Pemira PKS dinilai hajat politik tanpa makna
A
A
A
Sindonews.com - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum lama ini menggelar Pemira (Pemilihan Raya) untuk mengusung capres dari internal partai. Meski belum diumumkan, beberapa nama sudah mencuat seperti Anis Matta, Hidayat Nur wahid, Ahmad Heryawan, Tifatul Sembiring, hingga Nur Mahmudi.
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan, Pemira PKS hanya sekadar menciptakan momentum politik agar PKS kembali menjadi pembicaraan publik dalam konteks yang positif. Pasalnya, selama ini PKS selalu mendapat pemberitaan negatif karena kasus korupsi yang menimpa kadernya.
"Pemira itu membuat publik jenuh karena yang ditampilkan figur lama di PKS yang relatif kurang bersih. Praktis hanya Hidayat Nur Wahid yang relatif bersih. Tapi kan HNW cenderung masih suka bicara pro LHI dan rezim PKS lama," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (23/12/2013).
Menurutnya, tidak heran jika kemudian publik dan media kehilangan ketertarikan akan Pemira. Sehingga, apapun yang terjadi dan dilakukan oleh PKS tak lebih sekadar hajat politik tanpa makna.
"Harus digarisbawahi bahwa PKS adalah anti tesis dari sejumlah partai Islam yang ada selama ini, lantas jika perilaku politiknya tidak beda maka publik tentu menghukumnya untuk tidak memilih partai tersebut," tandasnya.
Muradi menambahkan, hal ini tercermin dari sejumlah survei yang memprediksi PKS tidak akan masuk ambang batas parlemen.
"Harapan internal sebenarnya muncul manakala elite politik PKS mengadakan Pemira, namun hal tersebut kandas manakala figur yang ditampilkan ada tokoh rezim lama yang sangat haus kekuasaan dan materi," jelasnya.
Baca berita:
Survei, capres internal PKS tak diminati
Alasan Anis Matta gelar Pemira PKS
Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Muradi mengatakan, Pemira PKS hanya sekadar menciptakan momentum politik agar PKS kembali menjadi pembicaraan publik dalam konteks yang positif. Pasalnya, selama ini PKS selalu mendapat pemberitaan negatif karena kasus korupsi yang menimpa kadernya.
"Pemira itu membuat publik jenuh karena yang ditampilkan figur lama di PKS yang relatif kurang bersih. Praktis hanya Hidayat Nur Wahid yang relatif bersih. Tapi kan HNW cenderung masih suka bicara pro LHI dan rezim PKS lama," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Senin (23/12/2013).
Menurutnya, tidak heran jika kemudian publik dan media kehilangan ketertarikan akan Pemira. Sehingga, apapun yang terjadi dan dilakukan oleh PKS tak lebih sekadar hajat politik tanpa makna.
"Harus digarisbawahi bahwa PKS adalah anti tesis dari sejumlah partai Islam yang ada selama ini, lantas jika perilaku politiknya tidak beda maka publik tentu menghukumnya untuk tidak memilih partai tersebut," tandasnya.
Muradi menambahkan, hal ini tercermin dari sejumlah survei yang memprediksi PKS tidak akan masuk ambang batas parlemen.
"Harapan internal sebenarnya muncul manakala elite politik PKS mengadakan Pemira, namun hal tersebut kandas manakala figur yang ditampilkan ada tokoh rezim lama yang sangat haus kekuasaan dan materi," jelasnya.
Baca berita:
Survei, capres internal PKS tak diminati
Alasan Anis Matta gelar Pemira PKS
(kri)