Pemuda menjadi warna bangsa
A
A
A
PERINGATAN Sumpah Pemuda yang jatuh setiap 28 Oktober menjadi spirit tersendiri bagi bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi tonggak awal persatuan pemuda pemudi Indonesia dalam merebut kemerdekaan bangsa yang menyerukan satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.
Sudah delapan puluh lima tahun berlalu, namun semangat Sumpah Pemuda masih tetap relevan untuk dijadikan penggugah semangat yang secara tersirat Sumpah Pemuda berisi ikrar bersatu dan disatukannya tunas-tunas bangsa oleh kesamaan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia sebagai peneguhan semangat bersama dalam membangkitkan rasa nasionalisme demi tercapainya cita-cita Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
Berbicara mengenai pemuda berarti berbicara mengenai masa depan bangsa. Pemuda adalah aset bangsa, sebagai garda utama untuk membangun tatanan baru sebuah bangsa. Di tangan pemudalah bangsa ini hendak bermuara. Tak berlebihan rasanya jika Presiden Soekarno pernah berkata dengan optimisme yang tinggi “Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Jika kau beri aku satu orang pemuda, akan aku guncang dunia.”
Dalam sejarah bangsa kita tercatat, para pemuda bangsa yang berasal dari beragam latar belakang yang berbeda bersatu melaksanakan Kongres Pemuda dengan satu tujuan bersama yakni mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui tangan-tangan para pemuda, Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Semua itu dapat terjadi atas dasar kesamaan visi para pemuda bangsa yang mau mengesampingkan egoisme golongan demi perubahan bangsa ini. Seandainya saja dahulu para pemuda tidak bersepakat membentuk wadah perjuangan pemuda yang sama, mustahil spirit kebersamaan akan terwujud di atas kebinekaan bangsa ini.
Harus diakui bahwa pemuda adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional. Karena itu, tidak salah jika pemuda dikatakan sebagai “The Determinants of Fate of a Nation” yaitu penentu yang diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab penting dalam upaya penyelamatan bangsa dari berbagai persoalan serta menjaga kelestarian kehidupan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Mengapa demikian? Karena, pemudalah yang memiliki sifat patriotik sejati; pemilik idealisme, gelora, daya tahan, dan daya juang yang kuat (fisik maupun mental); generasi muda penuh semangat; mempunyai kekuatan energi penuh dengan sifat kreatif, kritis, dinamis, serta kepekaan yang tinggi pada masalah sosial secara murni. Pemuda memiliki semangat untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Ini yang menjadi peran paling penting dari pemuda. Jika kita melihat kembali sejarah Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya peran pemuda dalam melakukan perubahan. Pemuda adalah cikal bakal pimpinan pada masa depan karena seringkali sebuah negara akan berkembang atau maju apabila negara tersebut memiliki pemuda yang berprestasi dan ada pula negara yang akan hancur apabila pemudanya tidak mempunyai kualifikasi yang jelas akan cita-cita bangsa.
Namun, perlu diwaspadai, belakangan ini telah terjadi degradasi prinsip nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia umumnya lantaran terusmenerus tergerus oleh nilainilai dari luar. Degradasi nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia muncul karena kegagalan dalam merevitalisasi dan mendefinisikan pemahaman nasionalisme.
Indonesia adalah bangsa yang besar, namun bangsa ini menderita karena kezaliman para pemimpinnya. Sudah cukup lama bangsa Indonesia mengalami krisis multidimensional. Mulai dari ekonomi, moneter, hukum, moral, dan masih banyak lagi. Ini sudah menjadi fakta bahwa Indonesia membutuhkan perubahan.
Indonesia harus menjadi barisan negara-negara maju di dunia di mana keadilan dan kesejahteraan menjadi bagian tak terpisahkan. Wahai pemuda bangsa, ingatlah bahwa perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo.
Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahirkan sosok pribadi yang berjiwa optimistis. Optimistis bahwa hari depan pasti lebih baik sehingga perubahan mutlak menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Mulai saat ini pemuda harus memulai peranannya tidak hanya sebagai agent of change, tetapi director of change.
Tidak lagi sekadar perubahan yang reaksioner, tetapi juga dengan desain restra yang jauh ke depan serta terukur dengan baik. Dengan demikian, sejarah pemuda yang akan tercipta adalah sejarah kontribusi dan kepercayaan, sampai ruang teritorial dan waktulah yang akan membuktikan, bahwa pemuda pantas untuk kembali mengambil peran kepemimpinan Indonesia pada masa depan.
Mobilitas kiprah pemuda harus senantiasa digalakkan dengan mengampanyekan perubahan signifikan ke arah yang lebih baik, mewakili kepentingan rakyat sehingga efeknya dapat terasa di semua lini. Dengan senantiasa menjaga dan mempertahankan NKRI dari segala macam tantangan, ancaman, maupun krisis, sudah seharusnya kita bersatu dan memperkuat ikatan satu sama lain agar Indonesia tetap kokoh dan bertahan di tengah krisis global yang mengancam ekonomi negeri ini.
Pemuda Indonesia juga harus sadar akan ancaman arus global yang terus-menerus menggerogoti identitas bangsa. Meskipun pada awalnya globalisasi identik dengan fenomena ekonomi, dengan berkembang dan semakin rumitnya kehidupan masyarakat membuat globalisasi secara langsung tidak hanya berkaitan dengan fenomena ekonomi, tapi juga fenomena-fenomena lain seperti politik, sosial, dan budaya.
Globalisasi menghasilkan banyak sekali risiko-risiko baru yang belum pernah ada sebelumnya, terutama risiko terhadap pemuda. Sebut saja, mudahnya nilai-nilai Barat yang masuk lewat internet, antena parabola, maupun televisi. Di satu pihak memang menguntungkan karena akan mempercepat proses belajar masyarakat menuju ke tingkat modernisme.
Namun, di pihak lain dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi pun tidak kalah banyak. Globalisasi mengakibatkan semakin memudarnya apresiasi pemuda terhadap nilai-nilai budaya lokal sehingga melahirkan gaya hidup individualistis (mementingkan diri sendiri), pragmatis (yang menguntungkan), hedonis (kenikmatan sesaat), permisif (membiarkan yang dianggap tabu), bahkan konsumeris (lebih senang memakai dari pada menciptakan).
Dengan demikian, semangat gotong-royong yang selama ini dibangga-banggakan akan menjadi semakin luntur, begitu pula rasa solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. Globalisasi juga mengakibatkan semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Namun, globalisasi bukan sebagai hal yang patut difobiakan. Globalisasi seharusnya menjadi tantangan pemuda sebagai batu loncatan untuk melakukan sejumlah inovasi-inovasi di bidang teknologi agar tak mudah terseret arus zaman.
Kiranya peringatan hari Sumpah Pemuda kali ini tidak hanya menjadi rutinitas setiap tahun, tapi hendaknya dijadikan momentum kebangkitan pemuda Indonesia dalam mewarnai bangsa. Mewarnai melalui gerakan perubahan agar dapat memberi makna penting bagi bangsa dan menjadi berita baik bahwa sampai saat ini kita masih disatukan oleh tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Karena itu, sampai kapan pun perjuangan pemuda Indonesia jangan pernah berakhir. Bawalah bangsamu meraih mimpi-mimpi besar menuju titik peradaban yang tinggi dengan memberikan warnawarna yang indah. Demikianlah kodratnya sehingga pemuda mampu menjadi pelopor dan pemimpin bangsa.
Persatuan dan kesatuan dalam melakukan perubahan merupakan kata kunci dalam meletakkan fondasi awal untuk kemajuan bangsa, yang harus tetap kita jaga bersama dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangansia-siakankerja keras para pemuda pendahulu kita terbuang percuma.
Sejarah mengatakan, tanpa pemuda negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan jangan biarkan bangsamu terus-menerus hidup dalam ketidakadilan. Ayo bangkit pemuda! Harapan itu selalu ada.
DRS DHARMA PONGREKUN MM MH
Dosen Utama STIK - PTIK
Sudah delapan puluh lima tahun berlalu, namun semangat Sumpah Pemuda masih tetap relevan untuk dijadikan penggugah semangat yang secara tersirat Sumpah Pemuda berisi ikrar bersatu dan disatukannya tunas-tunas bangsa oleh kesamaan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia sebagai peneguhan semangat bersama dalam membangkitkan rasa nasionalisme demi tercapainya cita-cita Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur.
Berbicara mengenai pemuda berarti berbicara mengenai masa depan bangsa. Pemuda adalah aset bangsa, sebagai garda utama untuk membangun tatanan baru sebuah bangsa. Di tangan pemudalah bangsa ini hendak bermuara. Tak berlebihan rasanya jika Presiden Soekarno pernah berkata dengan optimisme yang tinggi “Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Jika kau beri aku satu orang pemuda, akan aku guncang dunia.”
Dalam sejarah bangsa kita tercatat, para pemuda bangsa yang berasal dari beragam latar belakang yang berbeda bersatu melaksanakan Kongres Pemuda dengan satu tujuan bersama yakni mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Melalui tangan-tangan para pemuda, Indonesia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Semua itu dapat terjadi atas dasar kesamaan visi para pemuda bangsa yang mau mengesampingkan egoisme golongan demi perubahan bangsa ini. Seandainya saja dahulu para pemuda tidak bersepakat membentuk wadah perjuangan pemuda yang sama, mustahil spirit kebersamaan akan terwujud di atas kebinekaan bangsa ini.
Harus diakui bahwa pemuda adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional. Karena itu, tidak salah jika pemuda dikatakan sebagai “The Determinants of Fate of a Nation” yaitu penentu yang diharapkan mampu memikul tugas dan tanggung jawab penting dalam upaya penyelamatan bangsa dari berbagai persoalan serta menjaga kelestarian kehidupan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Mengapa demikian? Karena, pemudalah yang memiliki sifat patriotik sejati; pemilik idealisme, gelora, daya tahan, dan daya juang yang kuat (fisik maupun mental); generasi muda penuh semangat; mempunyai kekuatan energi penuh dengan sifat kreatif, kritis, dinamis, serta kepekaan yang tinggi pada masalah sosial secara murni. Pemuda memiliki semangat untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan perubahan.
Ini yang menjadi peran paling penting dari pemuda. Jika kita melihat kembali sejarah Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya peran pemuda dalam melakukan perubahan. Pemuda adalah cikal bakal pimpinan pada masa depan karena seringkali sebuah negara akan berkembang atau maju apabila negara tersebut memiliki pemuda yang berprestasi dan ada pula negara yang akan hancur apabila pemudanya tidak mempunyai kualifikasi yang jelas akan cita-cita bangsa.
Namun, perlu diwaspadai, belakangan ini telah terjadi degradasi prinsip nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia umumnya lantaran terusmenerus tergerus oleh nilainilai dari luar. Degradasi nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia muncul karena kegagalan dalam merevitalisasi dan mendefinisikan pemahaman nasionalisme.
Indonesia adalah bangsa yang besar, namun bangsa ini menderita karena kezaliman para pemimpinnya. Sudah cukup lama bangsa Indonesia mengalami krisis multidimensional. Mulai dari ekonomi, moneter, hukum, moral, dan masih banyak lagi. Ini sudah menjadi fakta bahwa Indonesia membutuhkan perubahan.
Indonesia harus menjadi barisan negara-negara maju di dunia di mana keadilan dan kesejahteraan menjadi bagian tak terpisahkan. Wahai pemuda bangsa, ingatlah bahwa perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo.
Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahirkan sosok pribadi yang berjiwa optimistis. Optimistis bahwa hari depan pasti lebih baik sehingga perubahan mutlak menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Mulai saat ini pemuda harus memulai peranannya tidak hanya sebagai agent of change, tetapi director of change.
Tidak lagi sekadar perubahan yang reaksioner, tetapi juga dengan desain restra yang jauh ke depan serta terukur dengan baik. Dengan demikian, sejarah pemuda yang akan tercipta adalah sejarah kontribusi dan kepercayaan, sampai ruang teritorial dan waktulah yang akan membuktikan, bahwa pemuda pantas untuk kembali mengambil peran kepemimpinan Indonesia pada masa depan.
Mobilitas kiprah pemuda harus senantiasa digalakkan dengan mengampanyekan perubahan signifikan ke arah yang lebih baik, mewakili kepentingan rakyat sehingga efeknya dapat terasa di semua lini. Dengan senantiasa menjaga dan mempertahankan NKRI dari segala macam tantangan, ancaman, maupun krisis, sudah seharusnya kita bersatu dan memperkuat ikatan satu sama lain agar Indonesia tetap kokoh dan bertahan di tengah krisis global yang mengancam ekonomi negeri ini.
Pemuda Indonesia juga harus sadar akan ancaman arus global yang terus-menerus menggerogoti identitas bangsa. Meskipun pada awalnya globalisasi identik dengan fenomena ekonomi, dengan berkembang dan semakin rumitnya kehidupan masyarakat membuat globalisasi secara langsung tidak hanya berkaitan dengan fenomena ekonomi, tapi juga fenomena-fenomena lain seperti politik, sosial, dan budaya.
Globalisasi menghasilkan banyak sekali risiko-risiko baru yang belum pernah ada sebelumnya, terutama risiko terhadap pemuda. Sebut saja, mudahnya nilai-nilai Barat yang masuk lewat internet, antena parabola, maupun televisi. Di satu pihak memang menguntungkan karena akan mempercepat proses belajar masyarakat menuju ke tingkat modernisme.
Namun, di pihak lain dampak negatif yang ditimbulkan globalisasi pun tidak kalah banyak. Globalisasi mengakibatkan semakin memudarnya apresiasi pemuda terhadap nilai-nilai budaya lokal sehingga melahirkan gaya hidup individualistis (mementingkan diri sendiri), pragmatis (yang menguntungkan), hedonis (kenikmatan sesaat), permisif (membiarkan yang dianggap tabu), bahkan konsumeris (lebih senang memakai dari pada menciptakan).
Dengan demikian, semangat gotong-royong yang selama ini dibangga-banggakan akan menjadi semakin luntur, begitu pula rasa solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial. Globalisasi juga mengakibatkan semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Namun, globalisasi bukan sebagai hal yang patut difobiakan. Globalisasi seharusnya menjadi tantangan pemuda sebagai batu loncatan untuk melakukan sejumlah inovasi-inovasi di bidang teknologi agar tak mudah terseret arus zaman.
Kiranya peringatan hari Sumpah Pemuda kali ini tidak hanya menjadi rutinitas setiap tahun, tapi hendaknya dijadikan momentum kebangkitan pemuda Indonesia dalam mewarnai bangsa. Mewarnai melalui gerakan perubahan agar dapat memberi makna penting bagi bangsa dan menjadi berita baik bahwa sampai saat ini kita masih disatukan oleh tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia.
Karena itu, sampai kapan pun perjuangan pemuda Indonesia jangan pernah berakhir. Bawalah bangsamu meraih mimpi-mimpi besar menuju titik peradaban yang tinggi dengan memberikan warnawarna yang indah. Demikianlah kodratnya sehingga pemuda mampu menjadi pelopor dan pemimpin bangsa.
Persatuan dan kesatuan dalam melakukan perubahan merupakan kata kunci dalam meletakkan fondasi awal untuk kemajuan bangsa, yang harus tetap kita jaga bersama dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangansia-siakankerja keras para pemuda pendahulu kita terbuang percuma.
Sejarah mengatakan, tanpa pemuda negeri ini tidak akan menikmati kemerdekaan dan jangan biarkan bangsamu terus-menerus hidup dalam ketidakadilan. Ayo bangkit pemuda! Harapan itu selalu ada.
DRS DHARMA PONGREKUN MM MH
Dosen Utama STIK - PTIK
(nfl)