Kita semua Klub 99
A
A
A
SABTU lalu saya mendapat telepon dari ibu saya. Dia bilang, ibu dan ayah saya diundang makan-makan oleh saudara-saudaranya nanti malam, dan mereka berharap saya bisa ikut juga.
Mereka pernah nonton Young On Top dan ingin ketemu langsung dengan saya. Saya pun mengiyakan undangan tersebut. Ketika malam tiba, saya dan istri pun pergi menemui mereka semua. Sekitar 30 orang yang datang, kebetulan yang duduk di meja di mana saya dan istri saya duduk ada yang namanya Om Charles. Dia adalah HR director untuk P&G Asia Tenggara. Dia lulusan UGM Jurusan Psikologi. Sepanjang dua jam makan malam tersebut, antara Om Charles, Om Yanto, dan ayah saya saling bertukar cerita.
Juga bertukar filosofi. Saya ngapain? Mendengarkan, berusaha mengingat, dan menyerap apa yang mereka bahas. Yang paling saya ingat, adalah tentang sebuah cerita legenda ”KLUB 99” yang diceritakan oleh Om Charles.
Ceritanya begini. Suatu hari, seorang raja yang kaya raya melihat seorang tukang sapu di kerajaannya yang sedang menyapu halaman istananya. Tukang sapu tersebut menyapu dengan senyuman di wajahnya, sambil bersiul-siul. Dia terlihat sangat bahagia. Sang raja pun memanggil ajudannya.
Dia bertanya kepada sang ajudan, ”Saya tadi melihat si tukang sapu, menyapu halaman istana sambil bersiul-siul dan tersenyum. Dia kan miskin. Kok dia bisa bahagia? Sementara saya adalah seorang raja. Saya kaya raya. Saya punya semua yang saya mau. Tapi kok saya tidak merasa bahagia?” Sang ajudan bilang, ”Raja, si tukang sapu berbeda dengan kita. Kita adalah Klub 99. Dia bukan."
Sang raja bingung dan bertanya, ”Maksudnya apa? Klub 99? Apa itu?” Sang ajudan berkata, ”Izinkan saya untuk menjelaskan apa arti Klub 99 dengan sebuah tes.” Sang raja pun setuju dan memperbolehkan sang ajudan menjelaskan apa itu Klub 99 dengan sebuah tes.
Pada suatu malam, si tukang sapu berjalan kaki menuju rumahnya setelah seharian menyapu halaman istana. Malam itu tidak seperti malam biasanya. Di perjalanan pulang itu, dia menemukan sebuah pundi. Dia buka pundi tersebut, dan ternyata isinya adalah kepingan logam emas.
Dia pun langsung berlari sekencang-kencangnya menuju rumah. Dia ingin segera sampai di rumah dan memberitahukan berita gembira ini kepada istri dan anaknya. Dia merasa senang sekali. Ketika sesampainya di rumah, dia pun langsung memanggil istri dan anaknya. Mereka semua bahagia karena mereka merasa akhirnya mereka sudah tidak lagi miskin. Kemudian mereka mulai menghitung jumlah kepingan logam emas tersebut. 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
Wajah mereka tidak henti-hentinya berseri. Hitungan pun terus berlanjut: 93, 94, 95, 96,97, 98, 99, dan stop. Mereka bingung. Si tukang sapu bilang, ”Kok hanya 99 keping logam emas? Seharusnya ada 100 keping logam emas di dalam sebuah pundi! Apakah mungkin karena tadi saya berlari sekencang yang saya bisa, sehingga mungkin ada satu logam yang terjatuh?" Masuk akal. Mereka pun mencoba untuk mencari satu keping logam emas yang mungkin tercecer di jalan.
Hingga menjelang pagi hari, mereka masih tidak menemukan satu keping logam emas yang menurut mereka mungkin tercecer di jalan. Akhirnya mereka pulang ke rumah. Mereka lelah dan kesal.
Di pagi hari yang cerah itu, sang raja kembali memanggil sang ajudan, dan berkata, ”Pagi ini saya melihat si tukang sapu tidak lagi bahagia. Tidak seperti biasanya! Biasanya ketika dia menyapu, pasti sambil tersenyum dan bersiul-siul. Pagi ini tidak. Dia terlihat capai dan jengkel. Kenapa ya?” Sang ajudan bilang, ”Karena mulai hari ini, dia sudah sama dengan kita. Dia sudah menjadi anggota Klub 99.”
Apa makna dari cerita legenda ini? Seperti judul tulisan saya ini, ”Kita Semua Adalah Klub 99”. Di dalam hidup ini, kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencari uang. Kita berusaha untuk bisa menjadi orang kaya.
Kalau peribahasanya, ”kita banting tulang siang malam”. Kita selalu merasa ada yang kurang. Sering kali kita fokus terhadap apa yang kita tidak atau belum miliki. Kita merasa tidak bahagia karena hal itu.
Balik ke cerita si tukang sapu, bukankah seharusnya dia bahagia karena yang tadinya dia tidak punya sekeping logam emas, sejak malam itu dia kini punya 99 keping logam emas? Tapi kenapa dia malah berubah dari sebagai seseorang yang bahagia (menyapu sambil tersenyum, bersiul-siul) menjadi orang yang tidak tersenyum dan jengkel hanya karena dia tidak menemukan satu keping logam emas yang dia cari?
Dalam hidup ini, adalah hal yang wajar untuk kita selalu berusaha menjadi individu yang lebih baik setiap hari. Hidup hanya satu kali, dan menurut saya, sayang amat kalau kita enggak berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, dan besok menjadi orang yang lebih baik dari hari ini? Semakin kita sukses, semakin banyak pula orang yang bisa kita bantu.
Dalam konteks ini, saya sering berpesan kepada anak-anak muda Indonesia untuk jangan pernah merasa puas. Kalau tugas yang Anda lakukan kemarin tidak maksimal, coba untuk perbaiki. Kalau tugas yang kemarin sudah bagus, coba untuk dibuat lebih bagus lagi. Nah, tapi saya juga sering bilang bahwa, syukuri hidup ini. Tidak merasa puas beda dengan tidak bersyukur. Kita boleh untuk tidak merasa puas dan bersyukur atas apa yang kita miliki.
Apakah ini mungkin untuk dilakukan? Tentu! Saya tidak puas dengan apa yang telah saya capai hingga hari ini, saya merasa saya harus bisa mengembangkan bisnis-bisnis saya. Saya tidak merasa puas. Tapi apakah saya bersyukur di umur 35 tahun sekarang ini telah memiliki beberapa perusahaan? Iya. Sangat. Hidup ini indah. Kita harus mampu untuk mensyukuri hidup ini. Sukses adalah tujuan dan perjalanan. Jangan berpikir bahwa Anda baru akan bahagia ketika Anda sukses.
Kalau Anda tidak mampu bersyukur dan menikmati perjalanan menuju sukses, kemungkinan besar Anda tidak akan pernah mencapai tujuan yang ingin Anda capai. Jangan jadi sang raja dan sang ajudan, serta si tukang sapu yang kaya. Pertanyaannya: Apakah Anda mampu untuk tidak menjadi anggota Klub 99? See You ON TOP!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management (JIM)
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
www.youngontop.com
@billyboen
Mereka pernah nonton Young On Top dan ingin ketemu langsung dengan saya. Saya pun mengiyakan undangan tersebut. Ketika malam tiba, saya dan istri pun pergi menemui mereka semua. Sekitar 30 orang yang datang, kebetulan yang duduk di meja di mana saya dan istri saya duduk ada yang namanya Om Charles. Dia adalah HR director untuk P&G Asia Tenggara. Dia lulusan UGM Jurusan Psikologi. Sepanjang dua jam makan malam tersebut, antara Om Charles, Om Yanto, dan ayah saya saling bertukar cerita.
Juga bertukar filosofi. Saya ngapain? Mendengarkan, berusaha mengingat, dan menyerap apa yang mereka bahas. Yang paling saya ingat, adalah tentang sebuah cerita legenda ”KLUB 99” yang diceritakan oleh Om Charles.
Ceritanya begini. Suatu hari, seorang raja yang kaya raya melihat seorang tukang sapu di kerajaannya yang sedang menyapu halaman istananya. Tukang sapu tersebut menyapu dengan senyuman di wajahnya, sambil bersiul-siul. Dia terlihat sangat bahagia. Sang raja pun memanggil ajudannya.
Dia bertanya kepada sang ajudan, ”Saya tadi melihat si tukang sapu, menyapu halaman istana sambil bersiul-siul dan tersenyum. Dia kan miskin. Kok dia bisa bahagia? Sementara saya adalah seorang raja. Saya kaya raya. Saya punya semua yang saya mau. Tapi kok saya tidak merasa bahagia?” Sang ajudan bilang, ”Raja, si tukang sapu berbeda dengan kita. Kita adalah Klub 99. Dia bukan."
Sang raja bingung dan bertanya, ”Maksudnya apa? Klub 99? Apa itu?” Sang ajudan berkata, ”Izinkan saya untuk menjelaskan apa arti Klub 99 dengan sebuah tes.” Sang raja pun setuju dan memperbolehkan sang ajudan menjelaskan apa itu Klub 99 dengan sebuah tes.
Pada suatu malam, si tukang sapu berjalan kaki menuju rumahnya setelah seharian menyapu halaman istana. Malam itu tidak seperti malam biasanya. Di perjalanan pulang itu, dia menemukan sebuah pundi. Dia buka pundi tersebut, dan ternyata isinya adalah kepingan logam emas.
Dia pun langsung berlari sekencang-kencangnya menuju rumah. Dia ingin segera sampai di rumah dan memberitahukan berita gembira ini kepada istri dan anaknya. Dia merasa senang sekali. Ketika sesampainya di rumah, dia pun langsung memanggil istri dan anaknya. Mereka semua bahagia karena mereka merasa akhirnya mereka sudah tidak lagi miskin. Kemudian mereka mulai menghitung jumlah kepingan logam emas tersebut. 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
Wajah mereka tidak henti-hentinya berseri. Hitungan pun terus berlanjut: 93, 94, 95, 96,97, 98, 99, dan stop. Mereka bingung. Si tukang sapu bilang, ”Kok hanya 99 keping logam emas? Seharusnya ada 100 keping logam emas di dalam sebuah pundi! Apakah mungkin karena tadi saya berlari sekencang yang saya bisa, sehingga mungkin ada satu logam yang terjatuh?" Masuk akal. Mereka pun mencoba untuk mencari satu keping logam emas yang mungkin tercecer di jalan.
Hingga menjelang pagi hari, mereka masih tidak menemukan satu keping logam emas yang menurut mereka mungkin tercecer di jalan. Akhirnya mereka pulang ke rumah. Mereka lelah dan kesal.
Di pagi hari yang cerah itu, sang raja kembali memanggil sang ajudan, dan berkata, ”Pagi ini saya melihat si tukang sapu tidak lagi bahagia. Tidak seperti biasanya! Biasanya ketika dia menyapu, pasti sambil tersenyum dan bersiul-siul. Pagi ini tidak. Dia terlihat capai dan jengkel. Kenapa ya?” Sang ajudan bilang, ”Karena mulai hari ini, dia sudah sama dengan kita. Dia sudah menjadi anggota Klub 99.”
Apa makna dari cerita legenda ini? Seperti judul tulisan saya ini, ”Kita Semua Adalah Klub 99”. Di dalam hidup ini, kita berusaha semaksimal mungkin untuk mencari uang. Kita berusaha untuk bisa menjadi orang kaya.
Kalau peribahasanya, ”kita banting tulang siang malam”. Kita selalu merasa ada yang kurang. Sering kali kita fokus terhadap apa yang kita tidak atau belum miliki. Kita merasa tidak bahagia karena hal itu.
Balik ke cerita si tukang sapu, bukankah seharusnya dia bahagia karena yang tadinya dia tidak punya sekeping logam emas, sejak malam itu dia kini punya 99 keping logam emas? Tapi kenapa dia malah berubah dari sebagai seseorang yang bahagia (menyapu sambil tersenyum, bersiul-siul) menjadi orang yang tidak tersenyum dan jengkel hanya karena dia tidak menemukan satu keping logam emas yang dia cari?
Dalam hidup ini, adalah hal yang wajar untuk kita selalu berusaha menjadi individu yang lebih baik setiap hari. Hidup hanya satu kali, dan menurut saya, sayang amat kalau kita enggak berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orang yang hari ini lebih baik dari kemarin, dan besok menjadi orang yang lebih baik dari hari ini? Semakin kita sukses, semakin banyak pula orang yang bisa kita bantu.
Dalam konteks ini, saya sering berpesan kepada anak-anak muda Indonesia untuk jangan pernah merasa puas. Kalau tugas yang Anda lakukan kemarin tidak maksimal, coba untuk perbaiki. Kalau tugas yang kemarin sudah bagus, coba untuk dibuat lebih bagus lagi. Nah, tapi saya juga sering bilang bahwa, syukuri hidup ini. Tidak merasa puas beda dengan tidak bersyukur. Kita boleh untuk tidak merasa puas dan bersyukur atas apa yang kita miliki.
Apakah ini mungkin untuk dilakukan? Tentu! Saya tidak puas dengan apa yang telah saya capai hingga hari ini, saya merasa saya harus bisa mengembangkan bisnis-bisnis saya. Saya tidak merasa puas. Tapi apakah saya bersyukur di umur 35 tahun sekarang ini telah memiliki beberapa perusahaan? Iya. Sangat. Hidup ini indah. Kita harus mampu untuk mensyukuri hidup ini. Sukses adalah tujuan dan perjalanan. Jangan berpikir bahwa Anda baru akan bahagia ketika Anda sukses.
Kalau Anda tidak mampu bersyukur dan menikmati perjalanan menuju sukses, kemungkinan besar Anda tidak akan pernah mencapai tujuan yang ingin Anda capai. Jangan jadi sang raja dan sang ajudan, serta si tukang sapu yang kaya. Pertanyaannya: Apakah Anda mampu untuk tidak menjadi anggota Klub 99? See You ON TOP!
BILLY BOEN
CEO PT YOT Nusantara
Director PT Jakarta International Management (JIM)
Shareholder, Rolling Stone Café
Facebook.com/billyboenYOT
www.youngontop.com
@billyboen
(hyk)