Ancaman ekonomi balon
A
A
A
DALAM pidato kenegaraan (State of The Union) pertama pada awal kepresidenannya yang kedua, Obama menekankan bahwa Amerika Serikat harus berbasis pada perekonomian yang pro terhadap buruh dan lingkungan hidup sehingga menciptakan sistem pembayaran yang bebas dari ekonomi balon (bubble economy).
Obama mengaku sadar bahwa ia tidak selamanya bisa bergantung pada bank sentral Amerika Serikat untuk menyelamatkan sistem pembayaran dari ancaman ekonomi balon. Namun, dalam perjalanan Obama ditelikung oleh partai Republik sehingga impiannya terganjal. Misalnya, kesehatan untuk semua rakyat Amerika Serikat yang sudah menjadi undang- undang justru dicoba untuk digagalkan oleh Partai Republik.
Padahal Obama ketika dilantik menjadi presiden berjanji untuk menjalankan undang- undang yang ada seperti yang diatur oleh konstitusi. Dengan undang-undang yang baru itu termasuk Dodd-Frank bill, seharusnya optimalisasi sistem pembayaran untuk mengatasi perekonomian balon akan semakin efektif.
Logikanya, agregat demand dan agregat supply dari sistem pembayaran akan keluar dari perangkap balon ekonomi dengan ada jaminan kesehatan di mana rakyat menengah ke bawah akan semakin sehat untuk kembali bekerja menetralisasi dampak perekonomian balon yang selama ini menerpa perekonomian Amerika Serikat.
Doktrin riil bill yang dijalankan dalam menghadapi krisis balon pada 1930-an harusnya dapat efektif kembali kali ini, namun tampaknya akan gagal. Bukan hanya itu, kesulitan Obama dibandingkan Bush dan Reagan dalam mengatasi krisis adalah matinya kebijakan fiskal. Artinya Obama tidak memiliki kebijakan fiskal untuk mengatasi krisis akibat balon untuk memperbaiki sistem pembayaran.
Obama menghadapi jalan buntu bukan hanya dalam konteks matinya kebijakan fiskal, melainkan juga tekanan Partai Republik yang sebetulnya partai yang paling bertanggung jawab terhadap krisis ekonomi dunia pada 2008 di mana menyebabkan pemerintahan Obama harus berhenti bekerja karena tidak ada dana operasional.
Alan Greenspan dan George Bush bukan hanya menyebabkan depresi ekonomi yang menciptakan perekonomian berbasis balon sehingga membuat sistem pembayaran di Amerika Serikat menjadi tidak efisien, melainkan juga menyebabkan proses kebangkitan ekonomi Amerika Serikat menjadi terhambat. Harga saham di Amerika Serikat dipastikan akan terus mengalami koreksi negatif jika dana operasional untuk Pemerintah Amerika Serikat tidak kunjung keluar.
Liu dan Leduc (2013) mengatakan dalam penelitiannya: ”Our estimation reveals that uncertainty shocks accounted for at leastonepercentagepointincreases in unemployment in the Great Recession and recovery, but did not contribute much to the 1981-82 recession. We present a DSGE model to show that, to understand the observed macroeconomic effects of uncertainty shocks, it is essential to have both labor search frictions and nominal rigidities.”
Bukan hanya itu, penelitian dan pengembangan yang sangat memainkan peranan penting dalam kebangkitan ekonomi Amerika Serikat juga akan semakin mengecil karena pos anggaran belanja pemerintah untuk itu akan terus dipangkas. Artinya, inovasi untuk terciptanya sistem pembayaran yang antiekonomi balon pada masa depan juga akan semakin sirna.
Dengan kata lain, demokrasi yang tidak sehat di Amerika Serikat bukan hanya mencetuskan perekonomian balon, melainkan juga membuat regulator semakin tidak berdaya untuk mengatur balon itu sendiri. Pembangunan ekonomi yang antiekonomi balon adalah pembangunan ekonomi yang seharusnya menjadi landasan pembangunan sistem pembayaran. Aliran ekonomi yang merupakan budaya ekonomi balon telah menjadi homogenus sehingga menimbulkan krisis ekonomi.
Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”.
Dengan demikian, “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, tapi juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual” di mana dalam pandangan ini keragaman mazhab ekonomi (budaya) merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan. Dari sisi interaksi ekonomi dan sosial, perekonomian balon yang berinteraksi dengan sistem pembayaran akan menghasilkan permasalahan too big to fail dan too connected to fail yang semakin sulit dihapuskan.
Lihatlah, betapa mandulnya aturan hukum Dodd–Frank dalam mengatasi hal tersebut. Misalnya, JP Morgan terus menciptakan kerugian yang semakin sulit dipantau oleh regulator. Kerugian yang dilakukan “London Whale” tidak dapat dibilang kecil. Ini indikasi gunung es dimana borok yang berpotensi menghantam sistem pembayaran itu dipastikan lebih besar lagi. Budaya ekonomi seperti dalam konteks “London Whale– JP Morgan” ini pada gilirannya membentuk corak sistem pembayaran dan munculnya ekonomi balon pada masa depan.
Itu tidak akan terjadi jika wawasan perekonomian negara adidaya sudah menganut wawasan ekonomi hijau. Pembangunan hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan berkelanjutan, di mana pembangunan hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Sistem pembayaran akan menghasilkan sinergi ekonomi yang sangat tinggi jika menopang aktivitas ekonomi hijau.
Lihat misalnya dengan terpilihnya kembali Merkel sebagai kanselir Jerman karena ia berani menghapus secara total pembangkit nuklir di Jerman sehingga pertumbuhan ekonomi Jerman justru terus berkilau menghindar dari perekonomian balon dan menciptakan sistem pembayaran yang paling produktif di seantero Eropa. Interaksi ekonomi dengan faktor lingkungan hidup akan membawa sistem pembayaran sebagai solusi dalam menghadapi perekonomian balon pada masa depan.
Tidak hadirnya Obama di Bali dalam pertemuan APEC kali ini memperlihatkan bahwa perekonomian balon bukan saja menjadi ancaman bagi sistem pembayaran, melainkan juga masa depan Amerika Serikat.
ACHMAD DENI DARURI
President Director Center for Banking Crisis
Obama mengaku sadar bahwa ia tidak selamanya bisa bergantung pada bank sentral Amerika Serikat untuk menyelamatkan sistem pembayaran dari ancaman ekonomi balon. Namun, dalam perjalanan Obama ditelikung oleh partai Republik sehingga impiannya terganjal. Misalnya, kesehatan untuk semua rakyat Amerika Serikat yang sudah menjadi undang- undang justru dicoba untuk digagalkan oleh Partai Republik.
Padahal Obama ketika dilantik menjadi presiden berjanji untuk menjalankan undang- undang yang ada seperti yang diatur oleh konstitusi. Dengan undang-undang yang baru itu termasuk Dodd-Frank bill, seharusnya optimalisasi sistem pembayaran untuk mengatasi perekonomian balon akan semakin efektif.
Logikanya, agregat demand dan agregat supply dari sistem pembayaran akan keluar dari perangkap balon ekonomi dengan ada jaminan kesehatan di mana rakyat menengah ke bawah akan semakin sehat untuk kembali bekerja menetralisasi dampak perekonomian balon yang selama ini menerpa perekonomian Amerika Serikat.
Doktrin riil bill yang dijalankan dalam menghadapi krisis balon pada 1930-an harusnya dapat efektif kembali kali ini, namun tampaknya akan gagal. Bukan hanya itu, kesulitan Obama dibandingkan Bush dan Reagan dalam mengatasi krisis adalah matinya kebijakan fiskal. Artinya Obama tidak memiliki kebijakan fiskal untuk mengatasi krisis akibat balon untuk memperbaiki sistem pembayaran.
Obama menghadapi jalan buntu bukan hanya dalam konteks matinya kebijakan fiskal, melainkan juga tekanan Partai Republik yang sebetulnya partai yang paling bertanggung jawab terhadap krisis ekonomi dunia pada 2008 di mana menyebabkan pemerintahan Obama harus berhenti bekerja karena tidak ada dana operasional.
Alan Greenspan dan George Bush bukan hanya menyebabkan depresi ekonomi yang menciptakan perekonomian berbasis balon sehingga membuat sistem pembayaran di Amerika Serikat menjadi tidak efisien, melainkan juga menyebabkan proses kebangkitan ekonomi Amerika Serikat menjadi terhambat. Harga saham di Amerika Serikat dipastikan akan terus mengalami koreksi negatif jika dana operasional untuk Pemerintah Amerika Serikat tidak kunjung keluar.
Liu dan Leduc (2013) mengatakan dalam penelitiannya: ”Our estimation reveals that uncertainty shocks accounted for at leastonepercentagepointincreases in unemployment in the Great Recession and recovery, but did not contribute much to the 1981-82 recession. We present a DSGE model to show that, to understand the observed macroeconomic effects of uncertainty shocks, it is essential to have both labor search frictions and nominal rigidities.”
Bukan hanya itu, penelitian dan pengembangan yang sangat memainkan peranan penting dalam kebangkitan ekonomi Amerika Serikat juga akan semakin mengecil karena pos anggaran belanja pemerintah untuk itu akan terus dipangkas. Artinya, inovasi untuk terciptanya sistem pembayaran yang antiekonomi balon pada masa depan juga akan semakin sirna.
Dengan kata lain, demokrasi yang tidak sehat di Amerika Serikat bukan hanya mencetuskan perekonomian balon, melainkan juga membuat regulator semakin tidak berdaya untuk mengatur balon itu sendiri. Pembangunan ekonomi yang antiekonomi balon adalah pembangunan ekonomi yang seharusnya menjadi landasan pembangunan sistem pembayaran. Aliran ekonomi yang merupakan budaya ekonomi balon telah menjadi homogenus sehingga menimbulkan krisis ekonomi.
Deklarasi Universal Keberagaman Budaya (UNESCO, 2001) lebih jauh menggali konsep pembangunan berkelanjutan dengan menyebutkan bahwa “...keragaman budaya penting bagi manusia sebagaimana pentingnya keragaman hayati bagi alam”.
Dengan demikian, “pembangunan tidak hanya dipahami sebagai pembangunan ekonomi, tapi juga sebagai alat untuk mencapai kepuasan intelektual, emosional, moral, dan spiritual” di mana dalam pandangan ini keragaman mazhab ekonomi (budaya) merupakan kebijakan keempat dari lingkup kebijakan pembangunan berkelanjutan. Dari sisi interaksi ekonomi dan sosial, perekonomian balon yang berinteraksi dengan sistem pembayaran akan menghasilkan permasalahan too big to fail dan too connected to fail yang semakin sulit dihapuskan.
Lihatlah, betapa mandulnya aturan hukum Dodd–Frank dalam mengatasi hal tersebut. Misalnya, JP Morgan terus menciptakan kerugian yang semakin sulit dipantau oleh regulator. Kerugian yang dilakukan “London Whale” tidak dapat dibilang kecil. Ini indikasi gunung es dimana borok yang berpotensi menghantam sistem pembayaran itu dipastikan lebih besar lagi. Budaya ekonomi seperti dalam konteks “London Whale– JP Morgan” ini pada gilirannya membentuk corak sistem pembayaran dan munculnya ekonomi balon pada masa depan.
Itu tidak akan terjadi jika wawasan perekonomian negara adidaya sudah menganut wawasan ekonomi hijau. Pembangunan hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan berkelanjutan, di mana pembangunan hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Sistem pembayaran akan menghasilkan sinergi ekonomi yang sangat tinggi jika menopang aktivitas ekonomi hijau.
Lihat misalnya dengan terpilihnya kembali Merkel sebagai kanselir Jerman karena ia berani menghapus secara total pembangkit nuklir di Jerman sehingga pertumbuhan ekonomi Jerman justru terus berkilau menghindar dari perekonomian balon dan menciptakan sistem pembayaran yang paling produktif di seantero Eropa. Interaksi ekonomi dengan faktor lingkungan hidup akan membawa sistem pembayaran sebagai solusi dalam menghadapi perekonomian balon pada masa depan.
Tidak hadirnya Obama di Bali dalam pertemuan APEC kali ini memperlihatkan bahwa perekonomian balon bukan saja menjadi ancaman bagi sistem pembayaran, melainkan juga masa depan Amerika Serikat.
ACHMAD DENI DARURI
President Director Center for Banking Crisis
(nfl)