Lemahnya infrastruktur
A
A
A
KECELAKAAN maut antara kereta api (KA) dengan truk tangki pengangkut bahan bakar minyak (BBM) di Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan mengingatkan kita betapa buruknya infrastruktur bangsa ini.
Jika infrastruktur di Tanah Air ini bisa tertata dengan rapi dan direncanakan dengan baik, bisa jadi kecelakaan maut dikurangi atau bahkan dihindari. Selain infrastruktur yang sangat tidak memadai, perilaku masyarakat dalam menggunakan infrastruktur pun memicu hadirnya kecelakaan maut. Jika perilaku masyarakat dalam menggunakan infrastruktur yang sangat minim sudah benar, bisa jadi kecelakaan maut bisa dikurangi atau bahkan dihindari.
Lemahnya infrastruktur memang sangat berdampak pada pembangunan bangsa ini. Lemahnya penataan infrastruktur di negeri ini menimbulkan banyak masalah yang membuat negeri kaya-raya ini menderita. Permasalahan yang muncul akibat lemahnya penataan dan pembangunan infrastruktur adalah pertumbuhan ekonomi yang lemah karena tidak bisa memaksimalkan sumber daya alam, ketimpangan ekonomi antarbeberapa wilayah karena daerah yang terpencil sulit mengakses pusat-pusat perekonomian.
Selain itu, persoalan yang jelas selalu dilihat adalah kemacetan dan keselamatan masyarakat. Kita bisa mengambil contoh angkutan KA. pembangunan rel KA semestinya juga harus terintegrasi dengan pembangunan flyover atau underpass di suatu perlintasan jalan. Semestinya ini bisa diperhitungkan, apalagi sistem transportasi KA di Tanah Air belum ada yang menggunakan sistem subwayatau bawah tanah.
Memang, saat membangun rel KA mungkin jalan atau pengguna jalan belum terlalu banyak sehingga hal tersebut belum dianggap perlu. Namun, pertumbuhan manusia yang diikuti dengan pertumbuhan mobilitas manusia harus juga diikuti dengan pertumbuhan infrastruktur yang memadai. Kita yakin, sudah banyak roadmap tentang pembangunan infrastruktur di Tanah Air ini, tetapi lemah dalam implementasi.
Selain mengundang kemacetan, lemahnya infrastruktur negeri ini membuat keselamatan masyarakat menjadi taruhan. Contoh konkret adalah kecelakaan KA dengan truk tangki BBM di Bintaro yang menelan 7 korban meninggal dan puluhan lainnya terluka. Di jalanan kota besar seperti Jakarta pun setali tiga uang. Kualitas jalan dan penataan infrastruktur justru memanjakan kendaraan, bukan orang.
Jalur pedestrian yang lebih dikecilkan daripada jalan raya karena alasan pertumbuhan kendaraan serta kualitas aspal jalan yang buruk membuat keselamatan masyarakat menjadi taruhan. Kondisi ini sangat kontras dengan beberapa negara lain yang jalan rayanya lebih kecil daripada jalur pedestrian. Namun memang kurang tepat jika hal itu ditumpahkan hanya kepada lemahnya penataan infrastruktur.
Perilaku masyarakat juga harus dibenahi, terutama saat menggunakan infrastruktur yang tersedia. Masih banyak masyarakat yang berperilaku egois hingga mengganggu kenyamanan pengguna yang lain atau bahkan merugikan pihak lain. Kondisi ini harus dibenahi dengan tatanan dan pelaksanaan tatanan yang benar. Hukum harus menjadi pelindung bagi para pengguna infrastruktur dan menjadi penghukum bagi yang melanggar.
Pembiaran terhadap pelanggaran pada akhirnya membuat sebuah pemakluman yang secara tak sadar mengganggu dan merugikan pengguna infrastruktur yang lain. Kita yakin pemerintah menyadari hal-hal di atas karena para pejabat di negeri ini tentu yang selalu berhadapan dengan persoalan infrastruktur.
Pertanyaannya, adakah kemauan dan keinginan untuk mewujudkan infrastruktur yang benar-benar memadai, juga menata perilaku pengguna infrastruktur menjadi lebih baik. Memang terdengar klise jika pada akhirnya kita mengembalikan ini kepada pemerintah, tetapi menjadi tugas kita semua untuk selalu mengingatkan kepada pemerintah agar hal ini menjadi perhatian mendalam bagi para pejabat.
Tentu kita berharap tragedi maut di Bintaro tidak terulang lagi dengan diiringi pembangunan infrastruktur yang benar dan masyarakat semakin menyadari bagaimana menggunakan infrastruktur yang benar.
Jika infrastruktur di Tanah Air ini bisa tertata dengan rapi dan direncanakan dengan baik, bisa jadi kecelakaan maut dikurangi atau bahkan dihindari. Selain infrastruktur yang sangat tidak memadai, perilaku masyarakat dalam menggunakan infrastruktur pun memicu hadirnya kecelakaan maut. Jika perilaku masyarakat dalam menggunakan infrastruktur yang sangat minim sudah benar, bisa jadi kecelakaan maut bisa dikurangi atau bahkan dihindari.
Lemahnya infrastruktur memang sangat berdampak pada pembangunan bangsa ini. Lemahnya penataan infrastruktur di negeri ini menimbulkan banyak masalah yang membuat negeri kaya-raya ini menderita. Permasalahan yang muncul akibat lemahnya penataan dan pembangunan infrastruktur adalah pertumbuhan ekonomi yang lemah karena tidak bisa memaksimalkan sumber daya alam, ketimpangan ekonomi antarbeberapa wilayah karena daerah yang terpencil sulit mengakses pusat-pusat perekonomian.
Selain itu, persoalan yang jelas selalu dilihat adalah kemacetan dan keselamatan masyarakat. Kita bisa mengambil contoh angkutan KA. pembangunan rel KA semestinya juga harus terintegrasi dengan pembangunan flyover atau underpass di suatu perlintasan jalan. Semestinya ini bisa diperhitungkan, apalagi sistem transportasi KA di Tanah Air belum ada yang menggunakan sistem subwayatau bawah tanah.
Memang, saat membangun rel KA mungkin jalan atau pengguna jalan belum terlalu banyak sehingga hal tersebut belum dianggap perlu. Namun, pertumbuhan manusia yang diikuti dengan pertumbuhan mobilitas manusia harus juga diikuti dengan pertumbuhan infrastruktur yang memadai. Kita yakin, sudah banyak roadmap tentang pembangunan infrastruktur di Tanah Air ini, tetapi lemah dalam implementasi.
Selain mengundang kemacetan, lemahnya infrastruktur negeri ini membuat keselamatan masyarakat menjadi taruhan. Contoh konkret adalah kecelakaan KA dengan truk tangki BBM di Bintaro yang menelan 7 korban meninggal dan puluhan lainnya terluka. Di jalanan kota besar seperti Jakarta pun setali tiga uang. Kualitas jalan dan penataan infrastruktur justru memanjakan kendaraan, bukan orang.
Jalur pedestrian yang lebih dikecilkan daripada jalan raya karena alasan pertumbuhan kendaraan serta kualitas aspal jalan yang buruk membuat keselamatan masyarakat menjadi taruhan. Kondisi ini sangat kontras dengan beberapa negara lain yang jalan rayanya lebih kecil daripada jalur pedestrian. Namun memang kurang tepat jika hal itu ditumpahkan hanya kepada lemahnya penataan infrastruktur.
Perilaku masyarakat juga harus dibenahi, terutama saat menggunakan infrastruktur yang tersedia. Masih banyak masyarakat yang berperilaku egois hingga mengganggu kenyamanan pengguna yang lain atau bahkan merugikan pihak lain. Kondisi ini harus dibenahi dengan tatanan dan pelaksanaan tatanan yang benar. Hukum harus menjadi pelindung bagi para pengguna infrastruktur dan menjadi penghukum bagi yang melanggar.
Pembiaran terhadap pelanggaran pada akhirnya membuat sebuah pemakluman yang secara tak sadar mengganggu dan merugikan pengguna infrastruktur yang lain. Kita yakin pemerintah menyadari hal-hal di atas karena para pejabat di negeri ini tentu yang selalu berhadapan dengan persoalan infrastruktur.
Pertanyaannya, adakah kemauan dan keinginan untuk mewujudkan infrastruktur yang benar-benar memadai, juga menata perilaku pengguna infrastruktur menjadi lebih baik. Memang terdengar klise jika pada akhirnya kita mengembalikan ini kepada pemerintah, tetapi menjadi tugas kita semua untuk selalu mengingatkan kepada pemerintah agar hal ini menjadi perhatian mendalam bagi para pejabat.
Tentu kita berharap tragedi maut di Bintaro tidak terulang lagi dengan diiringi pembangunan infrastruktur yang benar dan masyarakat semakin menyadari bagaimana menggunakan infrastruktur yang benar.
(nfl)