Ini pengakuan warga Banten 2 periode kepemimpinan Atut
A
A
A
Sindonews.com - Masyarakat Banten menanggapi kasus yang menyandung Tubagus Chairy Wardana (TCW), adik Gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah, dengan berbagai respon. Bahkan, tak sedikit pula yang bersyukur dan bersorak gembira atas runtuhnya dinasti sang ratu.
Fakta nyata yang terjadi di Banten diungkapkan oleh warga Kecamatan Menes, Banten, Meiftia Eka Puspasari. Menurutnya selama dipimpin Atut, Banten tak ada perubahan ke arah yang lebih baik hingga provinsi itu kini berusia 13 tahun.
Terutama soal infrastruktur jalan, transportasi umum, dan fasilitas pendidikan seperti jembatan 'Indiana Jones' bagi anak sekolah.
"Soal jalan Pandeglang-Labuan. Jalan itus selalu saya lewati pulang pergi Jakarta-Menes. Itu jalan provinsi yang sampai sekarang belum diperbaiki. Mulai dari 2010, sudah mulai rusak tapi seenggaknya masih bisa dilewati mobil," katanya ketika ditemui di Banten, Sabtu (05/10/2013).
"Cuma jarak tempuh lebih lama dari sebelumnya, misalnya Pandeglang-Menes biasanya 45 menit, mulai tahun 2012 tambah parah, berlubang karena sering dilewati truk pengangkut pasir, batu kali," sambungnya.
Meiftia menambahkan akibatnya banyak pengendara yang mengalami kecelakaan, terutama saat hujan akibat lubang yang tertutup genangan air. Padahal itu adalah jalan utama penghubung Kabupaten Pandeglang ke kecamatan lainnya seperti Menes, Jiput, Pulosari, Patia, Munjul, Labuan.
"Itu jalan krusial menuju kawasan wisata Carita, Ujung Kulon. Enggak nyaman dan buang waktu. Kalau ada perbaikan kenapa selalu menjelang pilkada ato pemilu? Itu pun cuma asal ditambal aspal. Seperti di beberapa titik yaitu Cikoneng, Menger, Saketi, Labuan mulai dicor jelang 2014, tetapi enggak dikasih alternatif jalan karena macet parah dan terisolasi.
Menurutnya, masyarakat Banten menyambut gembira dengan runtuhnya dinasti Atut. "13 tahun Banten tanpa perubahan, perbedaan saat kampanye saja terlihat baliho keluarga-keluarga Atut super besar, beda jauh sama pesaingnya," tuturnya.
Baca juga berita KPK siap naikkan status Ratu Atut jadi tersangka?
Fakta nyata yang terjadi di Banten diungkapkan oleh warga Kecamatan Menes, Banten, Meiftia Eka Puspasari. Menurutnya selama dipimpin Atut, Banten tak ada perubahan ke arah yang lebih baik hingga provinsi itu kini berusia 13 tahun.
Terutama soal infrastruktur jalan, transportasi umum, dan fasilitas pendidikan seperti jembatan 'Indiana Jones' bagi anak sekolah.
"Soal jalan Pandeglang-Labuan. Jalan itus selalu saya lewati pulang pergi Jakarta-Menes. Itu jalan provinsi yang sampai sekarang belum diperbaiki. Mulai dari 2010, sudah mulai rusak tapi seenggaknya masih bisa dilewati mobil," katanya ketika ditemui di Banten, Sabtu (05/10/2013).
"Cuma jarak tempuh lebih lama dari sebelumnya, misalnya Pandeglang-Menes biasanya 45 menit, mulai tahun 2012 tambah parah, berlubang karena sering dilewati truk pengangkut pasir, batu kali," sambungnya.
Meiftia menambahkan akibatnya banyak pengendara yang mengalami kecelakaan, terutama saat hujan akibat lubang yang tertutup genangan air. Padahal itu adalah jalan utama penghubung Kabupaten Pandeglang ke kecamatan lainnya seperti Menes, Jiput, Pulosari, Patia, Munjul, Labuan.
"Itu jalan krusial menuju kawasan wisata Carita, Ujung Kulon. Enggak nyaman dan buang waktu. Kalau ada perbaikan kenapa selalu menjelang pilkada ato pemilu? Itu pun cuma asal ditambal aspal. Seperti di beberapa titik yaitu Cikoneng, Menger, Saketi, Labuan mulai dicor jelang 2014, tetapi enggak dikasih alternatif jalan karena macet parah dan terisolasi.
Menurutnya, masyarakat Banten menyambut gembira dengan runtuhnya dinasti Atut. "13 tahun Banten tanpa perubahan, perbedaan saat kampanye saja terlihat baliho keluarga-keluarga Atut super besar, beda jauh sama pesaingnya," tuturnya.
Baca juga berita KPK siap naikkan status Ratu Atut jadi tersangka?
(kri)