Australia berbulu domba

Jum'at, 15 November 2013 - 06:49 WIB
Australia berbulu domba
Australia berbulu domba
A A A
RIAK kembali mewarnai hubungan Indonesia-Australia. Ini terkait dengan terbongkarnya keterlibatan lembaga intelijen Negeri Kanguru itu dalam aksi penyadapan yang dilakukan Amerika Serikat (AS) bersama sekutu utamanya yang tergabung dalam Five Eyes Intelligence, terhadap sejumlah negara dunia, termasuk Indonesia.

Berdasarkan laporan Sydney Morning Herald akhir Oktober lalu, Kedubes Australia di Jakarta turut menjadi lokasi penyadapan sinyal elektronik. Boro-boro minta maaf, walau tertangkap basah melakukan tindakan yang bisa dianalogikan “menusuk dari belakang” tersebut, Australia melalui Menlu Julie Bishop ataupun Dubes Greg Moriety dalam bahasa Menlu Marty Natalegawa, hanya memberikan respons generik yang menunjukkan bahwa pemerintah negeri jiran tersebut––juga AS––tidak mampu membenarkan atau menyangkal praktik-praktik spionase yang dilaporkan berbagai media.

Dengan demikian, tidak ada jaminan Australia akan menghentikan tindakan ilegal tersebut. Sikap yang diperlihatkan Australia wajar membuat kecewa Indonesia. Pasalnya, hubungan yang terbangun di antara kedua saat ini bisa disebut pada puncak paling mesra sejak konflik Timor Timur. Sangat disayangkan, dengan adanya penyadapan, berbagai bentuk kemitraan yang dibangun, seperti perjanjian pertukaran informasi intelijen, penanganan penyelundupan manusia, penanganan terorisme pun meleleh begitu saja.

Kekecewaan lebih besar diekspresikan sekelompok peretas Indonesia. Atas nama nasionalisme, mereka meretas ratusan situs di Australia. Bahkan, peretas dari tim The Indonesian Security Down dan Suram Crew berhasil merontokkan situs ASIS.gov.au dan ASIO.gov.au milik lembaga intelijen negara tersebut. Para peretas kabarnya kini mengincar target selanjutnya, situs milik Departemen Pertahanan yang beralamatkan di http://defence.gov.au/.

Reaksi yang diungkapkan pemerintah maupun kelompok peretas sangat bisa dimaklumi dan setimpal dengan perbuatan Australia. Dalam konteks hubungan internasional, negeri itu telah mempraktikkan politik internasional yang paling tidak bermoral. Apa yang dilakukan Australia mengingatkan pada petuah penganut mazhab realis yang paling radikal, yakni Nicollo Machiavelli. Demi mengejar national interest dan struggle of power, negara bisa mempraktikkan strategi serigala berbulu domba.

Negara tidak diharamkan menusuk dari belakang negara lain, demi kepentingannya. Australia bisa digambarkan memerankan diri sebagai domba untuk menyembunyikan identitas sejatinya, yakni serigala. Entah untuk tujuan apa melakukan penyadapan, mereka menusuk Indonesia dan tidak peduli bangunan kerja sama dan persahabatan yang diperjuangkan bersama-sama selama ini. Negeri Down Under tersebut menyingkirkan jauh moralitas hubungan antarnegara, yang dibangun berdasarkan rasa saling percaya dan dibingkai dalam berbagai kerja sama internasional.

Pemerintah Indonesia tentu jangan sekadar mengungkapkan kekecewaannya menghadapi sikap Australia. Langkah menolak pengembalian 60 pencari suaka yang diamankan aparat Australia di selatan Laut Jawa ke Indonesia sudah tepat. Jika reaksi tersebut tidak cukup menggugah Perdana Menteri Tony Abbott agar menghentikan penyadapan, Indonesia harus merevisi berbagai perjanjian kemitraan, terutama saling tukar informasi, karena hal tersebut terbukti sia-sia.

Tentu saja, Indonesia harus menarik pelajaran dari kasus tersebut dengan memperkuat lembaga intelijen. Indonesia juga urgen membentuk cyber army bukan hanya untuk kontraspionase, tapi untuk mengantisipasi asymmetric warfare yang kini dipermudah dengan perkembangan teknologi informasi. Sang pembocor aksi spionase Negeri Paman Sam dkk, Edward Snowden, memberi pelajaran bahwa tidak ada negara yang aman dari penyadapan karena semua saluran informasi dan telekomunikasi bisa dimanfaatkan.

Australia pun membuktikan Indonesia jangan mudah percaya dengan negara mana pun, termasuk terhadap Australia.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1380 seconds (0.1#10.140)