Anak adalah titipan Tuhan

Jum'at, 13 September 2013 - 11:51 WIB
Anak adalah titipan...
Anak adalah titipan Tuhan
A A A
KASUS kecelakaan maut yang melibatkan putra bungsu musikus Ahmad Dhani, Abdul Qodir Jaelani alias Dul, telah membuka mata siapa pun bahwa ternyata banyak persoalan atau kesalahan yang terjadi tapi dibiarkan begitu saja.

Pada akhirnya, tindakan yang mengarah pada toleransi orangtua, lingkungan, pemerintah terhadap anak tidak hanya mengancam jiwa sang anak, seperti Dul, tapi juga masa depan generasi bangsa. Kasus yang menimpa Dul hanya satu kasus kecil dari fenomena gunung es sebagai dampak menurunnya derajat perhatian terhadap anak serta kekeliruan pemahaman bentuk kasih sayang. Di luar itu, sejatinya masih banyak kasus lain dengan ”tingkat kualitas” yang lebih parah.

Munculnya kasus Dul pada sisi lain memicu keprihatinan, apalagi dengan banyaknya korban jiwa, tapi di sisi lain bisa menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran bagaimana semestinya memperlakukan anak. Bukti menurunnya derajat perhatian terhadap anak, terutama banyak terjadi di perkotaan. Ketatnya tuntutan hidup di kota seperti Jakarta sering memaksa konsentrasi para orangtua terfokus pada persoalan ekonomi. Akibatnya, banyak anak lepas begitu saja.

Kalaupun masih ada perhatian, bentuk sebatas komunikasi jarak jauh, tanpa pengawasan langsung bagaimana keseharian anak-anak, dengan siapa bergaul, apakah rutin belajar, pergi ke masjid untuk belajar agama dan lainnya. Tak heran jika kemudian banyak orangtua merasa kecolongan karena berbagai persoalan seperti terlibat geng motor, tersangkut kasus narkoba, bahkan kriminal. Kekeliruan pemahaman bentuk kasih sayang biasanya setali tiga uang dengan persoalan di atas.

Orangtua yang terlalu asyik pekerjaan sering kali mengompensasi perhatian dengan materi. Mereka berpikiran, begitu semua kebutuhan anak, mulai uang sekolah, jajan, kursus, kongko dipenuhi, maka tanggung jawab sebagai orangtua lepas begitu saja. Sebagian orangtua bahkan memberikan anaknya fasilitas berlebihan seperti sepeda motor dan mobil, seperti ditunjukkan Ahmad Dhani kepada Dul. Lihat saja di jalanan bocah-bocah ingusan bercelana biru dan abu-abu banyak berseliweran di jalan sambil berboncengan lebih dari dua orang dan tanpa mengenakan helm pula.

Bayangkan bagaimana jika bocah yang secara psikologis masih labil dan belum memahami rambu-rambu lalu lintas mengalami kecelakaan. Akibatnya bukan hanya mengenai orang lain, melainkan juga dirinya sendiri seperti dialami Dul. Yang memprihatinkan, jumlah pelajar yang demikian sudah terbilang sangat banyak. Saat Satlantas Surabaya melakukan razia di Jalan Menur (11/9/2013), misalnya, mereka menilang 116 pengendara motor yang mayoritas masih berstatus pelajar SMP hanya dalam tempo waktu satu jam.

Langkah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) memberlakukan jam malam terhadap para pelajar serta razia intensif yang akan dilakukan kepolisian terhadap para siswa yang membawa kendaraan bermotor patut diapresiasi. Namun, langkah tersebut menyelesaikan persoalan di hilir. Begitu pun langkah pengawasan yang dilakukan dinas pendidikan kebijakan Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang melarang siswa membawa kendaraan bermotor ke sekolah hanya memecahkan satu titik persoalan dan juga hanya akan efektif di lingkungan sekolah.

Selebihnya, perhatian utama harus tetap diberikan orangtua. Orangtua harus kembali kepada petuah kitab suci yang sering didengung-dengungkan bahwa anak adalah titipan Tuhan. Dengan demikian, tanggung jawab utama adalah pada orangtua masing-masing, bukan negara apalagi orang lain. Konsekuensinya, tanggung jawab norma sosial, hukum positif dan bahkan hukum agama pun tak luput dari para orangtua. Petuah bahwa pemberian terbaik adalah pendidikan juga patut dicamkan bersama-sama.

Artinya, pemberian mobil, motor, uang saku berlebih, maupun fasilitas lain di luar kepentingan pendidikan bukanlah bentuk kasih sayang sesungguhnya. Hal itu justru bisa menjerumuskan. Marilah para orangtua kembali kepada tanggung jawab untuk mencetak generasi terbaik bangsa.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0545 seconds (0.1#10.140)