Slogan 'Indonesia Hebat' masih perlu diuji lewat perbuatan
A
A
A
Sindonews.com - Slogan dan isu 'Indonesia Hebat' yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dinilai masih harus diuji kembali dalam kontek nasionalisme Indonesia.
Ekonom Megawati Institute Imam Sugema, setuju meletakkan isu 'Indonesia Hebat' harus bisa dikontekstualkan dalam ucapan dan perbuatan. Terlebih bagi calon presiden (capres) yang diusung PDIP seperti Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
"Ada waktunya untuk jelaskan apa yang dimaksud Indonesia Hebat. Kampanye sekarang ini baru permulaan, ada waktunya," kata Imam saat diskusi Polemik Sindo Trijaya bertema 'Menakar Nasionalisme Capres 2014' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/4/2014).
Dia pun setuju, berbicara soal nasionalisme memang ukurannya adalah soal bukti dan perbuatan. Menurutnya, nasionalisme tanpa bukti sama dengan menjual negara dan menjual kepentingan masyarakat.
"Ukuran paling pas adalah bagaimana pemimpin memahami kebutuhan rakyat hadir untuk bertindak kepada rakyat langsung terhadap kepentingan dan apa yang dirasakan rakyat," tuturnya.
Dia menyatakan, untuk menguji nasionalisme bisa dibandingkan antara nasionalisme di daerah dengan di tingkat nasional. Menurutnya, nasionalisme di daerah masih sempit lantaran cenderung bersifat primordialisme.
"Tapi untuk kepentingan nasional, bentuknya akan menjadi lain dan cara pendekatannya pun lain," tambahnya.
Imam mengklaim, pencapresan Jokowi oleh PDIP karena kehendak dan kebutuhan masyarakat. Karena itu, masih harus dibuktikan dengan perbuatan. "Itu pesan Ibu Megawati. Apa pun yang dilakukan untuk bangsa," tutupnya.
Ekonom Megawati Institute Imam Sugema, setuju meletakkan isu 'Indonesia Hebat' harus bisa dikontekstualkan dalam ucapan dan perbuatan. Terlebih bagi calon presiden (capres) yang diusung PDIP seperti Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
"Ada waktunya untuk jelaskan apa yang dimaksud Indonesia Hebat. Kampanye sekarang ini baru permulaan, ada waktunya," kata Imam saat diskusi Polemik Sindo Trijaya bertema 'Menakar Nasionalisme Capres 2014' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/4/2014).
Dia pun setuju, berbicara soal nasionalisme memang ukurannya adalah soal bukti dan perbuatan. Menurutnya, nasionalisme tanpa bukti sama dengan menjual negara dan menjual kepentingan masyarakat.
"Ukuran paling pas adalah bagaimana pemimpin memahami kebutuhan rakyat hadir untuk bertindak kepada rakyat langsung terhadap kepentingan dan apa yang dirasakan rakyat," tuturnya.
Dia menyatakan, untuk menguji nasionalisme bisa dibandingkan antara nasionalisme di daerah dengan di tingkat nasional. Menurutnya, nasionalisme di daerah masih sempit lantaran cenderung bersifat primordialisme.
"Tapi untuk kepentingan nasional, bentuknya akan menjadi lain dan cara pendekatannya pun lain," tambahnya.
Imam mengklaim, pencapresan Jokowi oleh PDIP karena kehendak dan kebutuhan masyarakat. Karena itu, masih harus dibuktikan dengan perbuatan. "Itu pesan Ibu Megawati. Apa pun yang dilakukan untuk bangsa," tutupnya.
(kri)