Kredit mulai melambat

Kamis, 10 Oktober 2013 - 08:43 WIB
Kredit mulai melambat
Kredit mulai melambat
A A A
KENAIKAN tingkat suku bunga kredit sebagai imbas dari suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang kini bertengger di level 7,25% mulai menahan laju penyaluran kredit perbankan.

Sebagaimana diakui Gubernur BI Agus Martowardojo pada awal pekan ini, pertumbuhan kredit perbankan sudah menunjukkan pelambatan yang dibuktikan dengan pencapaian penyaluran kredit hanya sekitar 20% pada September atau turun sekitar 2,2% dibandingkan Agustus lalu yang tercatat sekitar 22,2%. Melihat kecenderungan tersebut, BI hanya berani mematok pertumbuhan penyaluran kredit tak lebih dari 20% hingga akhir tahun ini.

Pelambatan pertumbuhan penyaluran kredit tidak sepenuhnya disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan yang langsung mengerek suku bunga kredit perbankan, tetapi juga terkontaminasi dari depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang mencapai 18% hingga 19%. Meski penyaluran kredit terganggu, Agus Martowardojo meminta masyarakat tak perlu khawatir sebab kredit perbankan tetap bertumbuh walau dalam kondisi pelan.

Selain itu, Bank Indonesia juga berjanji tetap fokus mengawal perkembangan pertumbuhan kredit, mulai dari sisi kualitas, likuiditas, kecukupan modal, hingga praktik kehati-hatian penyaluran kredit perbankan. Dari berbagai indikator, kinerja perbankan nasional termasuk cukup prima menghadapi berbagai tantangan perekonomian yang fluktuatif sebagai imbas dari gejolak perekonomian global yang mulai melemahkan pertumbuhan perekonomian nasional, selain berbagai masalah internal seperti defisit neraca perdagangan akibat negeri ini terlalu doyan melakukan impor barang apa saja, termasuk komoditas yang sebenarnya tersedia melimpah di dalam negeri.

Berdasarkan data terbaru dari bank sentral terungkap bahwa rasio kecukupan modal (CAR) perbankan tetap tinggi sekitar 17,98% yang jauh di atas ketentuan minimum 8%. Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tergolong rendah pada kisaran 1,99% per Agustus 2013. Dengan demikian, ketahanan industri perbankan dalam menghadapi pelemahan ekonomi tak perlu diragukan.

Sementara pada rapat Dewan Gubernur BI yang digelar Selasa (8/10) pihak bank sentral mulai menahan diri untuk tidak menaikkan lagi BI Rate dari level 7,25% yang ditetapkan bulan lalu seiring membaiknya sejumlah indikator perekonomian di antaranya deflasi pada September lalu dan pencapaian surplus neraca perdagangan pada Agustus untuk pertama kalinya dalam sepanjang tahun ini.

Meski demikian, kondisi neraca perdagangan diprediksi akan tetap defisit hingga akhir tahun ini. Terakhir BI menaikkan suku bunga acuan pada 12 September lalu pada level 7,25% yang tercatat tertinggi sejak 2009. Kenaikan NPL yang didahului dengan kenaikan suku bunga kredit memang sulit untuk dihindari. Pada kuartal ketiga 2013 BI mengakui terjadi kenaikan NPL, namun tidak signifikan.

Itu terungkap setelah bank sentral melakukan sejumlah exercise kepada seluruh perbankan nasional. Secara umum menunjukkan terjadi kenaikan NPL, namun BI menilai masih dalam batas wajar sebab, selain suku bunga kredit yang mengalami peningkatan, bisa juga dipicu oleh kondisi ekspor yang masih tertatih-tatih akibat beberapa negara tujuan ekspor belum sembuh tersengat krisis ekonomi global. “Secara umum NPL naik, tapi sedikit sekali. Hingga akhir tahun kami optimistis NPL tidak tinggi,” kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah.

Sayangnya, BI tidak mengungkapkan sumber NPL berasal dari sektor apa saja, tetapi yang pasti sebagian besar NPL dipicu oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Kita berharap bank sentral senantiasa memberi perhatian penuh terhadap perkembangan pertumbuhan kredit dengan memberikan stimulus tertentu agar perbankan tidak sungkan menyalurkan kredit, terutama pada UMKM yang sangat membutuhkan pembiayaan, namun rawan mencetak NPL.

UMKM salah satu tulang punggung perekonomian nasional yang berkontribusi sekitar 60% terhadap produk domestik bruto.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5654 seconds (0.1#10.140)