SDM berdaya saing

Rabu, 29 Januari 2014 - 07:38 WIB
SDM berdaya saing
SDM berdaya saing
A A A
SALAH satu persoalan bangsa ini adalah menyediakan atau mencetak sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai daya saing ataupun yang siap kerja di industri. Persoalan ini akan semakin rumit ketika nantinya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) diberlakukan pada 2015 nanti.

Ketika belum ada ACFTA, daya saing SDM ataupun SDM yang siap kerja masih diragukan, bagaimana nantinya jika negara-negara di Asia Tenggara semakin gampang mencari lapangan pekerjaan di Indonesia? Tentu ini akan menjadi persoalan yang tambah rumit.

Sebenarnya, setidaknya menurut beberapa pembicara di Round Table Discussion (RTD) KORAN SINDO yaitu Aries Heru Prasetyo (PPM School of Management), Patdono Suwignyo (Sekretaris Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud), dan Dwita Stjiningsih (Direktur Pengembangan Akademik Universitas Indonesia), kualitas SDM bangsa ini tak kalah dengan negara-negara lain.

Tampaknya masih ada rasa tak percaya diri dari SDM-SDM di Indonesia yang berani tampil untuk ikut bersaing. Meski dari sisi kualitas SDM bangsa ini cukup mumpuni, dalam persaingan atau kesiapan kerja, mereka selalu sulit. Ini yang menjadi persoalan bangsa ini.

Salah satu isu mengemuka dari diskusi di atas adalah bagaimana para stakeholder pendidikan di Indonesia memberikan pendidikan soft skill bagi SDM-SDM kita. Pendidikan soft skill lebih dibutuhkan dunia industri untuk dibandingkan SDM yang memiliki hard skill, meski masih banyak industri pula yang menempatkan hard skill sebagai saringan awal.

Contoh konkret adalah hampir semua info lowongan kerja mencantumkan syarat IPK tertentu. Perguruan tinggi pun berlomba untuk menciptakan SDM-SDM yang memiliki hard skill yang mumpuni, yaitu salah satunya dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi. Deviasi antara dunia pendidikan dan industri tersebut yang menyebabkan daya saing SDM di Indonesia tak lebih bagus dengan negara-negara lain.

Deviasi tersebut yang harus dihilangkan dengan adanya dialog antara dunia industri dan pendidikan. Beberapa perguruan tinggi memang sudah melakukan tersebut, namun masih banyak perguruan tinggi masih terpaku dengan mengejar SDM-SDM yang memiliki hard skill tinggi. Padahal, SDM yang berintegritas dan mempunyai etos kerja tinggi (soft skill), menurut Aries lebih dibutuhkan di dunia industri. Dialog antara industri dan lembaga pendidikan di perguruan tinggi hanyalah salah satu cara.

Hal lain yang perlu dilakukan integrasi kurikulum dari taman kanak-kanak (TK) hingga tingkah sekolah menengah atas (SMA) yang lebih mengedepankan soft skill. Pembelajaran soft skill adalah pembelajaran karakter yang membutuhkan proses yang cukup panjang.

Pendidikan di perguruan tinggi yang hanya memakan waktu sekitar 4–5 tahun dirasakan kurang untuk membentuk SDM yang memiliki soft skill yang mumpuni. Ini menjadi domain dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pembenahan kurikulum yang lebih mengedepankan soft skill dibandingkan hard skill memang menjadi pekerjaan berat pemerintah jika melihat sistem pendidikan dasar saat ini. Saat ini dengan alasan untuk mengembangkan mutu pendidikan, banyak sekolah yang memberikan standar yang tinggi bagi siswa-siswanya.

Parahnya standar tinggi itu hanya fokus pada hard skill, bukan soft skill. Contoh sederhana adalah masa taman kanak-kanak sudah dijejali dengan pelajaran membaca dan berhitung sebagai syarat untuk masuk sekolah dasar.

Tentu ini bukan cara yang tepat, karena masa kanak-kanak akan lebih gampang dan tidak terlalu membebankan ke siswa adalah dengan cara bermain (soft skill). Kemampuan soft skill seperti bagaimana menanamkan jiwa disiplin, jujur, dan bertanggung jawab harus lebih tepat ditanamkan daripada memberikan pelajaran membaca ataupun menghitung.

Pendidikan bangsa ini memang harus dibenahi. SDM-SDM bangsa ini mempunyai potensi yang luar biasa jika diiringi dengan bekal pendidikan yang benar dan tepat. Jika ini dilakukan, stigma bahwa orang asing atau lulusan perguruan tinggi luar negeri lebih bagus akan hilang. Setidaknya, anak-anak bangsa ini mempunyai kepercayaan diri tinggi sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5407 seconds (0.1#10.140)