Lemahnya perencanaan

Rabu, 01 Januari 2014 - 14:49 WIB
Lemahnya perencanaan
Lemahnya perencanaan
A A A
CERITA miring tentang Bandara Soekarno-Hatta (Soeta) di pengujung tahun 2013 memang belum usai. Bandara kebanggaan Indonesia ini masih saja memberikan cerita yang kurang menyenangkan.

Bandara yang dirancang hanya berkapasitas 22 juta penumpang per tahun ini harus disesaki sekitar 60 juta penumpang per tahun. Akibatnya, berbagai persoalan tentang kenyamanan pun bermunculan, seperti keterlambatan saat akan lepas landas ataupun mendarat karena banyaknya pesawat antre. Bandara Soeta yang merupakan salah satu pintu masuk Indonesia memberikan gambaran buram tentang wajah Tanah Air terhadap dunia internasional.

Sebagian pihak memberikan logika sederhana tentang kondisi tersebut. Jika kapasitas hanya 22 juta penumpang per tahun, mengapa pemerintah juga seolah membuka kran lebar jalur penerbangan baru ataupun penambahan terbang untuk rute lama. Namun, pertanyaan tersebut menjadi mentah ketika disandingkan dengan mekanisme pasar atau tuntutan pasar yang terus naik. Pemerintah pasti akan mengacu karena permintaan pasar terhadap transportasi udara semakin tinggi tersebut.

Namun, hal itu juga menjadi aneh ketika bandara yang hanya berkapasitas 22 juta penumpang per tahun terus dipaksakan untuk melayani jumlah penumpang melebihi kapasitasnya. Parahnya lagi, kondisi ini sudah terjadi sejak 2004 atau hampir 10 tahun lalu ketika saat itu jumlah penumpang di Bandara Soeta sudah mencapai 26,1 juta penumpang per tahun (KORAN SINDO, Selasa, 31-12-2013).

Seolah ada pembiaran selama 10 tahun oleh pemerintah tentang kondisi Bandara Soeta yang overload. Ini memang aneh. Padahal, bandara adalah salah satu objek vital sebuah negara dan menjadi cermin dari sebuah negara. Dengan pembiaran selama 10 tahun tersebut, seolah pemerintah juga memberikan gambaran yang buruk tentang kondisi Indonesia. Ini menunjukkan betapa lemahnya pemerintah melakukan perencanaan tentang pembangunan infrastruktur.

Jika perencanaan pembangunan dapat dijalankan dengan baik, cerita miring tentang Bandara Soeta tidak akan terus terdengar selama 10 tahun terakhir. Pemerintah semestinya bisa mengukur permintaan pasar tentang transportasi udara. Mengukur yang bisa dilakukan adalah melakukan forecasting atau perkiraan jumlah penumpang di tahun depan atau beberapa tahun ke depan.

Dengan melakukan perkiraan jumlah penumpang di masa mendatang, pemerintah bisa melakukan langkah-langkah jitu untuk mengantisipasi ketika terjadi kenaikan jumlah penumpang. Bandara hanyalah salah potret lemah dari perencanaan pembangunan di negeri ini. Masih banyak terutama pada sektor infrastruktur yang sepertinya terjadi pembiaran, padahal negara ini terus tumbuh.

Tahun 2013 telah dilalui dan negeri ini telah memasuki tahun 2014. Rakyat tidak hanya butuh harapan baru, tapi sebuah hasil baru. Pemerintah semestinya mempunyai resolusi untuk bisa berbuat lebih baik bagi rakyat, salah satunya dengan melakukan perencanaan pembangunan yang lebih baik.

Lemahnya perencanaan pembangunan semestinya tidak terjadi lagi, sehingga pembangunan di negeri ini bisa membuahkan hasil dengan baik. Tentu salah satunya adalah dengan wajah baru Bandara Soeta yang lebih nyaman. Selamat Tahun Baru 2014.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7397 seconds (0.1#10.140)