8/4/2014).

Pihaknya menyebutkan nantinya massa yang diberi uang itu berbeda-beda antara satu parpol dengan partai yang lain. Sehingga tidak mungkin satu orang akan menerima uang dari dua partai yang berbeda.

Meskipun demikian, pihaknya enggan jika disebut sebagai oknum yang melancarkan praktik money politic. Pihaknya justru berdalih bahwa pihaknya hanya membantu rakyat kecil dan juga membantu para caleg yang ikut dalam pemilu.

“Saya tidak melancarkan money politic. Dalam menggalang massa saya juga tidak memaksa orang untuk memilih partai tertentu. Hanya yang ikhlas memilih saja yang saya beri uang dan itu saya berikan sejak H-2 kemarin,” ucapnya.

Sementara itu oknum yang lain, Riyan (nama samaran) menyebutkan pihaknya mengaku melakukan pekerjaan itu secara hati-hati. Ia berkeliling mencari massa pada malam hari dan pagi hari. Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan di mata Panitia Pengawas Pemilu di tingkat kecamatan maupun kabupaten.

“Jumlah uang yang didistribusikan itu sangat banyak sesuai dengan pesanan suara yang diinginkan. Sehingga kita bagi-bagi dengan koordinator lain, agar nama yang sama tidak muncul di dua partai berbeda,” tegasnya.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Sebelas Maret M Yamin menyebutkan, praktik seperti itu memang kerap terjadi jelang pemilu berlangsung. Kondisi tersebut sekaligus menjadi bukti bahwa suara masyarakat Indonesia itu masih sangat mudah untuk dibeli. Hal itu terbukti dari minimnya penolakan yang dilakukan oleh masyarakat.

Pihaknya menyebutkan selain itu masih banyaknya praktik money politic, juga terjadi lantaran lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Panwaslu baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Dengan kondisi tersebut, pihaknya menilai hasil pemilu kali ini akan tidak jauh berbeda dengan hasil Pemilu 2009 lalu yang penuh dengan kecurangan.

“Ini bukti bahwa Masyarakat belum dewasa dalam berdemokrasi. Penegak hukumnya juga belum siap, padahal praktik seperti itu jika ada bukti maka bisa dibawa ke ranah hukum,” ucapnya kepada SINDO.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7609 seconds (0.1#10.140)