Jiwa pelaut Harun sudah muncul sejak kecil

Jum'at, 14 Februari 2014 - 05:29 WIB
Jiwa pelaut Harun sudah...
Jiwa pelaut Harun sudah muncul sejak kecil
A A A
Sindonews.com - Sekira 15 kilometer (km) sebelah utara kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), tampaklah dari kejauhan sebuah pulau kecil yang luasnya sekira 4 km persegi.

Di pulau ini terdapat tempat yang dianggap keramat, karena di pulau inilah pernah dimakamkan seorang kiai yang sakti dan terkenal di masa itu, yakni Kiai Bawean. Sehingga tempat keramat ini terkenal dengan nama Keramat Bawean.

Pada saat tentara Jepang menginjakkan kakinya di Pulau Bawean, 4 April 1943. Lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Tohir bin Said. Tohis adalah anak ketiga dari Pak Mahdar dan Ibu Aswiyani, yang kemudian terkenal menjadi Pahlawan Nasional dengan nama Harun.

"Sejak di bangku Sekolah Dasar (SD), Harun tertarik dengan kulit kerang yang terdampar di pasir-pasir tepian pantai Pulau Bawean, dari pada memperhatikan pelajaran di sekolah. Hal ini akibat seringnya Harun pergi ke pantai," seperti dikutip Sindonews dari buku Usman dan Harun Prajurit Setia yang diterbitkan TNI Angkatan Laut (AL), Jumat (14/2/2014).

Perahu-perahu yang setiap hari mencari nafkah di tengah lautan, merupakan daya tarik tersendiri bagi Harun. Ia sering menyelinap ikut berlayar bersama perahu nelayan ke tengah lautan. Bahkan Harun sering tidak masuk sekolah ataupun pulang ke rumah, karena mengikut perahu berlayar mencari ikan.

Setelah menamatkan SD, tanpa sepengetahuan keluarganya, ia berhasil melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta, sampai mendapatkan ijazah.

"Sejak ia (Harun) SMP, untuk biaya hidup dan sekolah, ia menjadi pelayan kapal dagang. Di samping itu tetap rajin belajar mengikuti pelajaran di sekolahnya,"

Harun telah menjelajahi beberapa negara, tetapi yang paling dikenal dan hafal daerahnya adalah daratan Singapura. Kadang ia berhari-hari lamanya tinggal di Pelabuhan Singapura dan sering pula ia ikut kapal mondar-mandir antara Singapura-Tanjung Pinang.

Nama Harun mencuat setelah protes Pemerintah Singapura terhadap pemberian nama kapal perang milik TNI AL, KRI Usman Harun. Pemerintah Singapura menilai nama Usman dan Harun merupakan dua tokoh yang kontroversial dan menggemparkan negeri tersebut.

Sedangkan Indonesia menilai, dua nama tersebut merupakan pemuda yang mampu memberikan semangat dengan aksi heroiknya, pada masa perjuangan Dwikora. Saat itu Usman dan Harun bisa menjadi figur sentral untuk menegakkan kehormatan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Ada kepentingan pemilu di balik polemik Usman Harun
Dinamika bertetangga Indonesia-Singapura
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1107 seconds (0.1#10.140)